UIN Madura Perkuat Identitas Keilmuan dengan Falsafah Inovatif: Asta Helix Heutagogi Taneyan Lanjhang.

Pamekasan – Universitas Islam Negeri (UIN) Madura mengambil langkah progresif dalam membentuk identitas keilmuannya melalui pelaksanaan uji publik naskah falsafah keilmuan yang diberi nama "Asta Helix Heutagogi Taneyan Lanjhang." Konsep ini secara ambisius menggabungkan kekayaan warisan budaya Madura dengan visi pendidikan modern, menciptakan sebuah paradigma baru yang diharapkan mampu melahirkan lulusan berkarakter kosmopolit yang siap menghadapi tantangan global. Acara uji publik yang krusial ini berlangsung di Gedung Rektorat Perguruan Tinggi di Jl Raya Panglegur KM 4 Tlanakan, Pamekasan, pada Kamis (11/9/2025), menandai tahapan penting dalam perumusan fondasi intelektual universitas.
Untuk memastikan relevansi dan kedalaman filosofis naskah, UIN Madura mengundang seorang pakar terkemuka dari Universitas Negeri Malang, Prof. Ahmad Taufiq, seorang guru besar yang diplot sebagai narasumber utama. Kehadiran Prof. Ahmad Taufiq tidak hanya sebagai pemberi masukan, tetapi juga sebagai kritikus konstruktif yang diharapkan mampu memberikan perspektif segar dan penguatan agar falsafah keilmuan yang telah disusun dapat benar-benar relevan dengan dinamika masyarakat yang terus berkembang, serta selaras dengan tuntutan zaman. Proses uji publik ini menjadi arena dialog intelektual yang terbuka, di mana gagasan-gagasan disaring dan diperkuat demi mencapai kesempurnaan.
Rektor UIN Madura, Saiful Hadi, menjelaskan bahwa falsafah keilmuan ini bukanlah produk instan, melainkan hasil dari serangkaian proses panjang dan sistematis yang telah dimulai sejak tahun 2022. "Falsafah keilmuan ini merupakan hasil dari serangkaian proses panjang yang sudah kita laksanakan, mulai dari program FGD (Focus Group Discussion) pada Agustus 2025 lalu, dilanjutkan dengan sidang senat universitas, dan akhirnya dengan uji publik yang kita laksanakan hari ini," ujar Saiful Hadi, menegaskan komitmen universitas dalam merumuskan landasan yang kokoh. Proses ini mencerminkan pendekatan partisipatif dan kolaboratif, melibatkan berbagai pemangku kepentingan untuk menghasilkan sebuah falsafah yang komprehensif dan diterima luas.
Lebih lanjut, Saiful Hadi menggambarkan falsafah ini sebagai "bangunan piranti kuat" yang dirumuskan dengan tujuan mulia. Sejak digagas pada tahun 2022, tujuan utamanya adalah untuk memandu seluruh layanan akademik dan non-akademik di UIN Madura, sekaligus membentuk karakter lulusan yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga berwawasan luas dan memiliki jiwa kosmopolit. Konsep kosmopolit di sini diartikan sebagai individu yang memiliki pemahaman mendalam tentang akar budaya lokalnya namun juga terbuka terhadap berbagai perspektif global, mampu beradaptasi, dan berinteraksi secara efektif di kancah internasional.
Landasan keilmuan yang diusung oleh UIN Madura ini mengintegrasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat) dengan tiga pilar utama yang saling melengkapi. Pilar pertama adalah muatan keagamaan yang bersifat wajib, mencerminkan identitas UIN sebagai institusi pendidikan Islam yang berpegang teguh pada nilai-nilai spiritual dan etika Islam. Pilar kedua adalah kearifan lokal masyarakat Madura, yang kaya akan nilai-nilai luhur dan tradisi yang telah teruji zaman. Pilar ketiga adalah integrasi ilmu umum (STEM – Science, Technology, Engineering, and Mathematics) yang diperluas dengan unsur Religion, membentuk akronim STREM. Penambahan ‘R’ untuk Religion ini menegaskan bahwa pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di UIN Madura tidak akan terlepas dari dimensi spiritual dan moral, menciptakan sinergi antara sains modern dan nilai-nilai keagamaan.
Konsep "Taneyan Lanjhang" yang menjadi bagian integral dari falsafah ini bukan sekadar paparan akademik, melainkan sebuah gagasan yang hadir sebagai jembatan antara tradisi dan inovasi. Taneyan Lanjhang sendiri adalah model pemukiman tradisional Madura yang khas, dicirikan oleh rumah-rumah yang berjejer panjang dalam satu garis lurus, merefleksikan ikatan kekerabatan yang kuat dan kebersamaan. Model ini sarat akan makna filosofis, menjadi titik tolak bagi pengembangan pemikiran. Dalam konteks pendidikan, Taneyan Lanjhang diinterpretasikan sebagai gambaran dan cerminan tentang struktur sosial yang harmonis, nilai-nilai kebersamaan, gotong royong, dan interaksi antargenerasi yang kaya. Nilai-nilai ini diharapkan dapat menjadi fondasi kokoh bagi pengembangan ilmu pengetahuan di UIN Madura, di mana pembelajaran tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga dalam komunitas yang saling mendukung dan berbagi pengetahuan.
Lebih lanjut, konsep "Asta Helix" dalam falsafah ini merujuk pada delapan pilar atau untaian yang membentuk kerangka pembelajaran dan pengembangan karakter. Meskipun detail kedelapan pilar ini akan terus disempurnakan, secara umum dapat diinterpretasikan sebagai kombinasi antara kecerdasan spiritual, emosional, sosial, dan intelektual yang berlandaskan pada nilai-nilai lokal dan universal. Sementara itu, "Heutagogi" adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada pembelajar itu sendiri, di mana mahasiswa didorong untuk menjadi agen aktif dalam proses belajarnya, menentukan arah, metode, dan tujuan pembelajarannya sendiri. Pendekatan ini berbeda dengan pedagogi (pembelajaran anak-anak) atau andragogi (pembelajaran orang dewasa) karena menekankan pada kemandirian dan penentuan diri dalam belajar, mendorong kreativitas, inovasi, dan kemampuan adaptasi yang tinggi.
Melalui falsafah "Asta Helix Heutagogi Taneyan Lanjhang" ini, UIN Madura bertekad melahirkan lulusan yang tidak hanya menguasai ilmu agama dan ilmu umum secara mendalam, tetapi juga memiliki kemampuan berinovasi, beradaptasi dengan perubahan zaman, dan memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan masyarakat Madura khususnya, dan bangsa Indonesia secara luas. Lulusan diharapkan menjadi agen perubahan yang mampu mengintegrasikan pengetahuan, kearifan lokal, dan nilai-nilai keagamaan untuk solusi-solusi inovatif dalam berbagai bidang.
Saiful Hadi juga menegaskan bahwa konsep ini bukan sekadar wacana atau diskusi akademik semata, melainkan sebuah peta jalan yang konkret untuk menguatkan Tri Dharma Perguruan Tinggi secara integratif. Ini adalah sebuah komitmen untuk secara aktif menghubungkan sains, teknologi, dan agama dalam satu kesatuan yang utuh, menciptakan sebuah ekosistem akademik yang holistik dan berkelanjutan. UIN Madura percaya bahwa dengan pendekatan ini, mereka dapat menghasilkan riset-riset yang relevan, pendidikan yang mencerahkan, dan pengabdian masyarakat yang berdampak positif dan transformatif.
"Oleh karena itu, kami UIN Madura siap memimpin transformasi ini, tidak hanya untuk kepentingan akademik, tetapi juga untuk kemajuan sosial dan ekonomi Madura," pungkas Saiful Hadi dengan nada penuh keyakinan. Pernyataan ini menegaskan posisi UIN Madura sebagai lokomotif perubahan dan pengembangan di wilayah Madura, dengan harapan besar untuk membawa dampak positif yang meluas, baik dalam aspek pendidikan, budaya, maupun pembangunan secara keseluruhan. Langkah ini diharapkan dapat menjadi model bagi institusi pendidikan lainnya dalam mengintegrasikan kearifan lokal dengan tuntutan modernitas.
rakyatindependen.id