Pemerintah Kota Kediri dan Bank Indonesia Kediri Bersatu dalam Program SERAGAM: Wujudkan Generasi Pelajar Cinta, Bangga, Paham Rupiah.

Kediri, sebuah kota yang terus berinovasi dalam pengembangan sumber daya manusianya, kembali mengukir langkah progresif melalui inisiatif kolaboratif yang strategis. Pemerintah Kota Kediri, melalui Dinas Pendidikan, bersama dengan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Kediri, secara resmi meluncurkan dan menggaungkan program unggulan bertajuk Sekolah Generasi Muda Rupiah (SERAGAM). Program ini dirancang dengan visi jangka panjang untuk menanamkan pemahaman yang mendalam mengenai cinta, bangga, dan paham rupiah kepada para pelajar di Kota Kediri, mengintegrasikannya secara inovatif ke dalam kurikulum mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Inisiatif SERAGAM bukan sekadar program edukasi biasa, melainkan sebuah gerakan fundamental untuk membentuk karakter finansial generasi muda Indonesia. Konsep "Cinta, Bangga, Paham Rupiah" sendiri memiliki dimensi yang luas. Cinta rupiah berarti menghargai dan merawat setiap lembar dan keping rupiah sebagai simbol kedaulatan negara, menjaga kebersihannya, dan menggunakannya dengan bijak. Bangga rupiah merujuk pada kebanggaan menggunakan mata uang sendiri dalam setiap transaksi, mengakui rupiah sebagai alat pembayaran yang sah dan simbol identitas bangsa, serta mendukung produk-produk lokal. Sementara itu, paham rupiah berarti memahami fungsi rupiah, mengenali ciri keasliannya untuk menghindari pemalsuan, serta memiliki literasi keuangan dasar dalam mengelola uang, mulai dari menabung, berinvestasi sederhana, hingga merencanakan pengeluaran secara bertanggung jawab. Pemahaman komprehensif ini diharapkan dapat membekali pelajar dengan kemampuan adaptasi terhadap dinamika ekonomi di masa depan.
Untuk memastikan kualitas bahan ajar yang relevan dan efektif, sebuah acara Training of Trainer (ToT) Implementasi Modul Ajar Terintegrasi Edukasi Rupiah telah berhasil dilaksanakan. Acara yang dihadiri oleh seluruh kepala SD dan SMP se-Kota Kediri ini berlangsung pada Senin, 22 September, di Aula Kihajar Dewantara Dinas Pendidikan Kota Kediri. Lokasi ini dipilih sebagai simbol semangat pendidikan dan inovasi, mengingat Ki Hajar Dewantara adalah bapak pendidikan nasional. ToT ini menjadi fondasi penting dalam menyiapkan para pendidik untuk menjadi agen perubahan, yang tidak hanya mengajar, tetapi juga menginspirasi. Kepala sekolah, sebagai ujung tombak kepemimpinan di institusi pendidikan, diharapkan dapat menularkan semangat dan pemahaman ini kepada guru-guru di sekolah masing-masing, sehingga implementasi program SERAGAM dapat berjalan optimal dan merata.
Dalam sambutannya yang penuh semangat, Moh Anang Kurniawan, Kepala Dinas Pendidikan Kota Kediri, secara tegas menuntut para guru untuk menunjukkan kreativitas tanpa batas dalam menyusun dan menyampaikan modul ajar. Ia menekankan pentingnya pendekatan yang inovatif dan menyenangkan agar materi edukasi rupiah dapat terserap dengan baik oleh siswa. Modul ajar yang akan diberikan kepada siswa mencakup berbagai fase pembelajaran, mulai dari fase B (kelas 3-4 SD), fase C (kelas 5-6 SD), hingga fase D (kelas 7-9 SMP). "Metode pembelajaran kami berikan kewenangan penuh kepada masing-masing guru untuk berinovasi," terang Anang. "Bisa dalam bentuk permainan edukatif, cerita interaktif, simulasi transaksi sederhana, atau bentuk lain yang pada prinsipnya mengajarkan kepada siswa agar lebih cinta, bangga, dan paham rupiah. Keterlibatan aktif siswa melalui metode yang menarik akan jauh lebih efektif daripada sekadar ceramah." Pesan ini menggarisbawahi komitmen Dinas Pendidikan untuk memberdayakan guru sebagai kreator pembelajaran yang dinamis dan relevan dengan karakteristik generasi Z dan Alpha.
Sementara itu, dari perspektif Bank Indonesia, latar belakang pencetusan program SERAGAM ini sangatlah krusial. Deasi Surya Andarina, Deputi Kepala KPw BI Kediri, menjelaskan bahwa program ini bertujuan untuk mengedukasi cinta, bangga, dan paham rupiah sedari dini kepada siswa SD dan SMP. "Makanya tidak hanya cinta dan bangga tapi paham," ucap Deasi, "jadi di situ juga akan diajarkan kalau mendapatkan uang rupiah nanti harus ada yang ditabung, harus ditata, sehingga tidak hanya teori tapi siswa juga diajarkan soft skill." Penekanan pada soft skill seperti kemampuan menabung, mengelola keuangan pribadi, dan membuat prioritas pengeluaran, menjadi nilai tambah yang signifikan. Ini sejalan dengan upaya Bank Indonesia untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat secara menyeluruh, dimulai dari jenjang pendidikan paling dasar. Dengan pemahaman yang kuat sejak dini, diharapkan generasi muda akan tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab secara finansial, mampu merencanakan masa depan ekonomi mereka dengan lebih baik, serta berkontribusi positif terhadap stabilitas ekonomi nasional.
Proses penyusunan modul ajar tidak dilakukan sendiri oleh para guru. Selama sesi ToT, peserta didampingi secara intensif oleh tim ahli dari KPw BI Kediri yang bertindak sebagai narasumber. Para narasumber ini memberikan panduan, materi, serta contoh-contoh praktis bagaimana mengintegrasikan konsep cinta, bangga, dan paham rupiah ke dalam kurikulum IPAS dan IPS. Pendampingan ini memastikan bahwa modul yang dihasilkan tidak hanya kreatif tetapi juga akurat secara substansi dan sesuai dengan tujuan program. Materi yang diberikan mencakup berbagai aspek, mulai dari sejarah rupiah, ciri keaslian uang, cara mengelola uang dengan bijak, hingga pentingnya menabung dan berinvestasi secara sederhana. Dengan kolaborasi antara pakar pendidikan dari Dinas Pendidikan dan pakar keuangan dari Bank Indonesia, diharapkan tercipta modul ajar yang holistik, mendalam, dan aplikatif.
Sebagai tindak lanjut dari penyusunan modul ini dan untuk lebih memacu semangat inovasi di kalangan pendidik dan pelajar, KPw BI Kediri juga akan mengadakan serangkaian lomba menarik. Lomba-lomba ini ditujukan bagi seluruh sekolah yang berpartisipasi dalam kegiatan ToT, dengan harapan dapat menjaring ide-ide terbaik dan praktik pembelajaran yang paling efektif. "Lomba ini akan ada dua kategori," jelas Anang, menguraikan lebih lanjut detail kompetisi. Kategori pertama adalah Inovasi Pembelajaran Terintegrasi Edukasi Rupiah (Inspirasi Rupiah) yang akan berlangsung dari tanggal 22 September hingga 5 Oktober. Lomba ini mendorong guru untuk menciptakan metode dan media pembelajaran yang paling inovatif dalam menyampaikan materi edukasi rupiah. Kategori kedua adalah Photo Trend Edukasi Rupiah (Potret Rupiah), yang akan berjalan dari tanggal 22 September hingga 18 Oktober. Lomba ini mengajak siswa dan guru untuk mengabadikan momen-momen edukasi rupiah melalui fotografi yang kreatif dan bermakna.
Aspek penilaian dalam lomba-lomba ini dirancang secara komprehensif untuk menjamin kualitas dan relevansi. Untuk lomba Inspirasi Rupiah, kriteria penilaian meliputi kesesuaian materi dengan kurikulum dan tujuan program, alokasi waktu yang efektif, integrasi materi edukasi rupiah yang mendalam, kerangka pembelajaran yang terstruktur, serta tingkat kreativitas dalam praktik penerapan prinsip-prinsip dalam modul ajar. Selain itu, video pembelajaran yang mendukung implementasi modul juga akan menjadi poin penting dalam penilaian. Untuk informasi lebih lengkap mengenai pedoman lomba dan prosedur pendaftaran, peserta dapat mengakses laman Inspirasi Rupiah di https://tinyurl.com/Inspirasi-Rupiah dan Potret Rupiah di https://tinyurl.com/Potret-Rupiah. Melalui kompetisi ini, diharapkan akan muncul berbagai praktik baik yang dapat menjadi contoh dan inspirasi bagi sekolah-sekolah lain, sekaligus memberikan apresiasi kepada para pendidik dan siswa yang telah berdedikasi.
Program SERAGAM, yang tercetus sejak awal tahun 2024, merupakan wujud nyata komitmen Bank Indonesia dan Pemerintah Kota Kediri dalam membangun fondasi ekonomi yang kuat dari akar rumput. Deasi Surya Andarina menegaskan harapan besar bahwa konsep cinta, bangga, dan paham rupiah ini tidak hanya berhenti di bangku sekolah, tetapi dapat diimplementasikan oleh seluruh lapisan masyarakat, dimulai dari siswa tingkat dasar. Dengan demikian, program ini tidak hanya berfokus pada peningkatan literasi keuangan individu, tetapi juga berkontribusi pada penciptaan masyarakat yang lebih sadar akan pentingnya menjaga stabilitas ekonomi nasional. Kediri diharapkan dapat menjadi pionir dan model bagi daerah lain dalam mengimplementasikan program edukasi rupiah yang terintegrasi dan berkelanjutan. Sinergi antara pemerintah daerah dan bank sentral ini membuktikan bahwa pendidikan adalah investasi terbaik untuk masa depan bangsa, khususnya dalam membentuk generasi yang tidak hanya cerdas intelektual, tetapi juga cakap finansial.
rakyatindependen.id