Arca Diduga Peninggalan Kuno Ditemukan di Area Makam Desa Pesanggrahan, Kutorejo, Mojokerto

Kondisi arca yang ditemukan masih utuh, meskipun sebagian permukaannya masih tertutup oleh lapisan tanah liat yang mengering, menunjukkan bahwa ia telah terkubur dalam waktu yang sangat lama. Setelah penemuan yang mengejutkan itu, warga memutuskan untuk menyimpan arca tersebut di tempat penyimpanan keranda yang berada di area makam, sebuah lokasi yang tertutup rapat dan terkunci, demi menjaga keamanan dan keutuhan artefak tersebut. Keputusan untuk merahasiakan penemuan ini selama bertahun-tahun mencerminkan kompleksitas hubungan antara masyarakat lokal, kepercayaan tradisional, dan warisan budaya.
Laporan resmi mengenai penemuan arca ini baru dilakukan oleh Kepala Desa Pesanggrahan, menandai langkah awal dalam upaya pelestarian dan penelitian lebih lanjut. Segera setelah menerima laporan, tim dari BPK Wilayah XI langsung bergerak cepat mendatangi lokasi untuk melakukan verifikasi awal dan asesmen terhadap arca tersebut. Plt Kepala Dusun Mojojejer, Muhammad Anis, dalam keterangannya pada Jumat lalu, menjelaskan latar belakang di balik keterlambatan pelaporan ini. "Penemuan arca sebenarnya sudah empat tahun lalu. Beberapa warga takut melaporkan, jadi disimpan di tempat keranda," ungkapnya, menggambarkan kekhawatiran dan keengganan warga untuk segera melibatkan pihak berwenang. Ketakutan ini bisa berakar dari berbagai faktor, mulai dari kekhawatiran akan intervensi pemerintah yang bisa mengganggu ketenangan desa, kepercayaan mistis terhadap arca sebagai penjaga atau penanda, hingga keinginan kuat untuk menjaga warisan leluhur secara mandiri.
Mojokerto, sebagai bekas pusat Kerajaan Majapahit yang megah, memang dikenal kaya akan peninggalan arkeologis. Setiap jengkal tanahnya berpotensi menyimpan cerita dan artefak dari peradaban masa lalu yang gemilang. Penemuan arca di area makam ini menambah panjang daftar temuan arkeologis di wilayah tersebut, sekaligus membuka jendela baru menuju pemahaman akan sejarah lokal Desa Pesanggrahan dan sekitarnya. Arca ini, dengan dimensi yang relatif kecil namun signifikan, bisa jadi merupakan representasi dewa-dewi Hindu atau Buddha, figur leluhur yang dihormati, atau bahkan penjaga spiritual yang ditempatkan di situs penting.
Keberadaan arca di area makam menimbulkan spekulasi menarik. Apakah makam ini dibangun di atas situs purbakala yang lebih tua? Atau mungkinkah arca tersebut sengaja ditempatkan di sana sebagai bagian dari ritual penguburan kuno atau penanda batas wilayah suci? Sebagian warga desa, menurut Anis, sangat meyakini bahwa arca tersebut adalah peninggalan leluhur atau orang yang pertama kali membuka desa. Keyakinan ini sangat kuat, sehingga muncul pemahaman kolektif bahwa arca tersebut tidak boleh dibawa keluar dari lokasi penemuannya. Perspektif ini menyoroti dilema yang sering dihadapi dalam pelestarian budaya: bagaimana menyeimbangkan antara nilai ilmiah dan historis suatu artefak dengan nilai spiritual dan kultural yang dipegang teguh oleh masyarakat setempat.
Bagi para arkeolog dan sejarawan, penemuan arca dalam kondisi utuh seperti ini adalah sebuah hadiah yang tak ternilai. Arca, sebagai objek seni dan ritual, seringkali mengandung informasi penting tentang kepercayaan, praktik keagamaan, struktur sosial, dan bahkan teknologi pada masa pembuatannya. Gaya pahatan, jenis batuan, dan ikonografi yang melekat pada arca dapat memberikan petunjuk krusial untuk menentukan periode waktu pembuatannya, serta afiliasi kebudayaan atau keagamaan yang dominan saat itu. Misalnya, jika arca ini menggambarkan figur dewa Hindu seperti Siwa atau Wisnu, atau bodhisattva Buddha, ia akan langsung mengarahkan penelitian pada periode pengaruh Hindu-Buddha di Jawa.
Langkah selanjutnya yang akan diambil oleh BPK Wilayah XI dan Disbudporapar Kabupaten Mojokerto adalah melakukan penelitian lebih mendalam. Ini akan mencakup pembersihan arca secara hati-hati untuk menyingkap detail-detail yang masih tertutup tanah liat, identifikasi material, analisis gaya seni (ikonografi dan stilistika), serta upaya penentuan usia melalui metode ilmiah jika memungkinkan. Proses ini memerlukan keahlian khusus dan peralatan yang memadai agar tidak merusak artefak. Selain itu, survei arkeologi di sekitar lokasi penemuan juga kemungkinan besar akan dilakukan untuk mencari potensi artefak lain atau struktur kuno yang mungkin terkubur.
Keterlibatan masyarakat lokal dalam proses ini sangatlah penting. Mengingat kuatnya kepercayaan warga mengenai status arca sebagai peninggalan leluhur yang tak boleh dipindahkan, pendekatan yang sensitif dan partisipatif harus diutamakan. Dialog antara pihak berwenang, arkeolog, tokoh masyarakat, dan warga desa perlu dibangun untuk mencapai kesepahaman bersama mengenai masa depan arca ini. Apakah akan disimpan di museum untuk tujuan edukasi dan pelestarian yang lebih baik, atau tetap di lokasi dengan fasilitas pengamanan dan pelestarian yang memadai, semua keputusan harus mempertimbangkan aspirasi dan nilai-nilai yang dianut oleh komunitas Pesanggrahan.
Penemuan arca ini bukan hanya tentang sepotong batu kuno, melainkan tentang narasi sejarah yang lebih luas. Ia bisa menjadi kunci untuk memahami permulaan Desa Pesanggrahan, apakah desa ini dulunya merupakan situs pemukiman kuno, pusat ritual, atau bahkan bagian dari jaringan perkampungan Majapahit. Setiap artefak adalah saksi bisu masa lalu yang menunggu untuk menceritakan kisahnya, dan tugas kita adalah mendengarkannya dengan seksama.
Dalam konteks pelestarian warisan budaya nasional, penemuan seperti ini menegaskan kembali urgensi kesadaran kolektif untuk melaporkan setiap temuan arkeologis. Meskipun ada kekhawatiran atau kepercayaan lokal, pelaporan yang cepat memungkinkan para ahli untuk segera mengamankan dan mendokumentasikan artefak, mencegah kerusakan atau kehilangan informasi berharga yang tak tergantikan. Arca di Dusun Mojojejer ini, meskipun telah tersimpan selama empat tahun, kini memiliki kesempatan untuk mengungkap rahasia masa lalu Mojokerto dan memperkaya khazanah sejarah bangsa. Dengan kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat, warisan leluhur ini dapat dijaga dan dimanfaatkan sebagai sumber ilmu pengetahuan serta kebanggaan bagi generasi sekarang dan yang akan datang.
Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita rakyatindependen.id.