Warga Turigede, Kepohbaru, Masih Terus Lestarikan Budaya Tayub di Tradisi Sedekah Bumi
BOJONEGORO (RAKYATINDEPENDEN) – Sedekah bumi digelar Warga Dusun Sambong, Desa Turigede, Kecamatan Kepohbaru, Kabupaten Bojonegoro, Jawa timur, Minggu (20/10/2024).
Sedekah bumi atau yang biasa disebut Nyadran itu, digelar di Punden Sumur Turi yang diyakini sebagai cikal bakal berdirinya Dusun Sambong yang berada di Desa Turigede itu. Tempat yang dikeramatkan warga setempat itu, disebut Mbah Danyang yang merupakan nenek moyang warga di Desa Turigede itu.
Dalam rangkaian acara sedekah bumi itu, pagi hari, digelar Tasyakuran atau tumpengan warga Dusun Sambong dengan dihadiri warga setempat dan mengundang warga sekitarnya.
Kepala Desa Turigede Arif Teguh Pryono beserta perangkat desa, tokoh masyarakat dan warga berdo’a bersama agar mereka memperoleh perlindungan dari Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, dijauhkan dari mara bahaya, diberi keselamatan dan kesehatan serta rejeki yang berlimpah untuk menuju warga Turigede yang makmur dan sejahtera.
Sedekah bumi yang selalu dilaksanakan di hari Minggu Kliwon di bulan September atau Oktober setiap tahunnya itu, selalu digelar dengan menampilkan Seni Tayub.
Di siang hari, digelar Seni Tayub yang menampilkan Kerawitan Wahyu Irama Laras dari Desa Sobontoro, Kecamatan Balen, pimpinan Ki Daminto. Selain jadi pimpinan Kerawitan Wahyu Irama Ki Darminto juga sebagai Pramugari (Penata beksan) yang dibantu oleh pramugari Ki Heru Adi asal Desa Cengkir, Kecamatan Kepohbaru.
Tampil 2 (dua) Waranggana yakni, Nyi Linawati dari Desa Kolong, Kecamatan Ngasem dan Nyi Mustika dari wilayah Kecamatan Tambakrejo.
Warga Turidegede masih sangat mencintai seni tayub, hal itu bisa dilihat banyaknya warga yang ikut beksan tayub dan para penonton tayub yang sebagian besar kaum Hawa yang menyaksikan acara tersebut.
Selain warga sekitar, mereka yang ikut beksan juga berasal dari desa-desa sekitar Turigede bahkan bamyak juga yang berasal dari luar Kecamatan Kepohbaru. Hal itudikarenakan acara sedekah bumi dengan menggelar Tayub adalah terbuka untuk umum.
Malam harinya, Seni Tayub ditempatkan di halaman Kediaman Kepala Desa Turigede Arif Teguh Priyono. Tayub digelar siang hingga sore hari, selanjutnya malam hari tayub digelar semalam suntuk.
Ada pemandangan menarik di saat sedekah bumi, yakni adanya tradisi kaul udik duit (menyebarkan duit koin) yang diperebutkan oleh anak-anak yang rata-rata di atas usia 5 tahun dan di bawah 15 tahun itu.
Bambang Wahyudi yang juga perangkat desa Turigede menjelaskan, bahwa kaul udik duit itu dilakukan oleh warga yang memiliki janji (duwe uni, Jawa red). Biasanya warga sedang sakit kemudian duwe uni, jika sembuh, nanti kalau sedekah bumi dia akan udik duit di Lokasi Sumur Turi itu.
“Kaul Udik duit itu karena warga punya janji kepada dirinya sendiri jika sakit dan sembuh, jika terkabul cita-citanya, jika dapat rejeki melimpah dan berbagai persoalan, mereka akan udik duit di Lokasi Sumur Turi saat acara Sedekah Bumi berlangsung,” ungkapnya.
Lanjut Bambang Wahyudi, masih ada lagi yaitu tradisi tombok ke waranggana saat Sedekah Bumi di Sumur Turi itu. Yang paling banyak, anak-anak kecil yang sakit kemudian orang tuanya duwe uni Kaul ke Mbah Danyang, jika anaknya yang sakit itudiberikan kesembuhan maka dia akan tombok (Nyawer) ke waranggana di acara sedekah bumi dengan menampilkan Seni Tayub itu.
“Warga Desa Turigede sini masih terus melestarikan adat istiadat nenek moyangnya dengan menggelar budaya seni tayub di tradisi sedekah bumi seperti yang berlangsung sekarang ini,” ungkapnya.
**(Kis/Red).