Gresik, 3 November 2025 – Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Gresik menegaskan komitmennya untuk meningkatkan pemahaman publik terhadap data dan informasi statistik melalui kolaborasi strategis dengan insan jurnalis. Inisiatif ini tidak sekadar bertujuan menyebarkan angka, melainkan mengartikulasikan makna dan relevansi di balik setiap data yang disajikan, memastikan informasi statistik menjadi fondasi yang kokoh bagi pengambilan keputusan masyarakat dan perumusan kebijakan pembangunan yang berkelanjutan di Gresik.
Literasi data, sebuah konsep yang semakin vital di era informasi ini, menjadi poros utama dari program kolaborasi BPS Gresik. Kepala BPS Gresik, Indriya Purwaningsih, menjelaskan bahwa kegiatan ini, yang diselenggarakan dalam rangka Gerakan Statistik Nasional, merupakan upaya proaktif untuk menjembatani kesenjangan antara data mentah dengan pemahaman masyarakat luas. "Kami tidak hanya ingin jurnalis menyampaikan data berupa angka-angka statistik yang kering, tetapi juga mampu mengolah dan menyajikannya dalam narasi yang mudah dipahami oleh publik, sehingga data tersebut menjadi alat yang kuat untuk edukasi dan pemberdayaan," tutur Indriya, Senin lalu.
Peran jurnalis dalam ekosistem informasi statistik sangat krusial. Mereka adalah garda terdepan yang menerjemahkan bahasa statistik yang kompleks menjadi berita yang relevan dan menarik bagi audiens mereka. Melalui workshop intensif, BPS Gresik membekali para jurnalis dengan pemahaman mendalam tentang metodologi pengumpulan data, interpretasi statistik yang akurat, serta cara mengemas informasi agar tidak terjadi misinterpretasi. Harapannya, setiap laporan berita yang mengutip data BPS tidak hanya informatif tetapi juga kontekstual, memberikan gambaran utuh tentang kondisi sosial, ekonomi, dan demografi Gresik. Ini adalah investasi jangka panjang untuk menciptakan masyarakat yang lebih kritis dan berbasis fakta.
Indriya Purwaningsih menambahkan, bahwa data merupakan tulang punggung bagi perencanaan dan evaluasi pembangunan. Tanpa data yang valid dan terpercaya, setiap kebijakan yang dirumuskan berisiko tidak tepat sasaran atau bahkan kontraproduktif. "Gerakan Statistik Nasional adalah panggilan bagi seluruh elemen bangsa untuk menyadari pentingnya data. Di Gresik, kami ingin memastikan bahwa setiap langkah pembangunan, mulai dari peningkatan infrastruktur, pengentasan kemiskinan, hingga pengembangan sektor ekonomi lokal, didasari oleh analisis data yang kuat. Kolaborasi dengan jurnalis adalah salah satu cara paling efektif untuk menyosialisasikan pentingnya prinsip ini kepada masyarakat luas dan para pemangku kepentingan," tegasnya, menyoroti urgensi data sebagai penentu arah kemajuan daerah.
Salah satu tantangan besar yang dihadapi BPS adalah persepsi publik. Indriya Purwaningsih mengakui adanya kebingungan di masyarakat antara BPS dengan lembaga lain seperti BPJS. "Pernah ada anggota tim kami yang sedang melakukan survei harga di pasar, dan banyak pedagang malah menanyakan tentang BPJS, hanya karena nama kami sama-sama diawali dengan huruf B dan P," ujarnya sambil tersenyum tipis, mengenang pengalaman tersebut. Kesalahpahaman ini, meskipun terdengar sepele, memiliki implikasi serius terhadap kepercayaan dan partisipasi publik dalam kegiatan statistik. Jika masyarakat tidak memahami identitas dan fungsi BPS, mereka mungkin enggan berpartisipasi dalam survei atau meragukan validitas data yang dihasilkan.
Maka dari itu, kolaborasi dengan jurnalis menjadi strategi kunci untuk mengikis kesalahpahaman ini. Jurnalis, dengan jangkauan dan kredibilitasnya, dapat membantu BPS membangun citra yang lebih jelas dan positif di mata publik. Dengan menyajikan berita yang secara eksplisit menjelaskan peran BPS sebagai lembaga penyedia data resmi negara, jurnalis dapat secara bertahap mengedukasi masyarakat tentang perbedaan mendasar antara BPS dan BPJS, serta menegaskan posisi BPS sebagai sumber informasi statistik yang independen dan terpercaya. Hal ini krusial untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan BPS mendapatkan respons positif dari responden dan hasil survei dapat diandalkan sepenuhnya.
Selain menggandeng jurnalis, BPS Gresik juga mengadopsi pendekatan modern dalam diseminasi data. Tulus Soebagiyo, Statistik Ahli Madya BPS Gresik, menjelaskan bahwa pihaknya secara aktif memanfaatkan media sosial dan platform digital lainnya untuk menyebarkan informasi statistik melalui konten kreatif. "Saat ini, hampir setiap masyarakat memiliki ponsel pintar dan akses internet sudah menjadi kebutuhan primer. Ini adalah peluang besar bagi kami untuk menjangkau audiens yang lebih luas, terutama generasi muda," kata Tulus. Ia menambahkan bahwa tabel-tabel data yang rumit kini diubah menjadi infografis menarik, video singkat, atau postingan interaktif yang mudah dicerna.
Strategi digitalisasi ini bukan hanya tentang mengikuti tren, tetapi juga tentang meningkatkan aksesibilitas dan pemahaman data. Konten-konten kreatif tersebut dirancang untuk menjelaskan konsep-konsep statistik yang mungkin terasa asing, seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi, atau tingkat pengangguran, dengan cara yang sederhana dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, masyarakat dapat lebih mudah memahami dampak makroekonomi terhadap kantong mereka atau bagaimana data demografi mencerminkan perubahan dalam komunitas mereka. Upaya ini merupakan langkah maju BPS Gresik untuk memastikan bahwa data tidak hanya tersedia, tetapi juga dipahami dan dimanfaatkan secara maksimal oleh setiap lapisan masyarakat.
Salah satu jurnalis senior Gresik, Raditya Firmanyah, memberikan testimoni positif terkait inisiatif BPS ini. Ia mengakui bahwa data yang disajikan BPS sangat membantu pekerjaannya dalam menyusun berita yang komprehensif dan akurat. "Dari data-data BPS, kami bisa mengetahui tingkat inflasi setiap daerah secara year-on-year, misalnya. Ini sangat penting karena inflasi adalah isu yang langsung dirasakan oleh masyarakat. Dengan data tersebut, kami bisa mengemas berita yang tidak hanya menyampaikan angka kenaikan harga, tetapi juga menjelaskan apa artinya bagi daya beli masyarakat, bagaimana dampaknya terhadap pengeluaran rumah tangga, dan apa yang bisa diharapkan dari kebijakan pemerintah terkait," jelas Raditya.
Lebih lanjut, Raditya menambahkan bahwa kemampuan untuk menerjemahkan data menjadi narasi yang menarik adalah kunci. Misalnya, ketika BPS merilis data pertumbuhan ekonomi, jurnalis tidak hanya melaporkan persentasenya, tetapi juga menganalisis sektor mana yang menjadi pendorong utama, bagaimana hal itu mempengaruhi lapangan kerja, dan apa prospeknya untuk investasi di Gresik. Pendekatan ini mengubah data dari sekadar statistik menjadi cerminan nyata dari dinamika ekonomi dan sosial yang terjadi di daerah. Ini adalah esensi dari jurnalisme berbasis data, yang memberdayakan publik dengan informasi yang kredibel dan bermakna.
Kolaborasi antara BPS Gresik dan jurnalis ini mencerminkan visi yang lebih besar untuk membangun masyarakat Gresik yang melek data. Di tengah arus informasi yang tak terbendung, kemampuan untuk memilah, memahami, dan menggunakan data yang akurat menjadi keterampilan esensial. Gresik, sebagai salah satu pusat industri dan perdagangan di Jawa Timur, memiliki dinamika ekonomi dan sosial yang kompleks, mulai dari sektor manufaktur, pertanian, hingga pariwisata. Oleh karena itu, ketersediaan dan pemahaman data yang berkualitas sangat penting untuk memandu pembangunan daerah menuju arah yang lebih progresif dan inklusif.
Melalui sinergi ini, diharapkan masyarakat Gresik akan semakin terbiasa menggunakan data sebagai dasar pertimbangan dalam setiap aspek kehidupan, mulai dari keputusan pribadi hingga partisipasi dalam kebijakan publik. Ini akan menciptakan lingkungan di mana debat publik didasarkan pada fakta, bukan sekadar opini atau spekulasi. Pada akhirnya, penguatan literasi data ini akan menjadi investasi berharga bagi Gresik untuk menghadapi tantangan masa depan dan mengoptimalkan potensi daerah demi kesejahteraan seluruh warganya. Sebuah langkah maju menuju Gresik yang lebih cerdas, informatif, dan berbasis bukti.
rakyatindependen.id
