Cantika Wahono Optimis Jadikan Bojonegoro Sebagai Gerbang Batik Jawa Timur

BOJONEGORO (RAKYATINDEPENDEN) – Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur, memiliki potensi besar menjadi gerbang batik Jawa Timur. Keyakinan itu dibawa Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Bojonegoro Cantika Wahono saat menjajaki kerja sama dengan Dekranasda Kota Surakarta, Kamis (12/6/2025).

Dengan letak Bojonegoro yang berbatasan dengan Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah, Cantika berobsesi segera bisa mewujudkannya.

Sekitar pukul 13.45 WIB, Cantika Wahono tiba di Kantor Dekranasda Surakarta setelah menempuh perjalanan sekitar tiga jam. Kota Surakarta, kini tidaklah terasa jauh. Makin dekat.

Terlebih bisa diakses lewat jalan tol. Lebih cepat dan mudah. Jarak cukup 3 jam, Bojonegoro seakan terkoneksi dengan Solo. Bojonegoro menjadi pintu masuk atau gerbang dari Jawa Tengah menuju Jawa Timur.

Cantika bersama tim Dekranasda Bojonegoro berkunjung ke Solo terkait pengembangan batik. Solo memiliki identitas batik yang telah terbentuk sejak lama. Wisata batiknya didukung oleh sentra atau kampung batik. Sementara Bojonegoro, mulai bangkit dan mengasah batik lewat sentra industri kecil menengah (IKM) yang banyak tersebar. 

“Karena itu, kami punya obsesi Bojonegoro itu gerbang batik Jawa Timur,” kata Ketua Dekranasda Bojonegoro Cantika Wahono.  

Obsesi itu sangat beralasan. Bojonegoro mulai serius mengembangkan batik, menyentuh sisi seni, industri kreatif, dan wisatanya. Batik tak hanya untuk masa kini, melainkan untuk masa depan. Salah satu langkah nyata, memulai dengan kolaborasi atau koneksi dengan Dekranasda Surakarta. 

Bojonegoro menggandeng Surakarta, karena memiliki identitas batik. Surakarta memiliki sentra batik. Yakni, Kampung Laweyan dan Kampung Kauman. Dan urusan batik, Bojonegoro dalam waktu dekat akan menggelar event besar, yakni pada 18-21 Juni 2025 menggelar Wastra Batik Festival 2025. Pemkab Bojonegoro mengundang Dekranasda Surakarta untuk meramaikan event akbar batik tersebut.

Cantika mengatakan, obsesi Bojonegoro menjadi gerbang batik Jawa Timur cukup memungkinkan. Lokasi Bojonegoro berbatasan dengan Jateng. Adanya koneksi Bojonegoro dan Solo dengan sister city tentu semakin terbuka wacana mewujudkannya. Tentu, dengan dukungan dan kerja sama strategis dengan Surakarta.

“Mudah-mudahan bisa terlaksa (mewujudkan) menjadi kampung batik di Jatim. Menjadi gerbang Jatim,” tutur Cantika.

Saat ini, perajin batik di Bojonegoro banyak menyebar. Misalnya, perajin batik di Desa Dolokgede, Kecamatan Tambakrejo. Ada juga di Kecamatan Gayam, Kalitidu, Dander, hingga Desa Jono, Kecamatan Temayang.

Perajin batik ada juga di perkotaan Bojonegoro, Kecamatan Sumberrejo, hingga Kecamatan Ngasem dan Purwosari. Perajin tersebut konsisten memproduksi batik khas Bojonegaran. 

“Ternyata pada 2012 silam, beberapa perajin batik di Desa Dolokgede, hingga dari Kecamatan Temayang dan Dander, sudah pernah mengikuti pelatihan membatik di Kampung Laweyan, Solo,” ujar perempuan juga menjadi dosen salah satu kampus di Malang.

Eksistensi perajin batik Bojonegoro tak diragukan lagi. Hingga kini perajin memiliki beragam motif batik. Motif mengusung kearifan lokal batik Jonegaran.

“Kami optimistis kampung batik di Bojonegoro bisa terlaksana,” jelasnya.  

Sementara itu, Ketua Dekranasda Surakarta Vanessa Winastesia merasa senang adanya koneksi Bojonegoro dan Solo. Termasuk bersedia membantu mewujudkan obsesi Bojonegoro sebagai gerbang batik Jatim.

“Kami siap membantu apa yang perlu disiapkan,” tutur istri Wali Kota Surakarta Respati Ardi.

Menurut Vanessa, adanya koneksi dan rencana kampung batik di Bojonegoro, justru semakin menaikkan pamor batik. Batik semakin mengglobal. 

Vanessa mengakui gempuran terhadap batik semakin gencar. Ragam fashion pabrikan hingga impor dan harga murah terus gencar masuk ke pasar. Namun, Vanessa memastikan perajin batik juga semakin kuat. Terus berkembang dan peka perubahan. Serta, memiliki pasar tersendiri.

“Karena kami komitmen mengembangkan batik tulis. Memiliki ciri khas tersediri. Meski gempuran sangat keras, tapi insya Allah, batik tulis ada ciri khas, punya pangsa pasar tersendiri. Banyak pecinta batik,” jelasnya.

**(Red).

Exit mobile version