Samarinda, 8 Oktober 2025 – Menteri Sosial Saifullah Yusuf, yang akrab disapa Gus Ipul, menegaskan kembali komitmen serius pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto terhadap program Sekolah Rakyat. Dalam sebuah dialog interaktif yang penuh makna dengan siswa dan orang tua siswa Sekolah Rakyat Terintegrasi (SRT) 57 dan SRT 58 di fasilitas SRT 58 Samarinda, Gus Ipul menggarisbawahi bahwa inisiatif ini jauh melampaui sekadar penyediaan bangunan fisik atau proses belajar mengajar konvensional. Ia menyebut Sekolah Rakyat sebagai pilar utama dalam strategi pengentasan kemiskinan yang bersifat terpadu, terukur, dan berkelanjutan.
"Tidak hanya gedung, tidak hanya proses belajar mengajar, tapi di balik Sekolah Rakyat ini ada upaya pengentasan kemiskinan terpadu, terukur, dan berkelanjutan," ujar Gus Ipul. Pernyataan ini menegaskan bahwa Sekolah Rakyat dirancang sebagai sebuah ekosistem pemberdayaan yang komprehensif. Konsep terpadu berarti bahwa program ini tidak hanya berfokus pada pendidikan anak-anak, tetapi juga melibatkan pemberdayaan orang tua dan perbaikan kondisi tempat tinggal keluarga, sejalan dengan program unggulan Presiden Prabowo. Aspek terukur merujuk pada adanya indikator jelas untuk memantau kemajuan dan keberhasilan keluarga dalam keluar dari garis kemiskinan, sementara berkelanjutan menandakan bahwa dampak positif yang dihasilkan diharapkan dapat bertahan jangka panjang, menciptakan kemandirian dan mobilitas sosial bagi generasi mendatang.
Presiden Prabowo Subianto, menurut Gus Ipul, memberikan perhatian khusus agar Sekolah Rakyat dapat mencetak "agen-agen perubahan" dari kalangan masyarakat yang paling membutuhkan. Target pemerintah sangat ambisius namun realistis: melihat keluarga-keluarga yang selama ini terjerat kemiskinan dapat "naik kelas" dan lepas dari belenggu tersebut. Hal ini akan tercapai melalui sinergi dari berbagai komponen program: anak-anak mendapatkan akses pendidikan berkualitas di Sekolah Rakyat, orang tua diberdayakan dengan keterampilan dan peluang ekonomi, dan kondisi rumah tangga diperbaiki untuk menciptakan lingkungan hidup yang lebih layak.
Dalam dialognya, Gus Ipul secara intensif berinteraksi dengan siswa, orang tua, kepala sekolah, dan guru. "Tadi saya coba dialog dengan siswa, dengan orang tua siswa, tentu dengan kepala sekolah guru. Intinya kita ingin menyamakan hati dan pikiran. Jadi antara orang tua siswa, siswa, kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan yang lain, ada wali asrama, wali asuh," jelasnya. Urgensi penyatuan pikiran dan hati ini sangat krusial, mengingat bahwa keberhasilan Sekolah Rakyat sangat bergantung pada kontribusi dan peran aktif dari semua pihak. Kebersamaan ini menjadi fondasi kuat yang memungkinkan program berjalan sesuai tujuannya, menciptakan lingkungan belajar yang suportif dan memberdayakan.
Menteri Sosial juga menyoroti pentingnya peran pemerintah daerah dalam menjaga integritas dan tujuan penyelenggaraan Sekolah Rakyat. Kehadiran Wakil Gubernur, Bupati, dan Wali Kota dalam kesempatan tersebut menandakan komitmen kolektif untuk memastikan program ini berjalan lancar dan tidak menyimpang. "Bagaimana orang tua bisa berperan, kemudian yang lain-lain juga bisa berperan termasuk kepala daerah. Maka di sini ada Pak Wagub, ada bupati, wali kota yang semuanya punya peran untuk menjaga supaya penyelenggaraan Sekolah Rakyat ini sesuai tujuannya," tegas Gus Ipul.
Peringatan keras pun disampaikan terkait proses rekrutmen siswa. Gus Ipul menegaskan bahwa tidak boleh ada penyimpangan sedikit pun. "Karena ini perlu kebersamaan, dan tidak boleh ada hal-hal yang menyimpang. Katakanlah mulai dari proses rekrutmen, itu yang pertama-tama yang bisa sekolah di sini adalah keluarga yang tidak mampu. Tidak boleh ada titipan, tidak boleh ada kongkalikong, tidak boleh ada bayar-membayar. Tapi mereka yang memang benar-benar berhak di Sekolah Rakyat," ucapnya dengan nada tegas. Prinsip ini adalah kunci untuk memastikan bahwa program ini benar-benar menyentuh mereka yang paling membutuhkan dan tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Transparansi dan akuntabilitas dalam seleksi siswa adalah jaminan bahwa hak-hak keluarga miskin terpenuhi.
Gus Ipul memahami bahwa dinamika di awal masa pengenalan lingkungan sekolah, terutama bagi anak-anak yang baru pertama kali jauh dari keluarga, pasti akan ditemukan. Rasa rindu rumah (homesick) dan proses adaptasi adalah hal yang wajar. Namun, berdasarkan pengalaman dari Sekolah Rakyat yang sudah berjalan di tempat lain, kondisi ini akan membaik seiring waktu. "Tapi nanti masuk hari kedua, ketiga, insya Allah kondisinya akan lebih baik. Kalau belajar dari pengalaman sekolah-sekolah rakyat yang sudah jalan, alhamdulillah. Jadi kita lihat mereka juga lebih disiplin, lebih tertib, juga lebih mau mengikuti proses lebih nyaman," paparnya, optimis.
Ia juga memberikan pesan khusus kepada para guru, terutama untuk jenjang SD, agar memiliki empati yang tinggi, kesabaran, dan kasih sayang yang tulus kepada para siswa. Karakteristik ini sangat vital mengingat latar belakang siswa yang beragam dan tantangan emosional yang mungkin mereka hadapi. "Kemudian yang kedua, penuh kesabaran, kasih sayang. Itu yang diperlukan ya," ujarnya, menekankan bahwa sentuhan humanis dari guru akan menjadi faktor penentu kenyamanan dan keberhasilan belajar siswa.
Melihat ke depan, Gus Ipul mengumumkan kabar gembira terkait pembangunan fasilitas permanen Sekolah Rakyat. Gedung-gedung permanen yang modern dan lengkap ini direncanakan akan mulai dibangun tahun ini dan siap digunakan pada tahun depan. Setiap gedung permanen Sekolah Rakyat dirancang untuk menampung lebih dari 1.000 siswa, mencakup jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA dalam satu kompleks terintegrasi. Ini adalah langkah monumental untuk menyediakan infrastruktur pendidikan berkualitas tinggi bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu.
Fasilitas yang akan tersedia di Sekolah Rakyat permanen sangat komprehensif, mencerminkan visi pendidikan holistik. Ini termasuk ruang kelas yang representatif dan nyaman, ruang ibadah yang memadai, asrama untuk siswa dan guru guna menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan aman, aula serbaguna, laboratorium modern untuk mendukung pembelajaran sains dan teknologi, perpustakaan yang kaya literatur, area olahraga yang lengkap, dan fasilitas ekstrakurikuler yang beragam untuk mengembangkan bakat dan minat siswa. "Yang menyediakan lahannya adalah bupati atau wali kota dan juga gubernur. Yang bangun nanti sesuai programnya Bapak Presiden lewat APBN," jelas Gus Ipul, menguraikan pembagian tanggung jawab antara pemerintah daerah dan pusat.
Luas lahan untuk setiap sekolah permanen mencapai 7-8 hektare, sebuah area yang sangat luas untuk menunjang berbagai aktivitas pendidikan dan pengembangan diri siswa. Dengan lahan seluas itu, Sekolah Rakyat akan memiliki lingkungan yang hijau, asri, dan menyediakan ruang yang cukup untuk pertumbuhan fisik dan mental siswa. Gus Ipul memastikan bahwa para siswa Sekolah Rakyat akan belajar dengan fasilitas unggulan dan lingkungan yang berkualitas, setara bahkan melebihi sekolah-sekolah umum lainnya. "Mari kita berdoa dan berharap supaya program Bapak Presiden berjalan lancar, sehingga di sana nanti Sekolah Terintegrasi ini akan sudah memulai proses belajar-belajar di gedung baru," harapnya.
Pada kesempatan yang mengharukan tersebut, salah satu orang tua siswa, Ninik Pratiwi Pangestu, ibu dari Alessandra Hanny Pratiwi, mengungkapkan rasa syukur dan kebahagiaannya karena anaknya dapat bersekolah di Sekolah Rakyat. Ninik bercerita tentang perjuangannya sebagai orang tua tunggal, setelah berpisah dari suaminya sejak Alessandra berusia 11 bulan. Dulu, ia dan suaminya hanya berjualan es untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sebuah cerminan kerasnya perjuangan hidup. "Saya percaya dengan pengajaran yang ada di sini. Sangat yakin sekali," katanya, penuh keyakinan terhadap kualitas pendidikan yang diberikan. Ia menyampaikan terima kasih tak terhingga kepada seluruh jajaran pemerintah, baik Kementerian Sosial maupun Dinas Sosial, atas kesempatan berharga ini.
Alessandra, putrinya, juga berbagi cerita tentang kegemarannya pada pelajaran IPA dan IPS, dengan Biologi sebagai mata pelajaran favoritnya. Yang lebih menginspirasi adalah cita-citanya: "Cita-cita menjadi tentara. Angkatan udara," ujarnya dengan mata berbinar. Kisah Alessandra menjadi bukti nyata bahwa Sekolah Rakyat mampu memupuk impian besar di tengah keterbatasan, membuka jalan bagi anak-anak untuk meraih masa depan yang gemilang.
Merespons hal ini, Gus Ipul menjelaskan bahwa ijazah yang dikeluarkan oleh Sekolah Rakyat akan memiliki kedudukan yang setara dengan sekolah-sekolah lainnya di Indonesia. Namun, ada nilai tambah yang signifikan: di Sekolah Rakyat, akan ada pendidikan karakter yang kuat dan pendidikan agama sesuai dengan keyakinan masing-masing siswa. Ini adalah upaya untuk tidak hanya mencerdaskan secara intelektual, tetapi juga membentuk pribadi yang berakhlak mulia dan memiliki moralitas yang tinggi, sejalan dengan visi "agen-agen perubahan." "Ibu, pokoknya doakan, dampingi dengan kasih sayang. Kalau orang tuanya rindu, kapan pun dipersilakan tengok putra putrinya," pesan Gus Ipul kepada Ninik, menunjukkan perhatian terhadap ikatan keluarga.
Sebagai informasi, program Sekolah Rakyat telah dimulai di tiga lokasi strategis di Samarinda. Yaitu Sekolah Rakyat Terintegrasi (SRT) 58 Samarinda, SRT 57 Samarinda, dan SRT 24 Samarinda. SRT 58 Samarinda saat ini memiliki 3 rombongan belajar (rombel) dengan total 49 siswa, terdiri dari 2 rombel SD (24 siswa) dan 1 rombel tambahan (25 siswa). SRT 57 Samarinda menampung 59 siswa, yang terbagi menjadi 20 siswa SD, 22 siswa SMP, dan 17 siswa SMA. Sementara itu, SRT 24 Samarinda melayani 96 siswa yang terbagi dalam 4 rombongan belajar, terdiri dari 48 siswa SMP dan 48 siswa SMA. Angka-angka ini menunjukkan langkah awal yang konkret dalam mewujudkan visi pendidikan yang inklusif dan berkualitas bagi seluruh lapisan masyarakat, khususnya mereka yang paling rentan. Inisiatif ini tidak hanya memberikan harapan baru, tetapi juga membuka pintu menuju masa depan yang lebih cerah bagi ribuan anak Indonesia.
rakyatindependen.id