Surabaya, Jawa Timur – Erin Ramadayanti, seorang talenta muda yang namanya mulai dikenal luas setelah menjuarai Lomba Pidato Dialektika Wajah Sang Proklamator, kembali hadir dengan karya yang memukau. Kali ini, Erin tidak berorasi di atas podium, melainkan memperkenalkan dirinya sebagai seorang penyair dengan meluncurkan buku kumpulan puisi berjudul "Sepotong Hati". Momen istimewa ini ditandai dengan penyerahan langsung buku tersebut kepada Wakil Ketua DPRD Jawa Timur, Deni Wicaksono, di Gedung DPRD Jawa Timur, Surabaya.
Kehadiran Erin dengan karya puisinya ini menjadi angin segar di tengah arus modernisasi yang seringkali menggerus minat generasi muda terhadap sastra. "Sepotong Hati" hadir sebagai representasi suara hati seorang anak muda yang berani mengungkapkan perasaan dan merawat kecintaannya pada dunia literasi. Buku ini bukan sekadar kumpulan kata-kata indah, tetapi juga simbol semangat dan dedikasi Erin dalam berkarya.
Dalam kesempatan tersebut, Erin mengungkapkan bahwa sebagian besar puisi dalam buku ini ditulis saat dirinya menikmati libur semester pertama. "Sekitar 80 persen puisi saya tulis saat liburan semester 1. Saya ingin waktu liburan tetap produktif sekaligus menantang diri sendiri untuk menerbitkan minimal satu buku sebelum guru pembimbing saya pensiun pada November 2025," ujar Erin dengan penuh semangat. Target yang ia tetapkan ini menunjukkan komitmen dan keseriusannya dalam mengembangkan bakat menulis.
Lebih lanjut, Erin menjelaskan bahwa dorongan dari guru pembimbingnya serta pengalamannya mengikuti lomba pidato Bung Karno memiliki peran yang sangat signifikan dalam proses kreatifnya. "Beliau banyak membimbing saya, tidak hanya dalam menulis, tetapi juga dalam ilmu-ilmu yang berguna ketika saya mengikuti kompetisi pidato Bung Karno beberapa waktu lalu," katanya. Bimbingan yang intensif dan dukungan yang diberikan oleh guru pembimbingnya telah memotivasinya untuk terus belajar dan mengembangkan diri.
"Sepotong Hati" berisi 50 puisi yang terbagi dalam berbagai tema, dengan lima puisi utama yang mengisahkan perjalanan cinta dari awal yang penuh harapan hingga kehampaan yang menyakitkan. Gaya bahasa yang sederhana dan lugas membuat setiap bait puisi terasa dekat dan mudah dipahami oleh pembaca dari berbagai kalangan. Erin mampu merangkai kata-kata dengan indah, sehingga mampu menyentuh emosi dan membawa pembaca hanyut dalam setiap larik puisinya.
"Saya menuliskan apa yang saya rasakan, kemudian saya kembangkan dengan daya khayal agar bisa menyentuh pembaca," ungkap Erin mengenai proses kreatifnya. Ia berusaha untuk menyampaikan pesan-pesan yang universal melalui pengalaman pribadinya, sehingga pembaca dapat merasakan apa yang ia rasakan dan terinspirasi dari karyanya.
Buku "Sepotong Hati" diterbitkan oleh Harasi Publisher, sebuah penerbit yang memberikan ruang bagi penulis-penulis muda untuk berkarya. Setelah bukunya rampung, Erin aktif mempromosikan karyanya melalui media sosial dan komunitas sastra. Ia menyadari bahwa di era digital ini, promosi melalui platform online sangat penting untuk menjangkau аудиens yang lebih luas.
"Tidak semua orang adalah penikmat sastra. Tapi saya tetap berusaha, misalnya dengan memanfaatkan Instagram untuk membagikan puisi sekaligus menyediakan link pemesanan buku. Saya juga mengirimkan pamflet ke berbagai grup WhatsApp sebagai langkah awal promosi," jelas Erin mengenai strategi promosinya. Ia tidak hanya mengandalkan media sosial, tetapi juga aktif berinteraksi dengan komunitas sastra untuk memperkenalkan karyanya.
Dalam kesempatan menerima buku tersebut, Wakil Ketua DPRD Jawa Timur, Deni Wicaksono, menyampaikan apresiasi yang mendalam terhadap karya Erin. Menurutnya, karya anak muda seperti "Sepotong Hati" sangat penting untuk mendapatkan ruang dan dukungan karena mampu menjadi inspirasi bagi generasi lain.
"Luar biasa sekali karya ini. Anak-anak muda seperti Erin bukan hanya berprestasi di podium, tetapi juga bisa menuangkan gagasan dalam bentuk sastra. Buku ini membuktikan bahwa kreativitas generasi muda patut kita dukung bersama," ujar Deni Wicaksono. Ia berharap agar semakin banyak anak muda yang berani berkarya dan menyuarakan aspirasinya melalui berbagai bentuk seni.
Deni Wicaksono juga menambahkan bahwa DPRD Jawa Timur akan terus memberikan dukungan kepada generasi muda yang memiliki potensi dan bakat di berbagai bidang. Ia percaya bahwa generasi muda adalah aset bangsa yang harus dibina dan dikembangkan agar dapat memberikan kontribusi positif bagi kemajuan daerah dan negara.
Erin sendiri memberikan filosofi tersendiri pada judul bukunya, "Sepotong Hati". Baginya, hati sebaiknya diberikan secukupnya agar tetap ada ruang untuk bertahan ketika terluka. "Bagi saya, memberi hati itu secukupnya saja. Supaya ketika hati itu patah, hancur, atau dibuang, kita masih punya bagian hati yang lebih besar untuk tetap menjalani hidup," ungkapnya dengan bijak. Filosofi ini mencerminkan kedewasaan dan kemandirian Erin dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.
Harapan Erin sederhana: "Sepotong Hati" bisa menjadi teman bagi pembaca yang sedang menghadapi luka, cinta, dan rindu. Ia ingin karyanya dapat memberikan penghiburan dan kekuatan bagi mereka yang sedang mengalami masa-masa sulit. Selain itu, ia juga berharap agar bukunya dapat menjadi ruang refleksi bagi siapa pun untuk menemukan kejujuran melalui tulisan.
"Saya berharap setelah membaca ‘Sepotong Hati’, pembaca merasa bahwa mereka tidak sendiri. Selain itu, saya ingin buku ini menumbuhkan kecintaan pada sastra, khususnya puisi, sebagai salah satu bentuk literasi," pungkas Erin. Ia memiliki visi yang jelas untuk memajukan dunia sastra dan mengajak generasi muda untuk lebih mencintai literasi.
Kisah Erin Ramadayanti ini adalah contoh nyata bahwa generasi muda memiliki potensi yang luar biasa untuk berkarya dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Dengan dukungan dari keluarga, guru, dan pemerintah, serta semangat yang membara, mereka mampu meraih prestasi yang membanggakan dan menginspirasi banyak orang. "Sepotong Hati" adalah bukti nyata bahwa sastra masih memiliki tempat di hati generasi muda dan dapat menjadi sarana untuk mengungkapkan perasaan, berbagi pengalaman, dan menumbuhkan kecintaan pada literasi.
Lebih jauh lagi, kehadiran Erin dengan karya puisinya ini dapat menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya literasi di kalangan generasi muda. Literasi bukan hanya tentang kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga tentang kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan berkomunikasi secara efektif. Dengan meningkatkan literasi, generasi muda akan lebih siap menghadapi tantangan global dan berkontribusi pada pembangunan bangsa.
Pemerintah daerah dan lembaga pendidikan perlu memberikan perhatian yang lebih besar terhadap pengembangan literasi di kalangan generasi muda. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai program, seperti pelatihan menulis, workshop sastra, dan festival literasi. Selain itu, perpustakaan dan taman baca juga perlu diperbanyak dan ditingkatkan kualitasnya agar dapat menjadi tempat yang nyaman dan inspiratif bagi generasi muda untuk membaca dan belajar.
Selain itu, peran media sosial juga sangat penting dalam mempromosikan literasi di kalangan generasi muda. Media sosial dapat digunakan untuk membagikan informasi tentang buku, penulis, dan kegiatan literasi. Selain itu, media sosial juga dapat digunakan untuk membangun komunitas literasi online, di mana generasi muda dapat berinteraksi, berbagi pengalaman, dan saling menginspirasi.
Kisah Erin Ramadayanti ini adalah inspirasi bagi kita semua untuk terus mendukung dan mengembangkan potensi generasi muda. Dengan memberikan dukungan dan kesempatan yang tepat, mereka akan mampu meraih prestasi yang membanggakan dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. "Sepotong Hati" adalah bukti nyata bahwa sastra masih hidup dan berkembang di kalangan generasi muda, dan dapat menjadi sarana untuk mengungkapkan perasaan, berbagi pengalaman, dan menumbuhkan kecintaan pada literasi.
Keberhasilan Erin dalam menerbitkan buku puisi di usia muda juga dapat menjadi motivasi bagi anak-anak muda lainnya untuk berani mewujudkan mimpi mereka. Ia membuktikan bahwa usia bukanlah penghalang untuk berkarya dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Dengan kerja keras, dedikasi, dan dukungan dari orang-orang terdekat, semua orang memiliki kesempatan untuk meraih kesuksesan.
Selain itu, kisah Erin juga mengingatkan kita akan pentingnya peran guru dalam membimbing dan menginspirasi generasi muda. Guru yang berkualitas tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan, tetapi juga membantu siswa untuk menemukan bakat dan minat mereka, serta memberikan motivasi untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Bimbingan dan dukungan dari guru sangat penting bagi perkembangan potensi siswa dan kesiapan mereka untuk menghadapi masa depan.
Dengan demikian, kisah Erin Ramadayanti dan buku "Sepotong Hati" bukan hanya sekadar karya sastra, tetapi juga simbol inspirasi, semangat, dan harapan bagi generasi muda. Karyanya ini membuktikan bahwa generasi muda memiliki potensi yang luar biasa untuk berkarya dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Mari kita terus dukung dan kembangkan potensi generasi muda agar mereka dapat menjadi pemimpin dan agen perubahan yang membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih baik.