Madiun, sebuah kabupaten yang menjadi bagian integral dari Provinsi Jawa Timur, sekali lagi menunjukkan komitmennya dalam menjaga kesehatan masyarakat dan hewan peliharaan melalui inisiatif proaktif. Dalam rangka memperingati Hari Rabies Sedunia yang jatuh setiap tanggal 28 September, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Kabupaten Madiun telah sukses menyelenggarakan program vaksinasi rabies gratis bagi ratusan hewan peliharaan pada Rabu, 24 September 2025. Kegiatan penting ini dipusatkan di Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Jiwan, menarik perhatian puluhan pemilik hewan yang antusias untuk melindungi sahabat berbulu mereka dari ancaman mematikan virus rabies. Dengan menyiapkan 120 dosis vaksin, angka yang meningkat dari estimasi awal 100 dosis karena tingginya animo masyarakat, program ini menjadi bukti nyata keseriusan pemerintah daerah dalam mengimplementasikan strategi pencegahan dan pengendalian penyakit zoonosis.
Kepala Bidang Peternakan DKPP Kabupaten Madiun, drh. Harris Imballo R. Siregar, menekankan bahwa program vaksinasi rutin semacam ini bukan sekadar agenda tahunan, melainkan sebuah pilar utama dalam upaya pencegahan sekaligus pengendalian rabies. Ia menegaskan, rabies bukanlah penyakit biasa; ini adalah ancaman serius yang memiliki potensi menular dari hewan ke manusia, dengan konsekuensi fatal jika tidak ditangani secara cepat dan tepat. "Target kami adalah menjaga agar Jawa Timur, khususnya Kabupaten Madiun, bisa terus berstatus bebas rabies," ujar drh. Harris dengan nada serius. "Kita tahu, secara global, rabies masih menjadi hantu yang menakutkan, menyebabkan puluhan ribu kematian setiap tahunnya di berbagai belahan dunia. Oleh karena itu, vaksinasi hewan peliharaan adalah kunci fundamental dalam rantai pencegahan ini."
Status bebas rabies yang saat ini disandang oleh Jawa Timur, termasuk Kabupaten Madiun, adalah sebuah pencapaian yang patut dijaga dengan kewaspadaan tinggi. Namun, drh. Harris mengingatkan bahwa ancaman selalu mengintai. Potensi masuknya hewan pembawa rabies dari daerah lain yang masih endemis, atau bahkan dari luar pulau, menjadi risiko yang tidak boleh diabaikan. Untuk itu, edukasi masyarakat juga menjadi bagian tak terpisahkan dari program ini. Beliau mengimbau masyarakat agar segera mencuci luka dengan sabun dan air mengalir setidaknya selama 15 menit jika tergigit oleh anjing liar atau hewan lain yang dicurigai. Setelah itu, segera mencari pertolongan medis dan memantau gejala pada hewan yang menggigit, seperti takut air (hidrofobia), demam tinggi, perubahan perilaku drastis, atau gangguan saraf lainnya, yang semuanya merupakan indikator kuat adanya infeksi rabies.
Antusiasme masyarakat terhadap program ini terlihat jelas dari membludaknya peserta. Salah satu warga Jiwan, Ibu Endah Joko Lelono, yang datang membawa empat kucing Persia kesayangannya, mengungkapkan rasa syukurnya. "Program ini sangat membantu kami sebagai pemilik hewan peliharaan. Empat kucing saya bisa mendapatkan vaksin rabies tanpa biaya sepeser pun. Hewan peliharaan jadi lebih terlindungi, dan kami pun sebagai pemilik merasa lebih tenang dan aman," ucap Ibu Endah dengan senyum sumringah, merefleksikan perasaan banyak peserta lain yang juga merasakan manfaat serupa. Tingginya animo ini jugalah yang mendorong penambahan jumlah dosis vaksin dari target awal 100 menjadi 120, sebuah respons cepat dari DKPP untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat. Jenis hewan yang menjadi target vaksinasi utama meliputi anjing dan kucing, dua jenis hewan peliharaan yang paling rentan dan sering berinteraksi dengan manusia.
Hari Rabies Sedunia, yang diperingati setiap tanggal 28 September, bukan hanya sekadar tanggal dalam kalender. Momentum ini adalah sebuah kampanye global yang diniatkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat di seluruh dunia tentang bahaya laten rabies. Lebih dari itu, hari ini juga berfungsi untuk menegaskan kembali pentingnya vaksinasi sebagai upaya pencegahan utama yang paling efektif. Sejarah mencatat, tanggal 28 September dipilih untuk mengenang wafatnya Louis Pasteur, ilmuwan besar Prancis yang berhasil mengembangkan vaksin rabies pertama. Sejak saat itu, vaksinasi telah menjadi tonggak penting dalam upaya mitigasi penyebaran penyakit yang hampir selalu fatal ini.
Di tingkat global, organisasi seperti World Health Organization (WHO) dan World Organisation for Animal Health (WOAH, sebelumnya OIE) telah menginisiasi program ambisius untuk mengeliminasi kematian manusia akibat rabies yang ditularkan oleh anjing pada tahun 2030. Upaya kolektif ini melibatkan berbagai negara, termasuk Indonesia, dalam menggalakkan vaksinasi massal pada anjing, meningkatkan kesadaran publik, serta memperkuat sistem surveilans dan respons cepat terhadap kasus gigitan hewan. Konsep "One Health" atau Satu Kesehatan menjadi landasan filosofis dari strategi ini, yang mengakui bahwa kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan saling terkait erat. Pencegahan rabies pada hewan secara langsung berkontribusi pada perlindungan kesehatan manusia.
Di Indonesia, status rabies masih menjadi tantangan di beberapa wilayah. Meskipun Jawa Timur dan beberapa provinsi lain telah dinyatakan bebas rabies, masih ada provinsi yang berstatus endemis. Oleh karena itu, langkah-langkah pencegahan di daerah bebas rabies seperti Madiun sangat krusial untuk mencegah reintroduksi virus. Vaksinasi bukan hanya melindungi hewan yang divaksinasi, tetapi juga menciptakan kekebalan kelompok (herd immunity) yang melindungi seluruh populasi hewan di suatu wilayah, sehingga memperkecil peluang virus untuk bertahan dan menyebar.
Selain vaksinasi, DKPP Kabupaten Madiun juga terus mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kepemilikan hewan yang bertanggung jawab (responsible pet ownership). Ini mencakup tidak hanya vaksinasi rutin, tetapi juga sterilisasi untuk mengontrol populasi hewan liar, penggunaan kalung identitas, dan penanganan yang tepat jika hewan menunjukkan gejala penyakit. Masyarakat juga diimbau untuk segera melaporkan jika menemukan hewan dengan perilaku mencurigakan atau jika terjadi kasus gigitan, agar penanganan dapat dilakukan sesegera mungkin. Respon cepat ini sangat penting karena masa inkubasi rabies pada manusia bisa bervariasi dari beberapa hari hingga beberapa bulan, namun begitu gejala muncul, penyakit ini hampir selalu berujung pada kematian.
Masa depan bebas rabies di Madiun, dan bahkan di seluruh Jawa Timur, sangat bergantung pada kolaborasi erat antara pemerintah, komunitas ilmiah, dan masyarakat luas. Program vaksinasi gratis seperti yang diselenggarakan di Puskeswan Jiwan adalah contoh nyata bagaimana sinergi ini dapat diwujudkan. Ini bukan hanya tentang suntikan vaksin, melainkan tentang membangun kesadaran kolektif, memupuk tanggung jawab bersama, dan memperkuat fondasi kesehatan masyarakat yang berkelanjutan. Dengan terus menggelar kegiatan semacam ini, Madiun tidak hanya memperingati Hari Rabies Sedunia, tetapi juga secara aktif berkontribusi pada visi global untuk menciptakan dunia yang bebas dari ancaman rabies, memastikan keamanan dan kesejahteraan bagi semua, baik manusia maupun hewan.
rakyatindependen.id