Erling Haaland tidak akan pernah melupakan Borussia Dortmund, klub yang menjadi batu loncatan monumental dalam karier sepak bolanya. Meskipun hanya menghabiskan 2,5 musim di Signal Iduna Park, periode tersebut adalah saat ketajaman dan namanya melesat tinggi, mengukuhkan dirinya sebagai salah satu striker paling menjanjikan di dunia. Selama berseragam kuning-hitam BVB, Haaland mencatatkan statistik yang luar biasa: 86 gol dan 23 assist hanya dari 89 penampilan, sebuah bukti nyata akan insting golnya yang mematikan dan kemampuannya untuk mempengaruhi permainan secara signifikan. Dia tiba sebagai sensasi muda dari Red Bull Salzburg dan segera memenangkan hati para penggemar dengan gol-golnya yang spektakuler dan selebrasi khasnya. Setiap sentuhan bolanya di kotak penalti seolah menjanjikan bahaya, dan dia konsisten memberikan ancaman nyata bagi pertahanan lawan. Para pendukung Dortmund melihatnya sebagai ikon masa depan, seorang striker yang bisa membawa mereka kembali ke puncak kejayaan.
Sejak kepindahannya ke Manchester City pada musim panas 2022, transformasinya menjadi lebih fenomenal lagi. Di bawah asuhan Pep Guardiola, Haaland menggila dengan mencatatkan 141 gol dan 22 assist dari 159 laga, menjadikannya mesin gol yang tak terbendung di Premier League dan Liga Champions. Adaptasinya yang cepat terhadap sepak bola Inggris yang menuntut fisik dan taktik membuktikan kelasnya sebagai striker kelas dunia sejati. Dia memecahkan berbagai rekor gol dalam musim debutnya dan terus menambah koleksi golnya, menjadi ujung tombak utama dalam setiap ambisi City.
Namun, di balik semua statistik dan rekor tersebut, sisi emosional striker timnas Norwegia itu bakal diuji pada matchday keempat fase liga Liga Champions Kamis dini hari (6/11/2025). Ya, City akan menghadapi BVB di Etihad Stadium, Manchester, dalam sebuah pertandingan yang lebih dari sekadar perebutan poin. Ini adalah reuni, sebuah pertemuan antara masa lalu dan masa kini Haaland, di mana nostalgia dan profesionalisme akan berbenturan. Bagi Haaland, setiap pertemuan dengan mantan klubnya selalu membawa perasaan campur aduk. Ada rasa hormat dan terima kasih yang mendalam kepada Dortmund yang telah memolesnya, tetapi juga ada tugas yang jelas untuk memenangkan pertandingan bagi timnya saat ini, Manchester City.
Laga nanti memang bukan debut Haaland melawan Dortmund dengan jersey City. Pada musim debutnya bersama The Citizens, Haaland sudah dua kali menghadapi BVB. Pertemuan pertama di Etihad Stadium berakhir dengan kemenangan tipis 2-1 untuk City, di mana Haaland mencetak gol penentu kemenangan yang spektakuler melalui tendangan akrobatik, sebuah momen yang secara simbolis menunjukkan bahwa dia telah sepenuhnya berpindah loyalitas. Pertemuan kedua di Signal Iduna Park berakhir dengan skor imbang 0-0, sebuah hasil yang menunjukkan bagaimana Dortmund mampu menahan mantan bintangnya di kandang mereka sendiri. Jadi, menghadapi BVB bukan lagi hal baru baginya, dan dia telah melewati fase emosional awal. Namun, setiap pertemuan baru selalu membawa tantangan dan cerita tersendiri.
"Aku masih seperti anak-anak di beberapa situasi. Bedanya, sekarang lebih berpengalaman menjalani hidup," papar Haaland dilansir AFP. Pernyataan ini mencerminkan kedewasaan yang telah ia raih, baik di dalam maupun di luar lapangan. Di usianya yang baru 25 tahun, ia telah mengalami tekanan dan ekspektasi yang luar biasa, namun mampu mengatasinya dengan tenang dan fokus. Pengalaman menghadapi mantan klub, bermain di panggung terbesar, dan menghadapi berbagai gaya permainan telah membentuknya menjadi pribadi yang lebih matang. Ia mungkin masih memiliki semangat dan kegembiraan seorang anak saat bermain sepak bola, tetapi ia juga telah belajar mengelola emosinya dan memahami pentingnya profesionalisme.
Pernyataan striker 25 tahun itu terbukti dengan performanya yang stabil dan konsisten. Bahkan, musim ini dia telah mencetak 17 gol dan 1 assist hanya dari 13 laga, sebuah statistik yang menempatkannya di antara pencetak gol paling produktif di Eropa. Kemampuannya untuk terus mencetak gol di level tertinggi, meskipun menghadapi pertahanan terbaik di dunia, adalah bukti etos kerja dan dedikasinya. Ia terus mengasah kemampuan finishing-nya, pergerakan tanpa bolanya, dan kemampuannya untuk menjadi ancaman konstan di kotak penalti.
Tetapi, Haaland tidak lupa diri. Justru ketajamannya saat ini menurutnya hanyalah pelengkap. Prioritas akan selalu untuk kejayaan The Citizens. Ia memahami bahwa kesuksesan individu tidak akan berarti apa-apa tanpa kesuksesan tim. Filosofi kolektif yang diterapkan Pep Guardiola sangat cocok dengan mentalitas Haaland yang mengutamakan kemenangan tim di atas segalanya. Ia adalah bagian penting dari mesin City yang dirancang untuk mendominasi, dan setiap gol yang ia cetak adalah kontribusi untuk tujuan yang lebih besar.
Haaland ingin tampil maksimal musim ini untuk menebus aib musim lalu. Ya, City bisa dibilang gagal total dengan hanya memenangi Community Shield. Sedangkan di Premier League, Piala FA, Piala Liga, Liga Champions, dan Piala Dunia Antarklub tidak bisa berbuat banyak. Kegagalan ini, meskipun mungkin mengejutkan bagi banyak orang mengingat kualitas skuad City, menjadi cambuk bagi Haaland dan rekan-rekannya. Ia merasa bertanggung jawab untuk membawa City kembali ke jalur kemenangan dan meraih trofi-trofi mayor yang terlewatkan. Tekanan untuk memenangkan Liga Champions, khususnya, selalu menjadi prioritas bagi City, dan Haaland adalah senjata utama mereka untuk mencapai tujuan tersebut.
"Aku terus berkembang (sebagai pemain, Red). Tetapi, prosesnya masih sangat panjang," ucap Haaland. Kalimat ini menunjukkan ambisi tak terbatas yang dimiliki Haaland. Meskipun telah mencapai puncak performa, ia percaya bahwa masih ada banyak ruang untuk perbaikan. Mentalitas ini adalah yang membedakannya dari pemain lain; ia tidak pernah puas dengan apa yang telah ia capai dan selalu mencari cara untuk menjadi lebih baik. Baik itu dalam hal fisik, teknik, maupun taktik, Haaland selalu terbuka untuk belajar dan beradaptasi.
Pertandingan melawan Borussia Dortmund di Etihad Stadium pada 6 November 2025 akan menjadi panggung di mana misi pribadi Haaland untuk menebus kegagalan musim lalu bertemu dengan nostalgia masa lalunya. Ini adalah kesempatan bagi City untuk mengukuhkan posisi mereka di grup Liga Champions dan bagi Haaland untuk menunjukkan bahwa ia telah sepenuhnya berevolusi menjadi striker yang lebih lengkap dan matang.
Analisis Taktis Pertandingan:
Manchester City di bawah asuhan Pep Guardiola kemungkinan akan tampil dengan formasi 4-1-4-1 yang fleksibel, dengan Donnarumma di bawah mistar gawang. Lini belakang yang kokoh dengan Nunes, Stones, Ruben, dan Ait-Nouri akan menjadi benteng pertahanan pertama. Di lini tengah, Gonzalez akan berperan sebagai gelandang jangkar, memberikan perlindungan bagi empat gelandang serang yang dinamis: Savinho, Reijnders, Foden, dan Doku. Keempatnya dikenal dengan kemampuan dribbling, passing, dan pergerakan tanpa bola yang cerdas, mampu menciptakan peluang dan mengacak-acak pertahanan lawan. Foden dan Doku khususnya, akan menjadi ancaman konstan dari sisi sayap. Haaland, sebagai ujung tombak tunggal, akan menjadi titik fokus serangan, memanfaatkan kecepatan dan kekuatan fisiknya untuk membongkar pertahanan Dortmund. Guardiola akan menginstruksikan timnya untuk mendominasi penguasaan bola, menekan tinggi, dan mencari celah melalui kombinasi umpan-umpan pendek yang cepat dan penetrasi dari sayap.
Di sisi lain, Borussia Dortmund yang dilatih Niko Kovac diperkirakan akan menggunakan formasi 3-4-2-1. Kobel akan menjadi penjaga gawang andalan, dilindungi oleh tiga bek tengah: Schlotterbeck, Anton, dan Bensebaini. Lini tengah akan diisi oleh Couto dan Svensson sebagai wing-back yang akan aktif membantu pertahanan dan serangan, serta Nmecha dan Bellingham sebagai gelandang tengah. Jude Bellingham, sebagai salah satu talenta muda paling cemerlang di Eropa, akan menjadi motor serangan Dortmund, dengan kemampuannya mendistribusikan bola, melakukan dribbling, dan mencetak gol dari lini kedua. Di depan, Beier dan Brandt akan beroperasi di belakang striker tunggal Guirassy, menciptakan koneksi antara lini tengah dan serangan. Guirassy, dengan kekuatan fisiknya, akan menjadi target man yang mampu menahan bola dan menciptakan peluang bagi rekan-rekannya. Kovac kemungkinan akan mengadopsi pendekatan yang lebih pragmatis, mengandalkan serangan balik cepat, memanfaatkan kecepatan para wing-back, dan eksploitasi ruang di belakang pertahanan City.
Perkiraan Pemain:
Manchester City (4-1-4-1): 25-Donnarumma (g); 27-Nunes, 5-Stones, 3-Ruben, 21:Ait-Nouri; 14-Gonzalez; 26-Savinho, 4-Reijnders, 47-Foden, 11-Doku; 9-Haaland
Pelatih: Pep Guardiola
Borussia Dortmund (3-4-2-1): 1-Kobel (g); 4-Schlotterbeck, 3-Anton, 5-Bensebaini; 2-Couto, 8-Nmecha, 7-Bellingham, 24-Svensson; 14-Beier, 10-Brandt; 9-Guirassy
Pelatih: Niko Kovac
Pertandingan ini akan menjadi ujian yang menarik bagi kedua tim. Bagi City, ini adalah kesempatan untuk melanjutkan dominasi mereka di Liga Champions dan bagi Haaland untuk menegaskan kembali posisinya sebagai striker paling mematikan di dunia. Bagi Dortmund, ini adalah peluang untuk menunjukkan bahwa mereka mampu bersaing dengan tim-tim terbaik Eropa dan bahwa mereka tidak lagi bergantung pada satu pemain bintang. Namun, sorotan utama akan tetap tertuju pada Erling Haaland, sang mesin gol yang kembali menghadapi masa lalunya, dengan misi tunggal: membawa Manchester City meraih kejayaan. Prosesnya memang masih panjang, seperti yang ia akui, tetapi setiap pertandingan adalah langkah menuju kesempurnaan.
(dio)
Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita rakyatindependen.id
