Munas XXII Palang Merah Indonesia (PMI) tahun 2024 menjadi ajang yang menentukan masa depan organisasi kemanusiaan terbesar di Indonesia. Namun, alih-alih menjadi panggung untuk menunjukkan nilai-nilai luhur PMI, Munas ini diwarnai oleh praktik-praktik yang mencoreng integritas organisasi. Pembocoran dokumen rahasia, dominasi kekuatan dana, dan godaan transaksional berupa jabatan menjadi senjata dalam perebutan kursi Ketua Umum, sebuah kursi yang seharusnya hanya diduduki oleh mereka yang memiliki hati dan visi kemanusiaan sejati.
Pembocoran Data : Pengkhianatan dari Dalam
Ketika dokumen-dokumen rahasia Munas bocor ke pihak tertentu, integritas internal PMI terguncang. Dokumen yang seharusnya dijaga dengan ketat—termasuk agenda strategis dan data internal organisasi—menjadi alat untuk menjatuhkan atau mengangkat kandidat tertentu. Fakta bahwa pelaku pembocoran diduga berasal dari lingkaran Markas Pusat PMI sendiri menambah luka yang mendalam.
Tindakan ini bukan hanya pengkhianatan terhadap organisasi, tetapi juga terhadap jutaan masyarakat Indonesia yang bergantung pada PMI dalam situasi darurat. Muhammad Jusuf Kalla, yang telah menjadi pilar utama dalam membangun kepercayaan publik terhadap PMI, kini harus menghadapi ujian berat: bagaimana menjaga organisasi tetap berada di jalur integritas di tengah derasnya intrik.
Dana : Senjata dalam Perebutan Kekuasaan
Pemilihan Ketua Umum PMI tidak lepas dari pengaruh kekuatan finansial. Beberapa kandidat memanfaatkan dana besar untuk melobi, menciptakan citra, bahkan memberikan insentif kepada pemilih. Namun, Jusuf Kalla telah membuktikan bahwa kepemimpinan tidak diukur dari seberapa banyak uang yang dimiliki, tetapi dari komitmen untuk melayani.
Selama kepemimpinannya, PMI menjadi organisasi yang mampu memobilisasi bantuan besar, tidak hanya dari dalam negeri tetapi juga dunia internasional. Setiap rupiah yang dikumpulkan tidak pernah digunakan untuk ambisi pribadi, tetapi sepenuhnya dialokasikan untuk menjawab panggilan kemanusiaan. Dalam situasi ini, masyarakat dan anggota PMI perlu bertanya: apakah pemimpin dengan ambisi dana besar benar-benar peduli pada kemanusiaan, atau hanya pada kekuasaan?
Jabatan sebagai Alat Tawar-Menawar
Praktik transaksional dalam bentuk iming-iming jabatan menjadi isu lain yang mencoreng Munas XXII. Janji penempatan dalam posisi strategis ditawarkan kepada mereka yang bersedia memberikan dukungan. Muhammad Jusuf Kalla tidak pernah menjual jabatan untuk kepentingan politik. Baginya, jabatan adalah amanah, bukan alat transaksi.
Di bawah kepemimpinan beliau, PMI membuktikan bahwa organisasi ini tidak hanya dijalankan oleh orang-orang yang kompeten, tetapi juga oleh mereka yang benar-benar memiliki hati untuk kemanusiaan. Mereka yang mendukungnya melakukannya bukan karena dijanjikan sesuatu, tetapi karena percaya pada visi dan dedikasinya yang konsisten.
Tegas Melawan Intrik, Mempertahankan PMI
Munas XXII ini adalah momen untuk menunjukkan bahwa PMI adalah organisasi yang berlandaskan nilai-nilai luhur. Ini adalah panggilan untuk seluruh anggota dan masyarakat pendukung Jusuf Kalla untuk berdiri tegas melawan intrik, manipulasi, dan godaan kekuasaan.
Ketegasan dalam mempertahankan integritas PMI bukan hanya soal menjaga nama baik organisasi, tetapi juga memastikan bahwa PMI tetap menjadi garda terdepan dalam misi kemanusiaan. Intrik seperti pembocoran data dan penggunaan dana untuk kepentingan pribadi adalah pengkhianatan terhadap rakyat yang menggantungkan harapan pada PMI di saat-saat paling genting.
Perjuangan untuk Masa Depan PMI
Munas XXII PMI 2024 bukan hanya soal memilih Ketua Umum, tetapi juga soal mempertahankan jiwa organisasi. PMI membutuhkan pemimpin yang tegas, berintegritas, dan memiliki rekam jejak nyata dalam melayani masyarakat tanpa pamrih. Dalam konteks ini, Muhammad Jusuf Kalla adalah figur yang telah membuktikan dirinya sebagai pelayan sejati bagi kemanusiaan.
Melalui kepemimpinan yang transparan, dedikasi tanpa batas, dan keberanian melawan intrik, Jusuf Kalla adalah simbol dari apa yang seharusnya diperjuangkan oleh PMI: integritas, keadilan, dan keberpihakan pada nilai-nilai kemanusiaan. Kini saatnya bagi kita semua untuk berdiri bersama, melawan praktik-praktik kotor, dan memastikan bahwa PMI tetap berada di tangan yang benar.
Karena pada akhirnya, bukan kekuasaan yang akan menyelamatkan nyawa, tetapi hati yang tulus dan tindakan nyata. Mari pertahankan PMI sebagai organisasi yang berdiri di atas dasar yang tak tergoyahkan: integritas dan kemanusiaan.
Oleh: Sukohawidodo/Relawan PMI Bojonegoro.
Ditulis: Budi Pranoto/Relawan PMI Jaktim