Nasib Tragis Mbah Warman Yang Hidup Sebatang Kara, di Hutan Jati, Dusun Singget, Desa Beji, Kedewan

BOJONEGORO (RAKYATINDEPENDEN)- Potret kehidupan yang selalu kita lihat yang baik-baik saja. Namun, sebaliknya masih banyak potret kehidupan masyarakat yang mereka kurang beruntung. Hal itu, seperti yang dialami oleh Warman (78) warga Dusun Singget, Desa Beji, Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro, Jawa timur ini.
Pria yang akrab disapa Mbah Warman itu, nasibnya tragis, hidup sebatang kara di sebuah rumah kecil yang berdiri di lahan milik Perhutani. Yang rumah berukuran 3 x 4 meter dengan bahan kayu itu dibuatkan oleh gotong-royong pemuda Dusun Singget itu.
Kenapa Mbah Warman dibuatkan rumah di bawah pohon jati di lahan milik Perhutani itu, dikarenakan dia terusir dari rumahnya sendiri. Anak satu-satu laki-laki sudah menikah dan dia takut dengan istrinya dan menantunya itu tidak mau memberi makan serta merawat saat sakit sehingga dia memutuskan untuk pergi dari rumah dan membuat gubuk di hutan yang ada di selatan dusun itu.
Iba dengan kondisi Mbah Warman yang berada di gubuk membuat pemuda di situ kerja bhakti bergotong royong membuatkan rumah kecil dengan menggunakan bahan kayu seadanya, yakni, kayu jati dan bambu, papan bekas dan genteng bekas.
Mbah Warman sudah tua dan sakit linu, jangankan bekerja untuk berjalan saja Mbah Warman kesulitan dan terkadang memakai tongkat agar tak terjatuh. Sayangnya, anak satu-satunya tak sudi diikutinya dan dia juga sudah tak memiliki saudara lagi.
Istrinya meninggal sudah 3 tahun yang lalu, sehingga Mbah Warman harus tinggal sendirian di rumah kecil yang berada di bawah pohon jati dan taaman jagung di sekitarnya.

“Kula neda nggih nek diparingi tiyang-tiyang sing mesakke kulo. Dhek wau mboten masak, mergi berase mboten gadah, telas = Saya makan jika dikasih orang-orang yang kasihan sama saya. Tadi tidak masak karena gak punya beras, habis,” katanya dengan logat Jawa yang masih kenthal, Sabtu (1/2/2025).
Lanjut Mbah Warman, dirinya juga tak pernah dapat bantuan apapun dari pemerintah. Saat ditanya apakah bantuan untuk dirinya dikasih ke anaknya, dia jawab tidak tahu.
Berdasarkan pantauan rakyatindependen.id di rumah kecil Mbah Warman, di situ ada dipan kayu untuk tidur, ada meja untuk tempat makanan dan ada kompor serta magic com.
Ada kepokannya yang mengantarkan beras 2 kilo gram dan 1 (satu) mie instan, katanya Mbah Warman minta tolong dibelikan ke toko karena tadi ada seorang cewek yang lewat dan ngasih uang Rp 50 ribu sehingga uangnya langsung dibelanjakan agar hari ini, dia bisa masak dan bisa makan.
“Kula masak piyambak, mangke ditedo kalih sambel kalih uyah kadang nggih kalih krupuk mawon sampun eco = Saya masak sendiri, nanti dimakan sama sambel ditambah garam, kadang ya sama krupuk saja sudah enak,” ungkapnya.
Di akhir bincang-bincangnya dengan wartawan media ini, Mbah Warman beharap agar penyakit linu yang dideritanya bisa sembuh dan semoga masih ada orang baik yang masih mau memberikan uluran tangan kepadanya untuk sekedar makan guna menyambung hidup.
**(Kis/Red)