Ponorogo Gemparkan Dunia Perpajakan: Pisang Cavendish Jadi Alat Pembayaran PBB di Desa Bringinan!

Desa Bringinan, sebuah permata tersembunyi di Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, telah menggemparkan dunia perpajakan dengan inovasi unik dan inspiratif. Di desa ini, bukan lagi uang tunai yang menjadi alat pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2), melainkan tandan-tandan pisang cavendish yang ranum dan berkualitas tinggi. Inisiatif ini bukan hanya sekadar solusi kreatif untuk meringankan beban warga, tetapi juga cerminan semangat gotong royong dan pemanfaatan potensi lokal yang luar biasa.

Kepala Desa Bringinan, Barno, adalah sosok visioner di balik transformasi ini. Beliau menjelaskan bahwa program pembayaran PBB dengan pisang cavendish telah dirintis sejak tahun 2024, dengan tujuan untuk memberdayakan masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan desa. Langkah awal yang dilakukan adalah menyalurkan ribuan bibit pisang cavendish berkualitas unggul kepada seluruh warga desa. Bibit-bibit ini kemudian ditanam di pekarangan rumah masing-masing warga, mengubah lahan tidur menjadi sumber pendapatan yang berkelanjutan.

Proses pembayaran PBB dengan pisang cavendish ini sangat sederhana dan transparan. Ketika pisang-pisang tersebut mulai matang dan siap panen, warga memetiknya dan membawa hasil panen mereka ke balai desa. Di sana, pisang-pisang tersebut ditimbang dengan cermat, dan nilainya dihargai sebesar Rp5.000 per kilogram. Nilai pisang yang terkumpul kemudian dikonversikan sebagai pembayaran pajak PBB P2 warga yang bersangkutan.

Namun, ada satu hal yang membedakan program ini dengan inisiatif serupa lainnya. Pisang-pisang yang dikumpulkan dari warga tidak langsung diserahkan ke kantor pajak. Pihak desa terlebih dahulu mengolah dan menjual pisang-pisang tersebut ke pasar lokal maupun luar daerah. Hasil penjualan inilah yang kemudian digunakan untuk melunasi kewajiban pajak warga kepada negara. Dengan cara ini, desa tidak hanya membantu warga membayar pajak, tetapi juga menciptakan nilai tambah bagi produk lokal dan meningkatkan perekonomian desa secara keseluruhan.

Barno menjelaskan bahwa ide awal program ini muncul dari keinginan untuk memanfaatkan lahan pekarangan yang selama ini kurang produktif. Beliau melihat potensi besar dalam budidaya pisang cavendish, yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan mudah ditanam di lingkungan desa. Selain itu, beliau juga ingin meringankan beban warga yang seringkali kesulitan membayar pajak dengan uang tunai, terutama bagi mereka yang berprofesi sebagai petani atau buruh tani.

"Awalnya pisang ini merupakan bantuan dari desa, setidaknya ada ribuan bibit pisang yang diberikan gratis kepada warga. Hasil panennya bisa buat bayar pajak, kalau kelebihan uangnya diberikan kembali kepada warga. Per kilonya Rp5.000," jelas Barno dengan nada bangga.

Program unik ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi warga, tetapi juga mempererat tali persaudaraan dan kebersamaan di antara mereka. Setiap kali tiba musim panen, warga bergotong royong memanen, menimbang, dan menyerahkan pisang hasil panen mereka ke balai desa. Suasana keakraban dan kegembiraan selalu menyelimuti kegiatan ini, menciptakan ikatan sosial yang kuat dan harmonis.

"Awalnya kami ingin lahan pekarangan bisa lebih produktif. Ya punya ide buat tanamin pisang ini," kata Barno dengan senyum sumringah.

Skema pembayaran pajak dengan pisang cavendish ini ternyata disambut dengan antusiasme yang tinggi oleh warga Desa Bringinan. Mereka merasa sangat terbantu dengan adanya inovasi ini, karena tidak perlu lagi susah payah mencari uang tunai untuk membayar pajak. Selain itu, mereka juga merasa bangga karena hasil panen mereka dapat memberikan kontribusi positif bagi pembangunan desa dan negara.

Katimen, salah seorang warga Bringinan, mengaku sangat terbantu dengan adanya program ini. Beliau mengatakan bahwa sejak tahun 2024, beliau selalu membayar pajak dengan pisang cavendish, dan hal ini sangat meringankan bebannya.

"Ini tadi bayar pajak dengan pisang, nyicil mas biar tenang. Sudah sejak 2024 bayar gini, ya sangat terbantu," ungkap Katimen dengan wajah berseri-seri.

Dengan model pembayaran yang inovatif ini, Desa Bringinan seolah memberikan contoh nyata bagaimana kreativitas lokal dapat menjadi solusi atas persoalan klasik pajak. Dari sekadar buah di pekarangan, pisang cavendish kini telah bertransformasi menjadi jalan bagi warga untuk menunaikan kewajiban mereka kepada negara dengan cara yang lebih ringan, menyenangkan, dan penuh gotong royong.

Inisiatif Desa Bringinan ini telah menarik perhatian banyak pihak, baik dari pemerintah daerah, pemerintah pusat, maupun kalangan akademisi dan praktisi perpajakan. Banyak yang memuji inovasi ini sebagai terobosan yang cerdas dan inspiratif, serta layak untuk direplikasi di daerah-daerah lain di Indonesia.

Namun, di balik kesuksesan program ini, terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah fluktuasi harga pisang cavendish di pasar, yang dapat mempengaruhi nilai tukar pisang dengan uang. Selain itu, perlu juga diperhatikan aspek kualitas dan standar mutu pisang yang diterima dari warga, agar dapat bersaing di pasar yang kompetitif.

Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, Pemerintah Desa Bringinan terus berupaya untuk meningkatkan kualitas produksi pisang cavendish, melalui pelatihan dan pendampingan kepada petani. Selain itu, desa juga menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, seperti perusahaan pengolahan makanan dan minuman, untuk menciptakan pasar yang lebih stabil dan menguntungkan bagi petani.

Inovasi pembayaran PBB dengan pisang cavendish di Desa Bringinan ini bukan hanya sekadar solusi praktis untuk meringankan beban warga. Lebih dari itu, inisiatif ini merupakan cerminan semangat kemandirian, kreativitas, dan gotong royong yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia. Desa Bringinan telah membuktikan bahwa dengan memanfaatkan potensi lokal dan mengembangkan inovasi yang tepat, sebuah desa kecil dapat memberikan kontribusi besar bagi pembangunan bangsa dan negara.

Kisah sukses Desa Bringinan ini menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di seluruh Indonesia untuk berani berinovasi dan mencari solusi kreatif dalam mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi. Dengan semangat yang sama, diharapkan akan muncul lebih banyak lagi desa-desa yang mampu menciptakan terobosan-terobosan baru yang bermanfaat bagi masyarakat dan negara.

Pemerintah daerah dan pemerintah pusat perlu memberikan dukungan penuh terhadap inisiatif-inisiatif seperti ini, melalui penyediaan dana, pelatihan, dan pendampingan yang berkelanjutan. Selain itu, perlu juga diciptakan regulasi yang fleksibel dan adaptif, sehingga memungkinkan desa-desa untuk berinovasi dan mengembangkan potensi lokal mereka secara optimal.

Dengan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, diharapkan Indonesia dapat menjadi negara yang maju dan sejahtera, di mana setiap desa memiliki potensi untuk berkembang dan memberikan kontribusi positif bagi pembangunan bangsa. Desa Bringinan telah membuka jalan, dan kini saatnya bagi desa-desa lain untuk mengikuti jejaknya dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi Indonesia.

Inovasi pembayaran PBB dengan pisang cavendish di Desa Bringinan adalah bukti nyata bahwa kreativitas dan gotong royong dapat menjadi kunci untuk mengatasi berbagai permasalahan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kisah sukses ini diharapkan dapat menginspirasi desa-desa lain di seluruh Indonesia untuk berani berinovasi dan menciptakan solusi-solusi kreatif yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan lokal mereka. Dengan semangat kebersamaan dan dukungan dari semua pihak, Indonesia dapat menjadi negara yang maju dan sejahtera, di mana setiap desa memiliki potensi untuk berkembang dan memberikan kontribusi positif bagi pembangunan bangsa.

Exit mobile version