Air Mata Duka Gubernur Khofifah Iringi Kepergian Atlet Kebanggaan Naufal Takdir Al Bari

Suasana duka yang mendalam menyelimuti Jalan KH. Kholil Gang XI, Gresik, tatkala kabar kepergian atlet gimnastik artistik kebanggaan Jawa Timur, Naufal Takdir Al Bari, menorehkan luka yang tak terperi. Kehadiran Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, di rumah duka bukan sekadar kunjungan formal, melainkan sebuah manifestasi empati dan kehilangan yang tulus dari seorang pemimpin yang merasakan denyut nadi rakyatnya. Pada hari yang muram itu, Khofifah tiba dengan hati yang berat, wajahnya memancarkan kesedihan yang tak dapat disembunyikan, untuk melepas kepergian sang bintang muda ke peristirahatan terakhirnya. Seluruh Gresik, bahkan Jawa Timur, seolah ikut terhenti dalam keheningan, mengiringi langkah terakhir pahlawan olahraga yang berpulang terlalu cepat.

Gubernur Khofifah, sosok pemimpin yang telah mengabdi selama dua periode, tampil dalam balutan busana putih bersih yang melambangkan kesucian dan duka, dipadukan dengan rok hitam yang menandakan keseriusan dan penghormatan. Penampilannya yang sederhana namun penuh makna ini mencerminkan betapa ia menempatkan dirinya sebagai bagian dari keluarga besar yang berduka. Saat mobil yang membawanya perlahan mendekati gang sempit tempat jenazah almarhum disemayamkan, ratusan warga telah menanti dengan setia. Mereka berdesak-desakan di sepanjang jalan, bukan untuk mencari sensasi, melainkan untuk memberikan penghormatan terakhir dan setidaknya dapat bersalaman, merasakan kehadiran, serta berbagi duka dengan orang nomor satu di Jawa Timur itu. Antusiasme yang terpancar dari kerumunan itu adalah bukti nyata betapa Naufal dicintai dan betapa masyarakat menghargai empati yang ditunjukkan oleh sang Gubernur. Langkah Khofifah yang mantap namun penuh kehati-hatian, menembus kerumunan yang padat, menunjukkan tekadnya untuk segera berada di sisi keluarga yang berduka.

Setibanya di ambang rumah duka, Khofifah langsung diarahkan menuju bagian dalam rumah yang sederhana, namun kini menjadi pusat perhatian dan kesedihan yang mendalam. Gang yang biasanya ramai dengan hiruk pikuk keseharian, kini berubah sunyi, hanya diisi oleh bisikan doa dan isak tangis yang tertahan. Momen yang paling mengharukan terjadi saat Khofifah bertemu dengan Ibunda almarhum, Nurul Khotimah. Begitu pandangan mereka bertemu, seolah bendungan air mata yang selama ini ditahan oleh sang ibunda runtuh seketika. Tanpa ragu, Gubernur Khofifah memeluk Nurul Khotimah dengan erat, sebuah pelukan yang bukan hanya sekadar gestur fisik, melainkan jembatan emosional yang menghubungkan dua jiwa dalam balutan duka. Dalam pelukan itu, Nurul Khotimah tak kuasa menahan isak tangisnya yang pecah, membiarkan kesedihan mengalir bebas, seolah menemukan sandaran yang memahami kedalaman rasa kehilangannya. Khofifah dengan lembut menepuk-nepuk punggungnya, memberikan kekuatan dan kenyamanan yang sangat dibutuhkan.

Dengan suara yang bergetar namun penuh ketegasan, Khofifah menyampaikan rasa duka cita yang mendalam. “Kami turut berduka cita atas kepergian Naufal Takdir Al Bari. Indonesia, Jawa Timur, dan khususnya Kabupaten Gresik, sungguh merasakan kehilangan yang sangat besar,” ujarnya, sorot matanya menatap Nurul Khotimah, seolah ingin berbagi beban kesedihan itu. Khofifah melanjutkan, “Almarhum meninggalkan kita semua saat ia sedang mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional, tengah menjalani Training Camp (TC) di Rusia. Kepergiannya adalah kehilangan besar bagi dunia olahraga kita.” Kata-katanya bukan hanya sekadar ucapan belasungkawa, melainkan sebuah pengakuan atas dedikasi Naufal dan kebanggaan yang ia bawa bagi bangsa. Naufal, seorang atlet muda dengan potensi gemilang, telah menunjukkan bakat luar biasa dan semangat juang yang tak tergoyahkan. Kepergiannya di tengah persiapannya untuk mencapai puncak karier internasional adalah sebuah takdir yang menyakitkan, meninggalkan mimpi-mimpi yang belum terwujud dan harapan yang kini berubah menjadi kenangan. Khofifah menegaskan bahwa nama Naufal akan selalu terukir sebagai salah satu pahlawan olahraga yang berpulang dalam tugas mulia.

Setelah momen mengharukan di rumah duka, rombongan Gubernur Khofifah bersama keluarga almarhum melangkah menuju Langgar Rahmat, sebuah mushola kecil yang menjadi saksi bisu kebersamaan dalam duka. Di sana, mereka bersama-sama melaksanakan sholat jenazah, sebuah ritual terakhir yang penuh kekhusyukan sebelum Naufal dimakamkan di TPU Tlogopojok Gresik. Setiap takbir yang diucapkan, setiap doa yang dipanjatkan, terasa begitu berat, memohon ampunan dan tempat terbaik di sisi Tuhan untuk almarhum. Udara di dalam langgar terasa dingin, namun hati setiap yang hadir dipenuhi kehangatan persaudaraan dalam kesedihan. Usai sholat, Khofifah kembali mendekati Ibunda Nurul Khotimah. Kali ini, ia tak hanya memeluk, tetapi juga menggenggam erat tangan sang ibunda, sebuah gestur yang lebih dalam dari sekadar simpati. Air mata yang sempat mereda kini kembali membasahi pipi keduanya, seolah tak ada lagi daya untuk menahannya. Dalam keheningan yang sarat makna, jenazah Naufal kemudian dengan perlahan dan penuh hormat dimasukkan ke dalam mobil ambulans, siap untuk dibawa menuju peristirahatan abadinya. Suara mesin ambulans yang menderu pelan mengoyak keheningan, membawa pergi jasad sang bintang, meninggalkan kerinduan yang tak akan pernah pudar di hati keluarga dan seluruh masyarakat.

Dalam suasana yang masih diselimuti haru, Gubernur Khofifah kembali mengenang sosok almarhum Naufal Takdir Al Bari. Ia tidak hanya melihat Naufal sebagai seorang atlet berprestasi, tetapi juga sebagai pribadi yang istimewa. “Almarhum Naufal Takdir Al Bari dikenal sangat friendly terhadap siapa saja,” kenangnya dengan suara yang lembut namun sarat emosi. “Kebaikan hatinya, keramahannya, dan kepribadiannya yang menyenangkan tidak hanya terlihat di arena pertandingan, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari di luar gelanggang. Ia adalah sosok yang mudah bergaul, selalu menebarkan senyum, dan meninggalkan kesan positif bagi setiap orang yang mengenalnya.” Khofifah juga tak lupa menyampaikan apresiasi dan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pemulangan jenazah Naufal dari Rusia hingga tiba kembali di tanah air. “Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak, mulai dari kedutaan, kementerian, hingga tim medis yang telah bekerja keras memastikan jenazahnya tiba dengan selamat di tengah keluarga. Ini adalah bentuk solidaritas dan kepedulian yang luar biasa,” tuturnya, matanya berkaca-kaca, menunjukkan betapa besar rasa terima kasihnya atas dukungan yang telah diberikan.

Di sisi lain, Ibunda almarhum, Nurul Khotimah, tampak lunglai di tengah pusaran duka. Matanya tak lepas menatap peti jenazah sang putra yang kini telah tertutup rapat, seolah ingin merekam setiap detail terakhir. Ekspresi pasrah terpancar jelas di wajahnya yang sembab, sebuah tanda penerimaan yang begitu sulit atas takdir yang begitu menyakitkan. Dengan suara yang terbata-bata, hampir tak terdengar, ia terus-menerus mengucapkan doa-doa untuk anaknya yang telah pergi, memohon ketenangan dan kebahagiaan abadi bagi Naufal di alam sana. Setiap helaan napasnya terasa berat, diiringi oleh bisikan-bisikan doa yang hanya bisa didengar oleh dirinya dan Tuhan. Affa Mufarik, kakak kandung Naufal Takdir Al Bari, berdiri di samping ibundanya, mencoba memberikan kekuatan meskipun dirinya sendiri tampak sangat terpukul. Wajahnya merah dan matanya sembab, menunjukkan betapa dalam luka yang ia rasakan. “Mohon maaf, Mas, Ibu saya masih sangat berduka,” ujar Affa dengan suara serak kepada para pelayat dan awak media yang hadir, mencoba melindungi privasi ibundanya dalam momen kesedihan yang begitu mendalam. Keluarga besar Naufal, meskipun hancur lebur, mencoba untuk tetap teguh, saling menguatkan di tengah badai kesedihan yang menerpa. Kepergian Naufal bukan hanya meninggalkan lubang kosong di hati mereka, tetapi juga di hati seluruh bangsa yang kehilangan salah satu atlet terbaiknya.

Semangat juang Naufal, kebaikannya, dan dedikasinya akan selalu menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama generasi muda yang bercita-cita untuk mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. Meskipun raganya telah tiada, kenangan akan Naufal Takdir Al Bari akan terus hidup, abadi dalam setiap torehan prestasi dan senyumnya yang ramah. Kepergiannya adalah pengingat bahwa hidup ini singkat, namun jejak kebaikan dan semangat pantang menyerah akan selalu dikenang.

rakyatindependen.id

Exit mobile version