Brace Dramatis Welbeck Robek Chelsea 3-1 di Stamford Bridge, Memperparah Luka Krisis The Blues yang Kian Menganga

London (rakyatindependen.id) – Stamford Bridge kembali menjadi saksi bisu kekalahan menyakitkan bagi Chelsea. Dalam lanjutan matchweek ketujuh Premier League pada Sabtu malam, 27 September 2025, The Blues dipaksa menyerah 1-3 di tangan Brighton & Hove Albion. Hasil ini tidak hanya memperpanjang deretan tren negatif bagi tim asuhan Enzo Maresca, tetapi juga secara telak menyoroti kehebatan abadi Danny Welbeck, striker berpengalaman yang kini menjelma menjadi momok menakutkan bagi klub asal London Barat tersebut. Kemenangan tandang yang impresif ini menjadi bukti ketangguhan Brighton di bawah arahan Fabian Hurzeler, sekaligus pukulan telak yang memperdalam krisis kepercayaan diri dan performa di kubu Chelsea.

Sejak awal musim 2025/2026, Chelsea memang belum menemukan ritme terbaiknya. Berbekal investasi besar di bursa transfer dan pergantian manajer ke Enzo Maresca, harapan tinggi membumbung di antara para pendukung setia. Namun, realita di lapangan jauh dari ekspektasi. Menghadapi Brighton yang dikenal dengan permainan menyerang nan dinamis, Chelsea sejatinya memulai laga dengan cukup menjanjikan. Dengan dukungan penuh dari ribuan Cules di kandang sendiri, mereka berusaha mengambil inisiatif serangan.

Tekanan awal Chelsea membuahkan hasil di menit ke-24. Sebuah skema tendangan sudut yang dieksekusi dengan cerdas oleh Conor Gallagher berhasil disambut dengan sundulan terukur oleh gelandang maestro, Enzo Fernández. Bola meluncur deras ke pojok gawang tanpa mampu dijangkau kiper Brighton, Bart Verbruggen. Gol ini sontak membangkitkan euforia di Stamford Bridge, seolah menjadi penanda kebangkitan yang dinanti-nanti. Chelsea unggul 1-0, dan momentum tampak berada di pihak mereka. Para pemain Brighton terlihat sedikit terkejut, namun mereka tidak panik dan tetap mencoba membangun serangan balik melalui sisi sayap.

Paruh pertama pertandingan berjalan cukup seimbang setelah gol tersebut, meskipun Chelsea terlihat lebih nyaman dalam menguasai bola dan mencoba mendikte tempo permainan. Namun, seperti yang sering terjadi dalam sepak bola, satu insiden bisa mengubah segalanya. Babak kedua dimulai dengan intensitas yang lebih tinggi dari kedua tim. Brighton mulai menemukan celah di pertahanan Chelsea, dan pergerakan lincah para penyerang mereka, termasuk Diego Gomez, mulai merepotkan lini belakang The Blues.

Bencana bagi Chelsea datang pada menit ke-53. Sebuah serangan balik cepat Brighton berhasil menempatkan Diego Gomez dalam posisi berbahaya di dekat kotak penalti. Bek tengah Chelsea, Trevoh Chalobah, yang menjadi orang terakhir, melakukan tekel krusial untuk menghentikan laju Gomez. Wasit awalnya hanya memberikan kartu kuning, namun setelah intervensi dari Video Assistant Referee (VAR), keputusan berubah drastis. Setelah meninjau tayangan ulang di monitor pinggir lapangan, wasit menilai Chalobah melakukan pelanggaran yang jelas sebagai ‘pemain terakhir’ dan tanpa ampun mencabut kartu merah langsung. Trevoh Chalobah terpaksa meninggalkan lapangan, meninggalkan Chelsea bermain dengan sepuluh pemain selama hampir 40 menit terakhir pertandingan.

Kartu merah tersebut bukan hanya merugikan Chelsea secara jumlah pemain, tetapi juga menghantam mental para pemain dan mengubah total strategi yang telah disusun Maresca. Chelsea yang semula berusaha menyerang, kini harus fokus bertahan dan menahan gempuran Brighton yang mulai agresif. Pelatih Fabian Hurzeler dengan cerdik memanfaatkan keunggulan jumlah pemain. Ia menginstruksikan anak asuhnya untuk meningkatkan intensitas serangan, terutama melalui sisi lapangan dan umpan-umpan silang ke kotak penalti.

Meski bermain dengan 10 orang, Chelsea mencoba bertahan dengan gigih, sesekali melancarkan serangan balik sporadis. Namun, tekanan dari Brighton semakin tak tertahankan. Para pemain Brighton terus mencari celah di lini pertahanan Chelsea yang mulai kelelahan dan kurang terkoordinasi. Danny Welbeck, yang dikenal dengan positioning dan sundulan mematikan, menjadi target utama umpan-umpan silang.

Dan benar saja, pada menit ke-77, Danny Welbeck menunjukkan kelasnya. Sebuah umpan silang akurat dari sisi kanan pertahanan Chelsea dilepaskan oleh Yankuba Minteh. Welbeck, yang berhasil lolos dari kawalan, melompat tinggi dan melepaskan sundulan tajam yang tak mampu dijangkau oleh Robert Sanchez, kiper Chelsea. Gol penyama kedudukan ini membangkitkan semangat Brighton dan semakin menekan mental Chelsea. Skor berubah menjadi 1-1, dan asa Chelsea untuk meraih kemenangan kandang semakin menipis.

Meskipun sudah bermain imbang, Brighton tidak mengendurkan serangan. Mereka terus menekan, memanfaatkan setiap celah yang terbuka. Kelelahan mulai terlihat jelas pada para pemain Chelsea yang harus bekerja ekstra keras untuk menutupi ruang kosong. Situasi semakin memburuk bagi The Blues memasuki waktu tambahan. Pada menit ke-90+2, Brighton berhasil mencetak gol kedua mereka. Sebuah skema serangan cepat berhasil diselesaikan dengan tenang oleh Maxim De Cuyper, yang baru masuk sebagai pemain pengganti. Tendangan mendatarnya berhasil menembus jaring gawang Chelsea, membuat Stamford Bridge terdiam. Brighton kini berbalik unggul 2-1, dan waktu bagi Chelsea untuk membalas hampir habis.

Namun, penderitaan Chelsea belum berakhir. Di tengah upaya putus asa untuk mencari gol penyama kedudukan, petaka kembali datang di menit-menit akhir waktu tambahan. Pada menit ke-90+10, lagi-lagi Danny Welbeck menjadi mimpi buruk bagi The Blues. Sebuah kesalahan komunikasi di lini belakang Chelsea dan kelengahan dalam mengantisipasi bola membuat Welbeck mendapatkan ruang tembak. Dengan tenang, Welbeck melesakkan bola ke gawang Chelsea, memastikan kemenangan Brighton dengan skor telak 3-1. Brace dari Welbeck ini adalah paku terakhir di peti mati harapan Chelsea malam itu.

Usai pertandingan, pelatih Chelsea, Enzo Maresca, tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Dalam konferensi pers pasca-pertandingan, ia mengakui kelemahan fundamental timnya. "Kekalahan ini memperlihatkan bahwa kami justru sering memberikan peluang kepada lawan. Sedangkan untuk menciptakan peluang sendiri sangat sulit," papar Maresca, dikutip dari Football London. Ia menambahkan bahwa timnya perlu segera mengevaluasi diri, terutama dalam hal menjaga konsentrasi dan efektivitas di kedua ujung lapangan. Maresca juga menyoroti bagaimana kartu merah Chalobah mengubah dinamika pertandingan, namun ia menolak menjadikannya alasan utama atas kekalahan tersebut, menekankan bahwa tim seharusnya bisa beradaptasi lebih baik. "Kami harus belajar dari kesalahan ini dan segera bangkit. Mentalitas sangat penting saat ini," pungkasnya.

Kekalahan dari Brighton di Stamford Bridge ini semakin menegaskan krisis yang melanda Chelsea. Dalam lima laga terakhir di Premier League, mereka hanya mampu meraih satu kemenangan, catatan yang sangat mengkhawatirkan bagi klub sebesar Chelsea. Dengan hasil ini, The Blues kini tertahan di posisi kedelapan klasemen Premier League, jauh dari target mereka untuk bersaing di papan atas dan mengamankan tiket ke kompetisi Eropa. Tekanan terhadap Enzo Maresca mulai terasa, dengan spekulasi mengenai masa depannya di klub mulai berhembus. Para penggemar juga menunjukkan kekecewaan mereka, menyuarakan frustrasi atas inkonsistensi performa tim.

Sorotan utama dari pertandingan ini tentu saja tertuju pada Danny Welbeck. Brace yang ia cetak membuktikan bahwa dia memang adalah momok yang menakutkan bagi Chelsea. Data statistik menunjukkan betapa efektifnya Welbeck setiap kali berhadapan dengan The Blues. Dalam delapan laga terakhir melawan Chelsea di Premier League sejak berkostum Brighton, striker berusia 34 tahun itu telah mencetak lima gol dan menyumbangkan dua assist. Angka ini luar biasa mengingat ia bukan seorang striker dengan produktivitas gol yang eksplosif secara keseluruhan.

Gol-golnya melawan Chelsea seringkali datang di momen-momen krusial, terutama di injury time atau setelah Chelsea kehilangan pemain (misalnya setelah kartu merah). Pola gol sundulan dari umpan silang, menyusul kelengahan pertahanan Chelsea, telah menjadi konsisten dan menjadi senjata ampuh bagi Welbeck. Pengalamannya, insting mencetak gol di kotak penalti, serta kemampuannya membaca permainan lawan, membuatnya selalu menjadi ancaman serius. Ia tahu persis bagaimana memanfaatkan kelemahan lini belakang Chelsea.

Di kubu Brighton, tactician Fabian Hurzeler, yang terlihat sangat gembira dengan kemenangan ini, memberikan apresiasi tinggi kepada timnya dan secara khusus memuji Welbeck. "Tentu saja kartu merah (Chalobah, Red) membantu kami. Tetapi, unggul jumlah pemain bukan jaminan menang. Spirit kami sangat tinggi, dan para pemain menunjukkan karakter luar biasa untuk terus menekan dan mencari gol," ujar Hurzeler. Mengenai Welbeck, ia menambahkan, "Untuk Welbeck, pengalamannya sangat berguna dan sangat menentukan. Dia tahu kapan harus berada di posisi yang tepat, dan sundulannya hari ini sangat berkelas. Dia adalah contoh profesional sejati."

Kemenangan ini mengangkat posisi Brighton di klasemen dan memberikan kepercayaan diri yang besar bagi skuad muda Hurzeler. Mereka menunjukkan bahwa mereka adalah tim yang tidak mudah menyerah dan memiliki kualitas untuk bersaing di level tertinggi. Perpaduan pemain muda berbakat seperti Yankuba Minteh dan Diego Gomez dengan pengalaman Welbeck terbukti menjadi resep sukses.

Sementara itu, bagi Chelsea, kekalahan ini adalah panggilan bangun yang menyakitkan. Mereka harus segera menemukan solusi untuk masalah defensif dan kurangnya kreativitas di lini tengah. Ketergantungan pada momen individu dan kesulitan dalam menciptakan peluang terbuka menjadi pekerjaan rumah besar bagi Maresca. Kualitas lini belakang yang kerap melakukan blunder dan kehilangan fokus, ditambah dengan tumpulnya lini serang, membuat mereka kesulitan bersaing.

Musim masih panjang, tetapi tekanan sudah mulai meningkat di Stamford Bridge. Para penggemar menginginkan respons instan, dan Maresca harus menemukan cara untuk membangkitkan semangat tim dan mengembalikan performa terbaik mereka. Pertanyaan besar kini menggantung: Mampukah Chelsea keluar dari krisis ini, atau akankah musim 2025/2026 menjadi satu lagi musim yang penuh kekecewaan bagi The Blues? Hanya waktu yang akan menjawabnya, namun satu hal yang pasti, Danny Welbeck akan selalu diingat sebagai pahlawan bagi Brighton dan mimpi buruk bagi Chelsea.

Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita rakyatindependen.id

Exit mobile version