Pesona Mt Lorokan: Harmoni Alam dan Keluarga di Ketinggian Mojokerto

Mojokerto – Embun pagi yang dingin masih menggantung di udara, memeluk erat setiap pengunjung yang baru saja melangkah keluar dari area basecamp Mt Lorokan. Aroma tanah basah dan dedaunan hutan pinus berpadu dengan kesegaran udara perbukitan, menciptakan sambutan alami yang menenangkan jiwa. Suasana tenang namun penuh energi pagi itu seolah menjadi pengantar sempurna bagi petualangan yang menanti. Para pengelola, dengan senyum ramah yang tak pernah luntur, sibuk memastikan segala kebutuhan rombongan pendaki terpenuhi. Dari meja pendaftaran hingga area persiapan, setiap sudut di sini dirancang untuk memberikan kenyamanan dan ketenteraman, seolah memahami bahwa sebuah perjalanan indah dimulai dari perasaan aman dan disambut hangat.

Jalur pendakian Mt Lorokan terhampar di depan mata, sebuah undangan bisu yang menjanjikan keindahan di setiap belokannya. Trek yang berliku, kadang menanjak, namun tidak pernah terasa mengintimidasi, justru memancing rasa penasaran untuk terus melangkah. Sepanjang perjalanan, pendaki akan disuguhi pemandangan pepohonan kopi yang tumbuh subur di sisi kiri dan kanan jalur. Hamparan hijau ini bukan hanya sekadar pemandangan, melainkan juga pengingat akan kekayaan alam dan kerja keras masyarakat lokal yang mengolah setiap butir kopi dengan penuh dedikasi. Kehadiran kebun kopi ini menambah nuansa edukatif dan agrowisata yang jarang ditemukan di jalur pendakian lainnya, menjadikannya pengalaman yang lebih kaya dari sekadar mendaki.

Sejak resmi dibuka pada tahun 2019, Mt Lorokan yang berlokasi di Desa Pacet, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, telah menjelma menjadi magnet bagi para pencinta alam dan keluarga. Ketinggiannya yang mencapai 1.100 meter di atas permukaan laut (mdpl) menawarkan udara sejuk dan panorama menawan tanpa menuntut kebugaran ekstrem. Tak mengherankan jika setiap akhir pekan, ribuan pendaki dari berbagai daerah, terutama dari Jawa Timur, memadati jalur ini. Namun, pesonanya tak hanya menarik minat domestik; pengunjung mancanegara pun mulai turut meramaikan, menunjukkan bahwa keindahan alam Mojokerto ini memiliki daya tarik global. Mt Lorokan bukan sekadar gunung, melainkan sebuah destinasi yang menawarkan harmoni antara petualangan, relaksasi, dan kebersamaan.

Awi Setiadi, salah satu pengelola jalur pendakian Mt Lorokan, menjelaskan filosofi di balik pengembangan destinasi ini. "Konsep kami dari awal memang semi wisata keluarga," ujarnya dengan antusias. "Jadi bukan pendakian berat yang hanya bisa dinikmati oleh pendaki berpengalaman, melainkan jalur santai yang bisa dinikmati semua kalangan. Mulai dari pendaki pemula, pasangan, hingga keluarga dengan anak-anak kecil, semua bisa merasakan sensasi mendaki gunung tanpa rasa khawatir." Konsep ini terbukti sukses besar, mengubah persepsi umum tentang mendaki gunung yang kerap dianggap melelahkan dan penuh tantangan fisik. Di Mt Lorokan, pendakian adalah tentang perjalanan yang penuh kebersamaan, tawa riang anak-anak, dan momen-momen tak terlupakan yang tercipta di setiap langkah.

Antara Jalur Kopi dan City Light: Kisah yang Tertinggal di Setiap Langkah

Setiap langkah di jalur Mt Lorokan terasa ringan, meskipun sesekali trek menantang dengan tanjakan yang menguji stamina. Hamparan tanaman kopi yang menghijau, berpadu dengan rimbunnya hutan pinus, menciptakan lanskap yang menyejukkan mata. Sepanjang perjalanan, indra pendengaran dimanjakan oleh suara kicauan burung yang berharmoni dengan deru angin yang membelai dedaunan. Sesekali, monyet-monyet lincah atau tupai yang gesit melintas di antara pepohonan, seakan menyapa para pendaki dengan cara mereka sendiri, menambah nuansa keasrian alam yang masih terjaga. Kehadiran satwa liar ini menjadi hiburan tersendiri, terutama bagi anak-anak, yang seringkali terkesima melihat tingkah polah mereka.

Di balik keindahan alamnya, jalur pendakian Mt Lorokan juga menyimpan cerita-cerita unik yang diabadikan melalui penamaan beberapa titik. Ada "Tanjakan Manja," sebuah segmen pendek namun cukup curam yang seringkali membuat kaki pendaki terasa ‘manja’ dan ingin berhenti sejenak untuk mengumpulkan tenaga. Nama ini lahir dari pengalaman kolektif para pendaki yang merasakan sensasi serupa di titik tersebut, menjadikannya penanda yang akrab dan humoris. Kemudian ada "Tanjakan Raisa," yang namanya diabadikan setelah seorang anak kecil bernama Raisa berhasil menaklukkan jalur tersebut dengan semangat luar biasa. Kisah-kisah di balik nama-nama ini bukan sekadar label, melainkan jejak-jejak kenangan dan inspirasi yang ditinggalkan oleh setiap pendaki yang telah melaluinya, mengingatkan bahwa setiap perjalanan memiliki kisahnya sendiri, dan setiap orang, terlepas dari usia atau kemampuannya, dapat menjadi bagian dari cerita tersebut.

Saat matahari mulai beringsut ke peraduannya dan malam perlahan merayap, Mt Lorokan menyuguhkan pesona lain yang tak kalah memukau. Dari beberapa titik pandang strategis di ketinggian, gemerlap cahaya lampu kota di kejauhan mulai tampak berkelip-kelip, menciptakan panorama city light yang spektakuler. Pemandangan ini seolah menghapus rasa lelah setelah seharian mendaki, digantikan oleh decak kagum akan keindahan buatan manusia yang berpadu sempurna dengan keagungan alam. Lebih jauh lagi, siluet gagah Gunung Penanggungan, Welirang, dan Arjuno berdiri tegak di kejauhan, menambah dramatisasi pada kanvas malam. Keindahan yang menenangkan ini tidak hanya memanjakan mata, tetapi juga mengingatkan kita pada kebesaran alam semesta yang tak terbatas, sebuah pengalaman spiritual yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Fasilitas Lengkap, Kenyamanan Tanpa Batas

Mt Lorokan tidak hanya mengandalkan keindahan alam semata, tetapi juga didukung oleh konsep wisata keluarga yang matang dan fasilitas yang memadai. Dengan tiket masuk seharga Rp15 ribu per orang, pengunjung sudah bisa menikmati suasana pendakian yang aman dan nyaman, serta mendapatkan voucher makanan atau minuman yang bisa ditukarkan di kafe yang tersedia di area basecamp. Ini adalah nilai tambah yang signifikan, memungkinkan pendaki untuk mengisi ulang energi setelah atau sebelum mendaki. Bagi mereka yang ingin merasakan sensasi menginap di tengah alam, tersedia fasilitas camping dengan harga yang sangat terjangkau, mulai dari Rp70 ribu hingga Rp100 ribu per tenda, tergantung lokasi dan fasilitas tambahan yang dipilih. Area camping ini dikelola dengan baik, dilengkapi dengan toilet dan sumber air bersih, menjamin kenyamanan para pengunjung.

Awi Setiadi kembali menegaskan komitmen pengelola: "Intinya, kami ingin siapa saja bisa menikmati alam Lorokan. Baik pendaki pemula yang baru ingin mencoba sensasi gunung, keluarga yang ingin menghabiskan waktu berkualitas bersama, bahkan anak-anak yang ingin merasakan petualangan mendaki gunung untuk pertama kalinya." Jalur pendakian yang dirancang aman, tidak terlalu terjal, namun tetap menyuguhkan keindahan alam yang memukau adalah kunci utama dari konsep ini. Tim pengelola juga secara rutin melakukan perawatan jalur dan memastikan keamanan para pendaki dengan adanya pos-pos pengawasan dan tim siaga.

Popularitas Mt Lorokan semakin melonjak dalam satu tahun terakhir. Sistem pengelolaan yang berbasis bagi hasil, dengan 60 persen untuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat dan 40 persen untuk Perhutani, menjadi model yang efektif. Model ini tidak hanya memastikan kelangsungan hidup dan perawatan area wisata, tetapi juga memberdayakan masyarakat lokal yang tergabung dalam Pokdarwis. Mereka secara aktif terlibat dalam pengelolaan, pemeliharaan kebersihan, serta pengembangan fasilitas, menjadikan Mt Lorokan sebagai contoh sukses kolaborasi antara masyarakat dan instansi pemerintah dalam mengembangkan potensi pariwisata berkelanjutan. Pendapatan yang dihasilkan juga turut menggerakkan perekonomian desa, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan warga sekitar.

Dengan perpaduan alam yang menakjubkan, jalur pendakian yang bersahabat untuk segala usia, dan fasilitas yang memadai serta dikelola secara profesional, Mt Lorokan kini menjadi bukti nyata bahwa mendaki gunung tak selalu harus tentang tantangan ekstrem atau penaklukan puncak tertinggi. Sebaliknya, ini adalah tentang perjalanan yang penuh kebersamaan, tawa riang, dan kisah-kisah indah yang tercipta di setiap langkah. Ini adalah tentang menikmati proses, bukan hanya tujuan. Mt Lorokan mengajarkan bahwa mendaki adalah tentang menikmati perjalanan, mengenal diri lebih dekat dengan alam, dan mempererat ikatan dengan orang-orang yang kita bawa bersama dalam petualangan itu. Sebuah perjalanan yang tak hanya menguji fisik, tetapi juga hati, meninggalkan kenangan yang tak terhapuskan dan kebahagiaan yang sesungguhnya.

rakyatindependen.id

Exit mobile version