Kejadian bermula ketika pihak sekolah, melalui salah satu guru pengajar, Ibu Nike, melaporkan adanya populasi ulat bulu yang melonjak drastis. Ulat-ulat tersebut ditemukan menempel di berbagai pepohonan rindang yang mengelilingi area sekolah, mulai dari dahan, ranting, hingga dedaunan, menciptakan pemandangan yang mengkhawatirkan sekaligus berpotensi menimbulkan gangguan serius. Laporan tersebut diterima sekitar pukul 08.00 WIB, mengindikasikan bahwa permasalahan ini sudah mencapai tingkat yang membutuhkan intervensi profesional. Ibu Nike menjelaskan bahwa keberadaan ulat bulu ini tidak hanya sekadar mengganggu secara visual, tetapi juga telah menimbulkan keresahan di kalangan siswa, guru, dan staf sekolah. Banyak siswa yang mulai mengeluh gatal-gatal setelah bermain di luar kelas, dan beberapa bahkan menunjukkan gejala alergi ringan akibat sentuhan tidak sengaja dengan ulat atau bulu-bulunya yang beterbangan.
Sebelum melapor ke Damkar, pihak sekolah sejatinya telah mencoba berbagai upaya penanganan mandiri untuk mengurangi populasi ulat bulu tersebut. Mulai dari membersihkan secara manual, menggunakan insektisida rumahan, hingga memangkas beberapa ranting pohon yang menjadi sarang utama. Namun, langkah-langkah tersebut terbukti kurang efektif. Populasi ulat bulu tetap muncul kembali dalam jumlah besar, bahkan terkesan semakin agresif dalam penyebarannya. Kondisi ini membuat kegiatan belajar mengajar (KBM) terancam terganggu. Anak-anak menjadi enggan bermain di halaman sekolah, fokus belajar berkurang karena kekhawatiran akan serangan ulat, dan lingkungan sekolah yang seharusnya menjadi tempat aman dan nyaman justru berubah menjadi area yang dihindari. Kegagalan penanganan mandiri inilah yang akhirnya mendorong pihak sekolah untuk meminta bantuan dari Damkar Bondowoso, yang dikenal memiliki peralatan dan keahlian khusus dalam menangani berbagai situasi darurat.
Menindaklanjuti laporan yang masuk, tim Damkar Bondowoso segera merespons dengan cepat. Plt. Damkar pada Satpol PP dan Damkar Bondowoso, Bapak Martanto, menjelaskan bahwa kecepatan respons adalah kunci utama dalam penanganan kasus seperti ini. "Begitu laporan kami terima, tim langsung menuju lokasi. Kami memahami bahwa ini bukan sekadar masalah hama biasa, melainkan berpotensi mengganggu kenyamanan dan keselamatan kegiatan belajar di sekolah," ujar Bapak Martanto. Tim yang diturunkan ke lokasi dilengkapi dengan perlengkapan pelindung diri (APD) lengkap dan peralatan penyemprotan khusus. Mereka langsung melakukan identifikasi area-area yang menjadi sarang utama ulat bulu, termasuk pohon-pohon besar dan semak-semak di sekitar gedung sekolah.
Proses evakuasi dan pembasmian dilakukan dengan metode penyemprotan cairan disinfektan khusus yang aman bagi lingkungan namun efektif membasmi ulat bulu. Petugas Damkar dengan sigap menyemprotkan cairan tersebut ke seluruh area yang terinfeksi, memastikan setiap sudut pohon dan daun yang menjadi tempat persembunyian ulat tidak luput dari penanganan. Penyemprotan dilakukan secara sistematis, dimulai dari bagian atas pohon hingga ke bawah, untuk memastikan semua ulat dan telurnya dapat dijangkau. Selama proses penyemprotan berlangsung, area sekitar sekolah dijaga ketat untuk memastikan tidak ada siswa atau staf yang mendekat dan terpapar cairan atau bulu ulat yang mungkin berjatuhan. Langkah-langkah preventif ini sangat penting untuk menjamin keselamatan semua pihak.
Setelah beberapa jam penanganan intensif, hasil yang menggembirakan pun terlihat. Populasi ulat bulu di SDN Dabasah 4 berhasil dibasmi secara signifikan. Lingkungan sekolah yang sebelumnya dipenuhi kekhawatiran, kini perlahan kembali bersih dan aman. "Setelah dilakukan penanganan, ulat berhasil dibasmi. Kami berharap ini dapat mengembalikan suasana belajar yang kondusif bagi anak-anak di SDN Dabasah 4," kata Bapak Martanto dengan nada lega. Keberhasilan operasi ini tidak hanya menghilangkan ancaman ulat bulu secara fisik, tetapi juga mengembalikan rasa aman dan nyaman bagi seluruh warga sekolah.
Bapak Martanto juga menambahkan bahwa kejadian semacam ini sering kali muncul saat terjadi perubahan musim, khususnya dari musim kemarau menuju musim penghujan. "Kondisi lembab setelah kemarau panjang memicu perkembangbiakan serangga dan ulat bulu. Ini adalah fenomena alamiah yang sering terjadi, namun tetap membutuhkan penanganan serius jika sudah mengganggu aktivitas manusia," jelasnya. Kelembaban yang tinggi, ditambah dengan ketersediaan daun-daun muda sebagai sumber makanan, menciptakan lingkungan yang ideal bagi ulat bulu untuk berkembang biak dengan cepat. Oleh karena itu, kesiapsiagaan dan pemahaman akan pola perkembangbiakan hama menjadi sangat penting.
Lebih lanjut, Bapak Martanto mengimbau kepada seluruh masyarakat Kabupaten Bondowoso agar segera melapor jika menemukan kasus serupa di lingkungan mereka. "Kami mengimbau masyarakat agar segera melapor jika menemukan kasus serupa, baik di sekolah, permukiman, atau fasilitas umum lainnya. Penanganan cepat dapat mencegah penyebaran lebih luas dan menjaga lingkungan tetap bersih dan aman bagi semua," tambahnya. Imbauan ini menunjukkan komitmen Damkar Bondowoso dalam menjaga keamanan dan kenyamanan publik secara menyeluruh, tidak terbatas pada penanganan bencana konvensional. Laporan dari masyarakat adalah kunci untuk memungkinkan tim Damkar bertindak proaktif dan mencegah masalah kecil berkembang menjadi krisis yang lebih besar.
Kasus evakuasi ulat bulu di SDN Dabasah 4 ini menjadi contoh nyata bagaimana peran Damkar telah berevolusi dan meluas, melampaui tugas pokok pemadaman api. Mereka kini menjadi garda terdepan dalam berbagai jenis insiden darurat, termasuk penanganan hama yang berpotensi mengganggu kesehatan dan aktivitas publik. Ini juga menyoroti pentingnya sinergi antara lembaga pemerintah, institusi pendidikan, dan masyarakat dalam menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan. Pihak sekolah, di bawah arahan kepala sekolah dan koordinasi dengan guru seperti Ibu Nike, telah mengambil langkah yang tepat dengan segera melaporkan masalah ini kepada pihak berwenang.
Ke depan, SDN Dabasah 4 diharapkan dapat menerapkan langkah-langkah pencegahan jangka panjang, seperti pemangkasan rutin pohon-pohon di lingkungan sekolah, pemeriksaan berkala terhadap potensi sarang hama, serta edukasi kepada siswa tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan bahaya ulat bulu. Program-program edukasi ini dapat membantu siswa memahami cara menghindari kontak langsung dengan ulat bulu dan apa yang harus dilakukan jika terjadi kontak. Selain itu, kerja sama dengan dinas terkait, seperti Dinas Lingkungan Hidup atau Dinas Pertanian, mungkin diperlukan untuk penanganan hama secara lebih komprehensif dan berkelanjutan, terutama dalam mengidentifikasi jenis pohon yang rentan menjadi sarang ulat bulu dan cara penanggulangannya.
Peristiwa ini juga menjadi pengingat bagi seluruh warga Bondowoso akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Lingkungan yang bersih dan terawat cenderung tidak menjadi tempat favorit bagi hama untuk berkembang biak. Pemangkasan semak belukar, pembersihan sampah organik yang menumpuk, dan penataan taman yang baik dapat secara signifikan mengurangi risiko infestasi hama. Dengan demikian, respons cepat Damkar Bondowoso tidak hanya menyelesaikan masalah ulat bulu di SDN Dabasah 4, tetapi juga memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya kesiapsiagaan, kolaborasi, dan tanggung jawab kolektif dalam menjaga kualitas lingkungan hidup. Kehadiran Damkar sebagai pelindung masyarakat, dalam berbagai bentuk ancaman, menegaskan bahwa mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang selalu siap sedia.
Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita rakyatindependen.id.