Madiun (rakyatindependen.id) – Stigma bahwa polisi adalah sosok yang menakutkan dan hanya berurusan dengan pelanggaran hukum kini perlahan terkikis, terutama di kalangan generasi muda. Inilah yang menjadi misi utama jajaran Kepolisian Sektor Geger, Kabupaten Madiun, ketika mereka menggelar program inovatif "Polisi Sahabat Anak" di TK/RA Bintang Sembilan, Desa Banaran, Kecamatan Geger, pada hari Kamis, 10 Oktober 2025. Sebuah inisiatif yang bukan hanya mengenalkan profesi penegak hukum, tetapi juga menanamkan nilai-nilai disiplin, keberanian, dan rasa aman sejak usia dini dalam suasana yang penuh kehangatan dan edukasi.
Kegiatan yang berlangsung meriah ini dipimpin langsung oleh Kapolsek Geger, AKP Hafiz Prasetia Akbar, didampingi oleh Kanit Samapta, Kanit Binmas, dan Bhabinkamtibmas Desa Banaran. Kehadiran mereka bukan sebagai aparat penindak, melainkan sebagai fasilitator dan mentor bagi puluhan anak-anak yang bersemangat. Tujuan utama program ini adalah untuk memperkenalkan peran vital kepolisian di tingkat Polsek sebagai garda terdepan yang paling dekat dengan masyarakat. Lebih dari itu, mereka berupaya membangun fondasi rasa aman, kepercayaan, dan keakraban antara anak-anak dengan institusi Polri, mengubah persepsi "takut polisi" menjadi "polisi adalah sahabat dan pelindung."
Suasana pagi itu di TK/RA Bintang Sembilan dipenuhi dengan gelak tawa riang dan sorot mata penasaran anak-anak. Mereka duduk rapi mendengarkan penjelasan dari para polisi dengan seragam lengkap yang tampak gagah namun ramah. Sesi pertama difokuskan pada edukasi etika keselamatan di jalan raya, sebuah pelajaran fundamental yang sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari anak-anak. Para polisi dengan sabar menjelaskan dan mempraktikkan cara menyeberang jalan yang aman di zebra cross. Mereka diajari untuk selalu menengok ke kiri dan ke kanan sebanyak dua kali sebelum melangkah, memberikan isyarat tangan kepada pengemudi, dan yang tak kalah penting, berani meminta bantuan orang dewasa atau petugas kepolisian saat merasa kesulitan atau tidak aman menyeberang. "Ingat, anak-anak, keselamatan kalian adalah prioritas. Polisi selalu siap membantu kalian di jalan," ujar salah seorang Kanit Binmas sambil tersenyum.
Selain keselamatan di jalan, anak-anak juga diperkenalkan dengan nomor darurat 110. Polisi menjelaskan bahwa nomor ini adalah jalur cepat untuk meminta bantuan dalam situasi darurat, menekankan bahwa penggunaan nomor ini harus bijak dan hanya dalam kondisi yang benar-benar membutuhkan pertolongan. Mereka diajak untuk memahami bahwa dalam situasi genting seperti tersesat, melihat kecelakaan, atau menghadapi bahaya, 110 adalah nomor yang bisa mereka andalkan untuk segera mendapatkan bantuan. Simulasi singkat tentang kapan dan bagaimana menghubungi nomor tersebut membuat pemahaman anak-anak menjadi lebih konkret.
Bagian yang paling menarik dan memicu antusiasme luar biasa adalah sesi pengenalan berbagai perlengkapan tugas polisi. Berbagai alat yang sering terlihat di film atau berita, kini terpampang nyata di hadapan mereka. Dari "police line" yang berfungsi sebagai batas area kejadian, rompi dan peluit yang dipakai petugas, tameng pengendali massa yang besar dan kokoh, borgol yang seringkali diasosiasikan dengan penangkapan, hingga perlengkapan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan Search and Rescue (SAR) yang kompleks. Setiap alat dijelaskan fungsinya dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti anak-anak.
Mata-mata mungil itu berbinar penuh rasa ingin tahu. Mereka diberi kesempatan untuk mencoba perlengkapan polisi satu per satu. Anak-anak dengan gembira mengenakan rompi polisi yang kebesaran, meniup peluit dengan semangat, mencoba mengangkat tameng yang berat, bahkan ada yang berani memegang borgol di bawah pengawasan ketat. Gelak tawa pecah ketika beberapa anak mencoba meniru gaya polisi dengan tameng atau melompat-lompat dengan rompi. Momen ini berhasil memecah ketegangan dan menunjukkan bahwa di balik seragam dan perlengkapan yang serius, ada sisi humanis dan mendidik dari profesi polisi.
Kegembiraan tidak berhenti di situ. Di halaman sekolah, mobil patroli Polsek Geger yang gagah dan motor Bhabinkamtibmas yang selalu siap sedia turut dipamerkan. Ini menjadi daya tarik utama yang tak terbantahkan. Anak-anak berebut untuk melihat lebih dekat, menyentuh bodi kendaraan, bahkan mencoba duduk di kursi kemudi atau di jok belakang mobil patroli. Puncak dari sesi ini adalah kesempatan bagi mereka untuk mengikuti simulasi patroli bersama menggunakan kendaraan dinas. Dengan didampingi para polisi, anak-anak diajak berkeliling sebentar di sekitar lingkungan sekolah, merasakan sensasi menjadi polisi sungguhan yang sedang berpatroli. Pengalaman ini bukan hanya seru dan menghibur, tetapi juga sangat edukatif, menanamkan kesan mendalam tentang tugas polisi yang melindungi dan melayani masyarakat.
Kepala TK/RA Bintang Sembilan, Yulia Safagatin, tidak bisa menyembunyikan apresiasinya yang mendalam terhadap kegiatan ini. Ia menyampaikan bahwa program "Polisi Sahabat Anak" ini sangat efektif dalam memperkenalkan profesi polisi secara positif kepada anak-anak. "Kami sangat berterima kasih kepada Polsek Geger. Kegiatan ini bukan hanya hiburan, tetapi juga merupakan bagian dari pendidikan karakter yang sangat penting. Anak-anak jadi tidak takut lagi dengan polisi, justru mereka melihat polisi sebagai sosok pelindung dan panutan. Ini sangat membantu menumbuhkan kedisiplinan, keberanian, dan bahkan menumbuhkan cita-cita mereka untuk menjadi penegak hukum sejak dini," ujar Yulia dengan penuh haru, menambahkan bahwa interaksi langsung semacam ini jauh lebih berdampak dibandingkan hanya teori di kelas.
Kapolsek Geger, AKP Hafiz Prasetia Akbar, dalam kesempatan tersebut menegaskan kembali visi dan misi di balik program ini. "Melalui kegiatan seperti ini, kami ingin menanamkan pemahaman bahwa polisi hadir untuk melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat, bukan untuk ditakuti. Sejak dini, kita tanamkan nilai-nilai penting seperti tertib berlalu lintas demi keselamatan bersama, berani meminta bantuan saat membutuhkan, dan saling menghormati antar sesama. Pesan utama yang ingin kami sampaikan adalah: Polisi adalah sahabat anak. Kami ingin mereka tumbuh dengan rasa percaya kepada aparat penegak hukum, tahu ke mana harus mencari pertolongan, dan memahami bahwa hukum itu ada untuk menjaga ketertiban dan keadilan," tutur AKP Hafiz, menyoroti pentingnya investasi moral pada generasi penerus.
Kegiatan "Polisi Sahabat Anak" ini memang mendapat sambutan yang sangat positif, tidak hanya dari pihak sekolah tetapi juga dari para wali murid yang turut hadir menyaksikan. Mereka menilai bahwa program semacam ini memiliki dampak jangka panjang yang signifikan. "Dulu saya selalu menakut-nakuti anak kalau nakal nanti ditangkap polisi. Tapi setelah melihat kegiatan ini, pandangan saya berubah total. Polisi ternyata baik dan ramah. Anak saya sekarang malah ingin jadi polisi!" ujar Ibu Santi (35), salah satu wali murid, dengan senyum lebar. Sentimen serupa juga diungkapkan oleh banyak orang tua lainnya, yang merasa program ini berhasil membangun kepercayaan anak-anak kepada polisi sekaligus memperkuat sinergi keamanan antara sekolah, keluarga, dan lingkungan sekitar. Mereka berharap kegiatan serupa dapat terus dilaksanakan secara berkelanjutan.
Inisiatif Polsek Geger ini menjadi contoh nyata bagaimana pendekatan humanis dan edukatif dapat mengubah paradigma masyarakat terhadap institusi kepolisian. Dengan berinteraksi langsung dan memberikan pengalaman positif sejak usia dini, Polri tidak hanya membangun citra yang lebih baik, tetapi juga secara aktif berkontribusi dalam pembentukan karakter anak-anak sebagai warga negara yang patuh hukum, disiplin, berani, dan percaya pada sistem keamanan negara. Program "Polisi Sahabat Anak" di Banaran ini bukan sekadar acara seremonial, melainkan investasi berharga bagi masa depan bangsa, menanamkan bibit-bibit kepercayaan dan kolaborasi yang akan tumbuh dan berbuah di kemudian hari. Ini adalah langkah konkret menuju masyarakat yang lebih aman, tertib, dan harmonis, di mana polisi dan rakyat berjalan beriringan sebagai mitra sejati.
rakyatindependen.id