Derita Kartu Merah Novri Setiawan Tak Goyahkan Persik Kediri, Macan Putih Paksa PSM Makassar Berbagi Angka Penuh Drama

Kediri – Stadion Brawijaya di Kediri menjadi saksi bisu sebuah drama sepak bola yang mendebarkan pada Sabtu (25/10/2025) malam, kala Persik Kediri, yang dijuluki Macan Putih, berhasil menahan imbang PSM Makassar dengan skor 1-1 dalam lanjutan Super League 2025/2026. Laga yang seharusnya menjadi panggung bagi kekuatan penuh kedua tim, justru diwarnai insiden kartu merah kontroversial yang mengubah jalannya pertandingan secara drastis, namun tak mampu meredam semangat juang tuan rumah.

Sejak peluit awal dibunyikan wasit, atmosfer di Stadion Brawijaya terasa begitu pekat dengan tensi kompetisi. Ribuan pendukung Persik Kediri memadati tribun, tak henti-hentinya menyanyikan yel-yel penyemangat, menciptakan dinding suara yang memacu adrenalin para pemain di lapangan. Cuaca yang cukup cerah mendukung jalannya pertandingan tanpa hambatan berarti. Kedua tim turun ke lapangan dengan motivasi tinggi; Persik Kediri berambisi mengamankan poin penuh di kandang demi memperbaiki posisi di klasemen, sementara PSM Makassar, yang dikenal dengan julukan Juku Eja, datang dengan kepercayaan diri penuh untuk mencuri poin tandang dan menjaga momentum positif mereka.

Sepuluh menit pertama babak pertama berlangsung relatif tenang, sebuah periode penjajakan taktis dari kedua kesebelasan. Baik Persik maupun PSM tampak berhati-hati dalam membangun serangan, lebih fokus pada penguasaan bola di lini tengah dan mengamankan pertahanan. Bola lebih sering bergulir di antara kaki-kaki gelandang, dengan sesekali umpan panjang mencoba memecah kebuntuan. Pertarungan sengit terjadi di lini tengah, di mana para pemain saling berebut dominasi. Peluang berbahaya memang belum tercipta, namun intensitas permainan sudah terasa melalui tekel-tekel bersih dan intersep yang sigap. Para penyerang dari kedua tim kesulitan menemukan celah di barisan pertahanan lawan yang disiplin.

Peluang nyata pertama dalam pertandingan akhirnya lahir pada menit ke-15, dan itu datang dari Persik Kediri. Setelah pelanggaran keras yang dilakukan pemain PSM di sekitar area pertahanan mereka, wasit memberikan tendangan bebas yang sangat menjanjikan bagi tuan rumah. Ezra Walian, gelandang serang Persik dengan reputasi tendangan bebas yang mematikan, maju sebagai eksekutor. Dengan ancang-ancang yang cermat, ia melepaskan sepakan melengkung yang melewati pagar betis PSM. Bola melesat deras, mengejutkan kiper Hilman Syah yang sudah mati langkah, namun Dewi Fortuna belum berpihak pada Macan Putih. Bola hanya mampu mengenai tiang gawang PSM Makassar, memantul keluar lapangan. Gemuruh kekecewaan terdengar dari tribun, disusul desahan lega dari kubu Juku Eja.

Namun, drama sesungguhnya baru dimulai enam menit kemudian, tepatnya pada menit ke-21. Insiden yang mengubah total dinamika pertandingan terjadi ketika Novri Setiawan, bek kiri Persik Kediri, melakukan pelanggaran keras terhadap penyerang muda PSM, Ricky Pratama. Dalam sebuah perebutan bola di sisi lapangan, kaki Novri terlalu tinggi dan sepatunya mengenai kepala Ricky Pratama yang sedang berusaha mengamankan bola. Ricky langsung terjatuh sambil memegangi kepalanya, terlihat kesakitan. Para pemain PSM segera mengerubungi wasit, menuntut tindakan tegas. Wasit, setelah melihat insiden tersebut dan mendapatkan masukan dari asisten VAR, memutuskan untuk meninjau ulang kejadian melalui Video Assistant Referee (VAR).

Selama beberapa menit yang terasa begitu panjang, layar monitor di pinggir lapangan menjadi pusat perhatian. Wasit tampak serius menelaah rekaman kejadian dari berbagai sudut. Ketegangan menyelimuti stadion; para pemain kedua tim berkumpul di dekat wasit, menunggu keputusan dengan napas tertahan. Setelah proses peninjauan yang cermat, wasit kembali ke lapangan dan tanpa ragu mengeluarkan kartu merah langsung untuk Novri Setiawan. Keputusan ini disambut protes keras dari para pemain Persik Kediri dan raungan ketidakpuasan dari para pendukung tuan rumah. Novri Setiawan, dengan raut wajah kecewa, harus meninggalkan lapangan lebih cepat, meninggalkan rekan-rekannya berjuang dengan sepuluh pemain. Insiden ini sontak mengubah strategi Persik dan memberikan keuntungan signifikan bagi PSM Makassar.

Unggul jumlah pemain, PSM Makassar segera tampil lebih dominan. Pelatih Juku Eja, dengan cepat melakukan penyesuaian taktik, menginstruksikan anak asuhnya untuk lebih agresif menyerang dan memanfaatkan lebar lapangan. Tekanan mereka semakin meningkat. Pada menit ke-28, Victor Luiz, penyerang PSM yang lincah, mendapatkan peluang emas dari sisi kanan pertahanan Persik yang mulai goyah. Setelah berhasil melewati satu bek lawan, ia melepaskan tendangan keras dari sudut sempit. Namun, usahanya masih belum tepat sasaran, bola melenceng tipis di samping gawang Hilman Syah. Sebuah peringatan serius bagi pertahanan Persik yang harus bekerja ekstra keras.

Meskipun bermain dengan sepuluh orang, Persik Kediri tidak menyerah begitu saja. Mereka merapatkan barisan pertahanan dan sesekali mencoba melancarkan serangan balik cepat. Ezra Walian kembali mencoba peruntungannya lewat tendangan bebas dari posisi yang strategis pada menit ke-35. Kali ini, ia mengarahkan bola langsung ke gawang, namun kiper Hilman Syah dengan sigap membaca arah bola dan berhasil mengantisipasinya dengan baik, menepisnya keluar lapangan. Kerja keras Hilman Syah di bawah mistar gawang menjadi krusial dalam menjaga asa Persik tetap hidup. Menjelang akhir babak pertama, Persik bahkan hampir mengejutkan PSM. Garcia Lugea, penyerang Persik, berhasil melepaskan tendangan keras dari dalam kotak penalti di menit tambahan waktu babak pertama. Sayangnya, tendangannya masih terlalu tinggi dan hanya mengenai mistar gawang, memupus harapan untuk unggul di paruh pertama pertandingan. Peluit akhir babak pertama pun berbunyi, skor kacamata 0-0, sebuah hasil yang heroik bagi Persik Kediri mengingat mereka bermain dengan sepuluh pemain selama sebagian besar babak.

Babak kedua dibuka dengan intensitas yang lebih tinggi dari kedua tim. Pelatih Persik Kediri tampaknya telah memberikan instruksi untuk menjaga disiplin pertahanan dan mencari celah melalui serangan balik cepat, bahkan dengan kekurangan satu pemain. Sementara itu, PSM Makassar, yang merasa memiliki keunggulan, semakin gencar melancarkan serangan dari berbagai lini. Mereka berusaha memanfaatkan setiap celah yang ditinggalkan pertahanan Persik yang kini lebih dalam. Serangan PSM bertubi-tubi, namun pertahanan Macan Putih yang digalang dengan solid oleh para bek dan gelandang bertahan, mampu menahan gempuran tersebut. Kiper Hilman Syah juga tampil cemerlang, melakukan beberapa penyelamatan penting yang membuat frustrasi para penyerang PSM.

Namun, dominasi PSM Makassar akhirnya membuahkan hasil pada menit ke-52. Setelah serangkaian serangan yang tak kenal lelah, PSM berhasil memecah kebuntuan. Sebuah kombinasi apik di lini tengah dilanjutkan dengan umpan terobosan cerdik yang berhasil menembus celah di antara bek Persik. Alex Gomes, gelandang serang PSM, dengan tenang menerima bola di dalam kotak penalti. Dengan sekali kontrol, ia melepaskan tendangan mendatar yang akurat ke sudut gawang, tak terjangkau oleh Hilman Syah. Bola bersarang mulus di jala gawang Persik, membuat Juku Eja unggul 1-0. Sorak sorai pendukung PSM yang hadir di stadion membahana, sementara para suporter Persik terdiam, khawatir tim kesayangan mereka akan menyerah.

Namun, Persik Kediri bukanlah tim yang mudah menyerah. Gol tersebut justru membangkitkan semangat juang mereka yang luar biasa. Meski tertinggal dan bermain dengan sepuluh pemain, Macan Putih mulai menunjukkan karakter dan mentalitas yang tangguh. Mereka tidak panik, justru semakin berani untuk maju menyerang. Para pemain saling memotivasi, bekerja lebih keras untuk menutup setiap ruang kosong. Serangan-serangan balik yang tadinya sporadis mulai terorganisir dengan lebih baik.

Perjuangan Persik Kediri akhirnya membuahkan hasil manis pada menit ke-73. Sebuah serangan balik cepat berhasil memaksa pertahanan PSM melakukan kesalahan dan berujung pada tendangan pojok. Ezra Walian, yang sepanjang pertandingan tampil impresif, kembali menjadi kreator. Ia mengambil tendangan sudut dengan presisi tinggi, mengirimkan umpan lambung yang melengkung indah ke jantung pertahanan PSM. Di sana, Garcia Lugea, dengan lompatan timing yang sempurna, berhasil menyambut bola dengan tandukan keras. Bola melesat tak terbendung melewati kiper Hilman Syah, yang tak berdaya melihat gawangnya bobol. Gol! Stadion Brawijaya meledak dalam kegembiraan. Skor berubah menjadi 1-1, dan Persik Kediri berhasil menyamakan kedudukan, sebuah capaian luar biasa mengingat kondisi mereka.

Setelah gol penyeimbang, pertandingan semakin memanas. Kedua tim saling jual beli serangan, berusaha mencari gol kemenangan. PSM Makassar meningkatkan intensitas serangan mereka, tidak ingin kehilangan poin penuh dari tim yang bermain dengan sepuluh orang. Sementara Persik Kediri, dengan semangat yang membara, juga mencoba mencari celah untuk mencetak gol kejutan. Beberapa peluang emas kemudian tercipta dari kedua belah pihak. Pada menit ke-78, Abdul Rahman dari PSM Makassar melepaskan percobaan tendangan keras dari luar kotak penalti, namun bola masih sedikit melenceng di samping gawang. Delapan menit kemudian, di menit ke-86, Abdul Rahman kembali mendapatkan peluang melalui tandukan kepala setelah menerima umpan silang, namun lagi-lagi usahanya gagal menjadi gol karena melambung tipis di atas mistar gawang.

Menjelang akhir pertandingan, ketegangan semakin memuncak. Kedua tim bermain terbuka, melancarkan serangan bertubi-tubi dalam upaya mencetak gol penentu. Para pemain berlari tanpa henti, melakukan tekel-tekel krusial, dan kiper kedua tim dipaksa melakukan penyelamatan-penyelamatan penting. Hilman Syah dari Persik dan kiper PSM sama-sama menunjukkan performa gemilang di bawah tekanan. Namun, hingga peluit panjang dibunyikan wasit, tidak ada lagi gol tercipta. Skor 1-1 bertahan hingga akhir pertandingan.

Hasil imbang ini terasa seperti kemenangan bagi Persik Kediri. Bermain dengan sepuluh pemain sejak menit ke-21 dan sempat tertinggal satu gol, Macan Putih menunjukkan mental baja dan semangat juang yang patut diacungi jempol. Mereka berhasil meredam PSM Makassar yang unggul jumlah pemain dan bahkan mampu mencetak gol balasan. Hasil ini tentu memberikan suntikan moral yang besar bagi skuad Persik Kediri untuk menghadapi pertandingan-pertandingan selanjutnya. Di sisi lain, PSM Makassar harus puas membawa pulang satu poin dari Kediri, sebuah hasil yang mungkin terasa kurang memuaskan mengingat keunggulan jumlah pemain mereka. Pertandingan ini menjadi bukti nyata bahwa dalam sepak bola, jumlah pemain tidak selalu menentukan hasil akhir, melainkan semangat dan determinasi yang kuat.

(rakyatindependen.id)

Exit mobile version