Program unggulan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, yakni Makan Bergizi Gratis (MBG), telah menunjukkan progres yang sangat signifikan dan transformatif di Kabupaten Blitar, menjadi contoh nyata keberhasilan implementasi kebijakan nasional di tingkat daerah. Dari total target ambisius 97 unit dapur yang direncanakan untuk mencakup seluruh wilayah Blitar, saat ini sudah 30 Dapur MBG resmi berdiri kokoh dan beroperasi penuh, secara aktif melayani kebutuhan gizi masyarakat, khususnya anak-anak, di berbagai pelosok kabupaten tersebut. Capaian ini bukan sekadar angka, melainkan cerminan komitmen kuat terhadap pembangunan sumber daya manusia dan peningkatan kesejahteraan.
Data progresif yang menggembirakan ini terungkap dalam sebuah acara refleksi komprehensif atas setahun kepemimpinan Prabowo-Gibran, yang diselenggarakan di Blitar pada hari Jumat, 24 Oktober 2025. Bupati Blitar, Rijanto, dalam sambutannya, menyatakan kebanggaannya yang mendalam atas capaian monumental ini. Menurutnya, program MBG tidak hanya berfokus pada perbaikan status gizi dan kesehatan anak-anak, tetapi juga secara simultan memberikan efek domino positif yang luas bagi perekonomian daerah. Program ini telah menjadi katalisator bagi pertumbuhan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat.
"Sampai saat ini, berdasarkan evaluasi menyeluruh yang telah kami lakukan, dari target 97 dapur yang telah ditetapkan, kami sangat bersyukur bahwa sudah 30 dapur telah berhasil beroperasional dengan baik," ujar Bupati Rijanto dengan nada optimis. Pernyataan ini menegaskan bahwa Blitar berada di jalur yang tepat untuk mencapai target penuh, menunjukkan efisiensi dan efektivitas dalam perencanaan serta pelaksanaannya. Setiap dapur yang beroperasi bukan hanya sekadar tempat memasak, melainkan pusat kegiatan ekonomi dan sosial yang baru, membawa dampak positif yang terasa langsung oleh masyarakat sekitar.
Orang nomor satu di Kabupaten Blitar itu juga secara khusus menyoroti dampak ekonomi yang luar biasa yang ditimbulkan dari pembangunan dan operasionalisasi dapur-dapur tersebut. Kehadiran 30 dapur MBG yang telah beroperasi ini secara konkret telah membuka ribuan lapangan kerja baru bagi masyarakat Blitar yang membutuhkan, memberikan harapan dan mata pencaharian yang stabil. Ini adalah salah satu bukti nyata bahwa program gizi dapat sekaligus menjadi motor penggerak ekonomi lokal.
Secara rinci, setiap dapur MBG memiliki potensi untuk menyerap tenaga kerja hingga 60 orang. Angka ini mencakup berbagai posisi, mulai dari juru masak profesional, asisten dapur, tenaga pengadaan bahan baku, staf kebersihan, hingga personel distribusi. Jika kita mengkalkulasikan potensi penuh dari target 97 dapur yang akan beroperasi, maka akan tercipta lapangan kerja baru bagi sekitar 5.820 individu asal Kabupaten Blitar. Jumlah ini tentu saja sangat fantastis dan akan memberikan kontribusi signifikan terhadap pengurangan angka pengangguran di Bumi Penataran, julukan untuk Kabupaten Blitar. Ribuan keluarga akan merasakan langsung manfaat ekonomi dari program ini, meningkatkan daya beli dan kualitas hidup secara keseluruhan.
Lebih dari sekadar menciptakan lapangan kerja, program MBG juga dirancang untuk memberdayakan ekonomi lokal melalui rantai pasokan. Pengadaan bahan-bahan makanan untuk dapur-dapur ini diprioritaskan dari petani, peternak, dan pemasok lokal. Ini berarti dana yang dialokasikan untuk program ini tidak hanya berputar di Blitar, tetapi juga secara langsung memperkuat sektor pertanian dan UMKM setempat. Petani sayuran, peternak ayam, penjual ikan, dan pedagang pasar tradisional akan mendapatkan pelanggan tetap dengan volume besar, yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan mereka dan mendorong pertumbuhan ekonomi mikro di pedesaan. Program ini menciptakan ekosistem ekonomi yang berkelanjutan, di mana setiap komponen saling mendukung.
Pemerintah Kabupaten Blitar, di bawah kepemimpinan Bupati Rijanto, berkomitmen penuh untuk terus mengejar target pendirian 97 Dapur MBG hingga tuntas. Komitmen ini tidak hanya sebatas janji, melainkan diwujudkan melalui alokasi sumber daya, koordinasi lintas sektor, dan pengawasan ketat terhadap setiap tahapan implementasi. Program ini diharapkan dapat menjadi pilar utama dalam upaya menekan angka stunting yang masih menjadi isu krusial di banyak daerah, sekaligus meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan warga Blitar secara holistik. Stunting, yang merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis, memiliki dampak jangka panjang yang merugikan, termasuk pada perkembangan kognitif dan fisik anak. Dengan menyediakan asupan gizi yang adekuat sejak dini, MBG berupaya memutus mata rantai stunting dan memastikan generasi Blitar tumbuh optimal.
Visi jangka panjang dari program ini sejalan dengan filosofi pembangunan yang dipegang teguh oleh Bupati Rijanto. "Jika rakyatnya cerdas dan sehat, maka jalan menuju masyarakat makmur dan sejahtera akan semakin terbuka lebar," pungkas Rijanto. Pernyataan ini bukan sekadar retorika, melainkan prinsip dasar yang menopang seluruh kebijakan pembangunan di Blitar. Anak-anak yang mendapatkan gizi cukup akan memiliki kapasitas belajar yang lebih baik, lebih produktif di masa depan, dan pada akhirnya akan menjadi tulang punggung perekonomian daerah yang kuat. Investasi pada gizi dan kesehatan anak adalah investasi paling berharga untuk masa depan bangsa.
Pengembangan program MBG juga melibatkan kolaborasi erat antara pemerintah daerah, masyarakat, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya. Partisipasi aktif masyarakat, terutama para ibu dan perempuan setempat, dalam pengelolaan dapur-dapur ini sangat ditekankan. Mereka tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga agen perubahan yang turut serta dalam memastikan keberhasilan program. Pelatihan mengenai sanitasi, higiene pangan, dan manajemen dapur diberikan secara berkala untuk memastikan standar kualitas makanan yang disajikan selalu terjaga. Pendekatan partisipatif ini tidak hanya meningkatkan efektivitas program, tetapi juga menumbuhkan rasa kepemilikan dan keberlanjutan.
Selain dampak langsung pada kesehatan dan ekonomi, program MBG juga memiliki potensi untuk memperkuat kohesi sosial dan pemberdayaan komunitas. Dapur-dapur ini seringkali menjadi pusat interaksi sosial, tempat para ibu berkumpul, berbagi pengalaman, dan saling mendukung. Ini menciptakan ikatan sosial yang lebih kuat di tingkat desa atau kelurahan, membangun jaringan solidaritas yang penting untuk pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian, MBG bukan hanya program pemberian makanan, melainkan sebuah inisiatif pembangunan komunitas yang multidimensional.
Keberhasilan Blitar dalam mengimplementasikan program MBG juga dapat menjadi model percontohan bagi daerah lain di Indonesia. Pengalaman Blitar dalam mengatasi tantangan logistik, menggalang dukungan masyarakat, dan mengintegrasikan program gizi dengan pembangunan ekonomi lokal dapat memberikan pelajaran berharga. Potensi replikasi model ini di berbagai daerah lain diyakini dapat mempercepat pencapaian tujuan nasional dalam mengatasi stunting dan kemiskinan.
Bupati Rijanto kembali menegaskan pentingnya program ini dengan menekankan angka penyerapan tenaga kerja. "Setiap dapur itu bisa menyerap tenaga kerja hingga 60 orang. Itu tinggal mengalikan saja 97 dapur, jumlahnya cukup fantastis dan akan mengubah banyak kehidupan," tegasnya. Optimisme ini didasari oleh perhitungan konkret dan dampak nyata yang telah terlihat dari 30 dapur yang sudah beroperasi. Keberhasilan program ini tidak hanya diukur dari jumlah dapur yang berdiri atau porsi makanan yang terdistribusi, tetapi juga dari senyum anak-anak yang sehat, semangat para pekerja yang mendapatkan penghasilan, dan harapan akan masa depan Blitar yang lebih cerah. Program Makan Bergizi Gratis di Blitar adalah manifestasi nyata dari komitmen pemerintah untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sehat, lebih cerdas, dan lebih sejahtera.
(owi/ian) rakyatindependen.id
