Gresik Prioritaskan Masa Depan Pendidikan: Rp18,6 Miliar Dikucurkan untuk Rehabilitasi Puluhan Sekolah Rusak Berat dan Sedang

Pendidikan yang merata dan berkualitas merupakan fondasi utama dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) unggul, sebuah cita-cita yang tak henti-hentinya diperjuangkan oleh pemerintah di berbagai tingkatan. Di Kabupaten Gresik, komitmen terhadap peningkatan kualitas pendidikan ini diwujudkan melalui alokasi anggaran signifikan untuk perbaikan infrastruktur pendidikan yang selama ini menghadapi tantangan serius. Sebanyak 64 institusi pendidikan, meliputi 44 Sekolah Dasar (SD) dan 20 Sekolah Menengah Pertama (SMP), telah diidentifikasi berada dalam kondisi memprihatinkan, dengan tingkat kerusakan bervariasi dari kategori sedang hingga berat. Kondisi ini secara langsung mempengaruhi kenyamanan, keamanan, dan efektivitas proses belajar mengajar bagi ribuan siswa di seluruh penjuru kabupaten.

Menyadari urgensi permasalahan ini, Pemerintah Kabupaten Gresik telah menganggarkan dana sebesar Rp18,6 miliar khusus untuk program rehabilitasi dan perbaikan sarana pendidikan tersebut. Angka ini mencerminkan investasi besar pemerintah daerah dalam memastikan setiap anak di Gresik memiliki akses terhadap lingkungan belajar yang layak dan kondusif. Herawan Eka Kusuma, Sekretaris Dinas Pendidikan (Dispendik) Gresik, menjelaskan bahwa pelaksanaan perbaikan akan dibagi menjadi dua tahapan strategis guna memastikan efisiensi dan efektivitas. Tahap pertama dijadwalkan akan dimulai pada bulan Juli 2025, memanfaatkan anggaran perubahan APBD yang proses transfernya akan dilakukan secara langsung ke rekening masing-masing sekolah atau panitia pelaksana proyek di tingkat sekolah. Mekanisme transfer langsung ini diharapkan dapat mempercepat proses dan meminimalkan birokrasi, sehingga perbaikan dapat segera dimulai. Selanjutnya, gelombang kedua perbaikan akan menyusul pada bulan Oktober 2025, menargetkan sisa sekolah yang membutuhkan intervensi.

"Kami sangat berharap, dengan kucuran anggaran sebesar Rp18,6 miliar ini, seluruh perbaikan sekolah yang mengalami kerusakan di Kabupaten Gresik dapat diselesaikan sesuai target waktu yang telah ditetapkan," ujar Herawan Eka Kusuma pada Minggu (21/9/2025), mengungkapkan optimisme Dispendik terhadap kelancaran program ini. Ia menambahkan bahwa fokus utama bukan hanya pada penyelesaian fisik, tetapi juga pada penciptaan lingkungan yang aman, nyaman, dan inspiratif bagi siswa dan guru. Program ini tidak hanya sekadar mengganti bagian yang rusak, melainkan juga berupaya menghadirkan revitalisasi menyeluruh yang mampu meningkatkan semangat belajar dan mengajar.

Dukungan kuat juga datang dari legislatif daerah. Muchamad Saifudin, Ketua Komisi IV DPRD Gresik, menegaskan pentingnya revitalisasi sekolah sebagai pilar utama untuk mendukung terwujudnya kualitas pendidikan yang lebih baik di Gresik. Ia mengungkapkan bahwa laporan yang masuk ke komisi yang dipimpinnya menunjukkan sedikit perbedaan data, yakni 65 sekolah yang mengalami kerusakan sedang maupun berat, sedikit lebih banyak dari data Dispendik. Perbedaan kecil ini justru menunjukkan bahwa perhatian terhadap kondisi sekolah sangat tinggi dari berbagai pihak. Saifudin menekankan bahwa perbaikan yang akan dilakukan tidak hanya terbatas pada aspek pembangunan fisik semata. Lebih dari itu, program ini juga mencakup pengawasan ketat terhadap kualitas pekerjaan serta pembinaan berkelanjutan terhadap manajemen sekolah. Aspek pembinaan ini krusial untuk memastikan bahwa setelah perbaikan fisik selesai, pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah dapat dilakukan secara optimal oleh pihak sekolah, sehingga kondisi baik yang telah dicapai dapat bertahan lama.

Pembagian alokasi anggaran menunjukkan prioritas yang jelas. Dari total Rp18,6 miliar, sebesar Rp10 miliar dialokasikan khusus untuk perbaikan Sekolah Dasar (SD), mencerminkan jumlah SD yang lebih banyak dan seringkali menjadi fondasi awal pendidikan anak. Sementara itu, Rp8,6 miliar akan digunakan untuk rehabilitasi Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kerusakan yang menjadi target perbaikan sangat beragam, meliputi perbaikan atap yang bocor atau rapuh, penanganan tembok yang retak dan berpotensi membahayakan, penggantian lantai yang rusak dan tidak rata, hingga pembenahan fasilitas penunjang lainnya seperti toilet, kantin, perpustakaan, dan laboratorium yang kondisinya mungkin sudah tidak layak. Setiap detail perbaikan dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar yang tidak hanya fungsional tetapi juga estetik dan aman bagi seluruh penghuni sekolah.

Kerusakan infrastruktur pendidikan memiliki dampak multidimensional yang serius. Lingkungan belajar yang tidak memadai dapat menurunkan motivasi belajar siswa, mengganggu konsentrasi, bahkan menimbulkan risiko keselamatan. Atap yang bocor misalnya, dapat merusak buku dan peralatan, sementara tembok retak dapat menimbulkan kekhawatiran akan struktur bangunan yang tidak stabil. Kondisi toilet yang buruk juga dapat mempengaruhi kesehatan dan kenyamanan siswa, berpotensi mengurangi kehadiran di sekolah. Dengan perbaikan menyeluruh ini, diharapkan siswa dapat belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan aman, guru dapat mengajar dengan lebih tenang dan fokus, serta seluruh komunitas sekolah dapat merasakan dampak positif dari investasi ini.

Proses perbaikan ini juga akan melibatkan partisipasi aktif dari pihak sekolah dan komite sekolah. Dengan anggaran yang ditransfer langsung ke rekening sekolah, transparansi dan akuntabilitas menjadi kunci. Sekolah akan memiliki tanggung jawab lebih besar dalam mengelola dana dan mengawasi pelaksanaan proyek di lapangan. Dispendik dan DPRD akan berperan sebagai pengawas utama, memastikan bahwa setiap rupiah anggaran digunakan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perbaikan yang maksimal. Monitoring berkala dan evaluasi pasca-perbaikan juga akan dilakukan untuk memastikan keberlanjutan manfaat dari program ini.

"Harapan kami, seluruh perbaikan infrastruktur ini dapat diprioritaskan dan selesai sepenuhnya pada akhir tahun 2025," ujar Saifudin, menggarisbawahi urgensi penyelesaian proyek ini. Ia menambahkan sebuah penekanan penting bahwa kualitas pendidikan tidak semata-mata bergantung pada kurikulum yang canggih atau metode pengajaran yang inovatif, melainkan juga sangat bergantung pada kualitas sarana dan prasarana yang secara fundamental mendukung seluruh kegiatan belajar mengajar. Sebuah gedung sekolah yang kokoh, bersih, dan lengkap dengan fasilitas yang memadai adalah cerminan dari komitmen daerah terhadap masa depan generasi penerus bangsa. Investasi ini bukan hanya tentang bangunan fisik, tetapi juga tentang membangun harapan, peluang, dan potensi tak terbatas bagi anak-anak Gresik. Melalui program rehabilitasi ini, Kabupaten Gresik menunjukkan langkah konkretnya dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif dan berkualitas, memastikan bahwa tidak ada anak yang tertinggal karena keterbatasan infrastruktur.

[dny/suf]

Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita rakyatindependen.id

Exit mobile version