Kapal Sinar Bahari Wulungan Terbalik di Laut Mlaten, Satu ABK Bawah Umur Asal Pasuruan Selamat

Perairan Mlaten, Kecamatan Nguling, Pasuruan, menjadi saksi bisu sebuah tragedi maritim yang memilukan pada Minggu malam, 12 Oktober 2025. Kapal nelayan Sinar Bahari Wulungan, sebuah kapal berkapasitas 15 GT yang mengangkut 17 anak buah kapal (ABK), tiba-tiba terbalik setelah dihantam gelombang besar dan mengalami kebocoran. Insiden nahas ini menyebabkan kepanikan luar biasa di tengah gelapnya malam dan ganasnya ombak. Dari 17 ABK, 15 di antaranya berhasil diselamatkan dalam operasi penyelamatan yang heroik, namun dua nelayan hingga kini masih dinyatakan hilang dan menjadi fokus utama pencarian tim gabungan.

Dua ABK yang belum ditemukan tersebut diidentifikasi sebagai Ahok, seorang pria berusia 50 tahun, dan Ajib, pemuda berusia 20 tahun. Keduanya berasal dari Desa Tambaklekok, Kecamatan Lekok, Kabupaten Pasuruan. Kehilangan mereka meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan kerabat yang kini hanya bisa pasrah menanti kabar di tepi pantai. Sementara itu, 15 nelayan lainnya yang berhasil selamat kini dalam kondisi syok dan sebagian memerlukan penanganan medis, meskipun tidak ada yang mengalami luka serius. Mereka diselamatkan berkat koordinasi cepat tim gabungan dan keberanian nelayan setempat yang segera merespons sinyal marabahaya.

Para ABK yang selamat berasal dari berbagai wilayah di Kota dan Kabupaten Pasuruan, mencerminkan keragaman komunitas nelayan yang menggantungkan hidupnya dari laut. Mereka berasal dari Kelurahan Bugul Lor, Tambaan, Mandaranrejo, dan Ngemplakrejo. Di antara mereka, terdapat kisah Amrizal, seorang pelajar berusia 15 tahun dari Ngemplakrejo, yang selamat dari insiden mengerikan ini. Kisahnya menjadi sorotan, mengingat usianya yang masih sangat muda dan keberaniannya menghadapi cobaan di tengah lautan yang mengamuk. Amrizal, yang seharusnya berada di bangku sekolah, justru harus berjuang mempertahankan hidupnya di tengah gelombang yang menakutkan.

Menurut laporan resmi yang dikeluarkan oleh Polres Pasuruan Kota, kapal Sinar Bahari Wulungan bertolak dari Pelabuhan Pasuruan sekitar pukul 16.00 WIB pada hari Minggu. Tujuan pelayaran mereka adalah perairan timur laut Mlaten, area yang dikenal kaya akan hasil laut namun juga memiliki tantangan tersendiri terkait kondisi cuaca. Perjalanan awal berlangsung lancar, namun sekitar pukul 19.00 WIB, suasana di atas kapal berubah mencekam. Kapal tiba-tiba mengalami kebocoran yang parah, dan dalam waktu singkat, air laut mulai merembes masuk ke dalam lambung kapal. Bersamaan dengan itu, gelombang di perairan tersebut meningkat drastis, menghantam kapal dengan kekuatan yang tak terduga, menyebabkan kapal oleng hebat sebelum akhirnya terbalik.

Kepala Satuan Polairud Polres Pasuruan Kota, AKP Edy Suseno, membenarkan kejadian tragis ini. Ia menjelaskan bahwa proses pencarian terhadap dua ABK yang hilang masih terus berlangsung dengan intensif. "Tim SAR gabungan, yang terdiri dari Basarnas, BPBD, Polairud, TNI AL, serta nelayan setempat, telah dikerahkan untuk menyisir lokasi kejadian," ujar AKP Edy Suseno. Ia menambahkan bahwa area pencarian diperluas hingga radius empat mil dari pantai, mencakup wilayah yang diperkirakan menjadi tempat terombang-ambingnya korban akibat arus laut. Kondisi cuaca yang tidak menentu dan visibilitas yang rendah di malam hari menjadi tantangan utama bagi tim penyelamat.

Sinar Bahari Wulungan diketahui adalah kapal milik Iwan, seorang pengusaha asal Jogja. Kapal ini dinahkodai oleh Solikin, pria berusia 46 tahun yang berasal dari Desa Tambaklekok, Kecamatan Lekok, sama dengan dua ABK yang hilang. Solikin, sebagai nahkoda, adalah salah satu saksi kunci dari detik-detik mengerikan insiden tersebut. Dalam keterangannya kepada petugas, Solikin menceritakan perjuangannya untuk menyelamatkan kapal dan para ABK. "Setelah saya cek, air laut sudah masuk ke ruang palka dengan sangat cepat," tutur Solikin dengan nada masih terpukul. "Saya langsung mengambil keputusan cepat untuk memotong tali jangkar agar kapal bisa bergerak bebas, berharap bisa menghindari hantaman ombak. Saya juga mencoba menghidupkan mesin, namun hanya satu mesin yang bisa dioperasikan." Namun, upaya heroik Solikin tidak cukup. Gelombang datang dengan kekuatan yang sangat dahsyat, menghantam lambung kapal secara bertubi-tubi, dan dalam sekejap mata, kapal langsung terbalik, melemparkan semua ABK ke dalam kegelapan dan dinginnya laut.

Drama penyelamatan dimulai tak lama setelah insiden. Salah satu nelayan penolong yang pertama tiba di lokasi adalah Zaimi, seorang pria berusia 60 tahun dari Kelurahan Gadingrejo. Zaimi, yang saat itu sedang melaut tidak jauh dari lokasi, awalnya mengira sinyal lampu senter yang berkedip-kedip dari tengah laut hanya isyarat biasa antar nelayan. Namun, setelah ia memperhatikan lebih seksama dan melihat lampu kapal berkedip mati-hidup secara tidak beraturan, ia menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Instingnya sebagai nelayan senior mengatakan ada bahaya. Tanpa ragu, Zaimi segera mengarahkan kapalnya menuju sumber cahaya tersebut. "Saya langsung dekati dan betapa terkejutnya saya melihat banyak orang terapung di laut, berjuang melawan ombak, sementara kapal sudah terbalik," kenang Zaimi. Dengan sigap dan bantuan awak kapalnya, Zaimi berhasil menolong sembilan orang ABK yang terapung-apung. Mereka kemudian segera dievakuasi dan dibawa menuju Pelabuhan Kota Pasuruan, tempat tim medis dan petugas sudah menunggu.

Beberapa jam setelah evakuasi pertama oleh Zaimi, enam ABK lainnya ditemukan dan diselamatkan oleh kapal nelayan KMN Himalaya, yang dinahkodai oleh Soleh, seorang nelayan berusia 49 tahun dari Kelurahan Ngemplakrejo. Para korban ini ditemukan dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, berpegangan erat pada jerigen bahan bakar yang mengapung di tengah laut. Jerigen-jerigen ini menjadi satu-satunya harapan mereka untuk tetap mengapung dan bertahan hidup di tengah gelombang malam yang tinggi dan suhu air yang dingin menusuk tulang. "Sekitar pukul 22.00 WIB kami temukan enam korban masih bertahan di laut, mereka langsung kami evakuasi ke pelabuhan," terang Soleh kepada petugas di lokasi. Keberhasilan Soleh dan timnya menemukan enam ABK tersebut menjadi secercah harapan di tengah kegelapan, menunjukkan solidaritas dan keberanian komunitas nelayan dalam menghadapi musibah.

Operasi pencarian dua nelayan yang hilang terus dilanjutkan tanpa henti. Polres Pasuruan Kota bekerja sama erat dengan TNI AL, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI), dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Pasuruan. Tim gabungan ini menyisir perairan Mlaten dengan harapan menemukan Ahok dan Ajib. Cuaca buruk yang menjadi penyebab utama tragedi ini juga menjadi tantangan besar dalam upaya pencarian, dengan gelombang tinggi dan arus kuat yang berpotensi menyeret korban lebih jauh. Keluarga kedua nelayan yang hilang terus memantau perkembangan di Pelabuhan Pasuruan, berharap ada keajaiban. Insiden ini tidak hanya menyisakan duka bagi keluarga korban, tetapi juga menjadi pengingat pahit tentang risiko yang selalu mengintai para pahlawan laut yang setiap hari berjuang mencari nafkah di tengah ganasnya samudra. Fokus utama operasi saat ini adalah menemukan dua nelayan asal Lekok yang masih hilang setelah kapal Sinar Bahari Wulungan terbalik akibat cuaca ekstrem yang tak terduga.

Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita rakyatindependen.id.

Exit mobile version