Update Tragedi Ponpes Al-Khoziny: 55 Jenazah Teridentifikasi, 8 Korban Masih Hilang

Kabiddokkes Polda Jatim, Kombes Pol Dr. dr. M. Kusnan Marzuki, dalam konferensi pers yang digelar di Posko DVI, menjelaskan bahwa proses identifikasi dilakukan melalui serangkaian pemeriksaan mendalam yang mengacu pada standar internasional. Metode yang digunakan mencakup tes DNA, pemeriksaan medis forensik secara komprehensif, serta analisis properti yang melekat pada jenazah atau ditemukan bersama korban. "Setiap detail kecil sangat berarti dalam proses ini. Mulai dari sidik jari, struktur gigi, hingga properti pribadi seperti pakaian atau perhiasan, semuanya menjadi petunjuk berharga untuk mengungkap identitas korban," ujar Kombes Kusnan, menekankan kompleksitas dan ketelitian yang dibutuhkan.

Lebih lanjut, Kombes Kusnan memaparkan identitas dua jenazah terbaru yang berhasil diidentifikasi. "Dua kantong jenazah terbaru yang berhasil diidentifikasi adalah jenazah dengan nomor postmortem 041, yang diketahui bernama Khafa Ahmad Maulana (15), asal Gresik, Jawa Timur. Kemudian, jenazah dengan nomor postmortem 055 teridentifikasi sebagai Irham Ghifari (16), warga Katerungan, Krian, Sidoarjo," imbuhnya, menyebutkan nama-nama yang kini dapat kembali ke pelukan keluarga untuk dimakamkan dengan layak. Penambahan dua identifikasi ini membawa harapan sekaligus mengingatkan akan duka mendalam yang masih menyelimuti keluarga korban.

Dengan tambahan dua identifikasi terbaru ini, tim gabungan yang terdiri dari berbagai elemen kepolisian dan ahli forensik telah berhasil mengungkap 55 identitas dari 67 kantong jenazah yang diterima. Berdasarkan data antemortem yang terkumpul dari laporan keluarga, dilaporkan ada 63 korban yang hilang sejak awal tragedi. Dengan 55 jenazah yang telah teridentifikasi, ini berarti masih terdapat 8 orang yang belum ditemukan atau identitasnya belum terkonfirmasi dari kantong jenazah yang ada. "Di ruang pendingin jenazah, kami masih memiliki sembilan kantong jenazah yang belum teridentifikasi. Tim terus berupaya semaksimal mungkin untuk mempercepat proses identifikasi ini, meskipun tantangan yang dihadapi tidaklah ringan," jelas Kombes Kusnan, menyoroti pekerjaan berat yang masih menanti.

Tragedi robohnya bangunan Pondok Pesantren Al-Khoziny ini terjadi beberapa waktu lalu, mengguncang publik dan menyisakan duka mendalam. Bangunan yang ambruk, diduga adalah asrama putra berlantai tiga, menimpa puluhan santri yang tengah berada di dalamnya. Insiden ini memicu respons cepat dari berbagai pihak, termasuk tim Search and Rescue (SAR) gabungan dari Basarnas, TNI, Polri, BPBD, serta relawan masyarakat. Proses evakuasi yang berlangsung heroik selama berhari-hari berhasil mengeluarkan puluhan korban, baik yang selamat dengan luka-luka maupun yang telah meninggal dunia. Kondisi reruntuhan yang parah dan struktur bangunan yang tidak stabil menjadi penghambat utama dalam operasi SAR, memperumit upaya pencarian dan penyelamatan.

Sejak hari pertama tragedi, Posko DVI Polda Jawa Timur telah menjadi pusat harapan bagi keluarga korban. Tim forensik bekerja tanpa henti, menganalisis setiap sampel dengan cermat. Proses identifikasi melalui tes DNA, yang merupakan metode paling akurat, memerlukan sampel pembanding dari keluarga inti korban seperti orang tua atau saudara kandung. Kombes Kusnan menambahkan, pihaknya terus berkoordinasi erat dengan keluarga korban untuk melengkapi data antemortem, yang meliputi rekam medis, data gigi, ciri-ciri khusus, hingga barang-barang pribadi yang terakhir dikenakan korban. "Semakin lengkap data antemortem yang kami terima, semakin besar peluang kami untuk mempercepat pencocokan DNA dan data lainnya," pungkasnya, menggarisbawahi pentingnya peran serta keluarga dalam proses ini.

Tantangan dalam proses identifikasi ini tidak hanya terletak pada teknis analisis forensik, melainkan juga pada kondisi jenazah yang kerap mengalami kerusakan parah akibat tertimbun reruntuhan. Fragmentasi tubuh, dekomposisi, serta kontaminasi lingkungan dapat mempersulit pengambilan sampel DNA yang berkualitas. Meskipun demikian, tim DVI berkomitmen untuk tidak menyerah. "Kami menargetkan seluruh proses identifikasi selesai secepatnya, namun hal ini juga sangat bergantung pada kualitas sampel DNA yang kami terima dan ketersediaan data antemortem yang akurat," ujar Kombes Kusnan, mengakui bahwa ada faktor-faktor di luar kendali tim yang dapat mempengaruhi durasi proses.

Selain upaya identifikasi, penyelidikan mendalam mengenai penyebab robohnya bangunan Ponpes Al-Khoziny juga terus berjalan. Tim Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Polri telah dikerahkan ke lokasi kejadian untuk mengumpulkan bukti-bukti material, menganalisis struktur bangunan, kualitas material konstruksi, serta kemungkinan adanya faktor kelalaian atau kesalahan dalam perencanaan dan pembangunan. Hasil penyelidikan ini diharapkan dapat memberikan kejelasan mengenai penyebab pasti tragedi dan menjadi dasar untuk langkah-langkah hukum lebih lanjut, serta menjadi pelajaran berharga agar insiden serupa tidak terulang di masa mendatang.

Tragedi ini juga menyisakan luka mendalam bagi komunitas pesantren dan masyarakat Sidoarjo secara keseluruhan. Berbagai bantuan kemanusiaan, dukungan moral, dan layanan psikososial terus disalurkan kepada keluarga korban dan santri yang selamat. Pemerintah daerah, bersama dengan lembaga-lembaga sosial dan keagamaan, berupaya memulihkan kondisi psikologis para korban selamat dan memastikan pendidikan mereka dapat terus berlanjut. "Kami memahami duka mendalam yang dialami keluarga. Pemerintah daerah akan terus memberikan dukungan penuh, baik dalam proses identifikasi maupun pemulihan pasca-tragedi," kata seorang pejabat daerah yang turut hadir di posko DVI.

Upaya pencarian terhadap 8 korban yang masih dinyatakan hilang juga terus dilakukan, meskipun fokus telah bergeser dari operasi SAR besar-besaran menjadi pencarian yang lebih terfokus. Tim gabungan tetap menyisir area sekitar pondok pesantren dan berkoordinasi dengan masyarakat setempat, berharap dapat menemukan petunjuk baru. Harapan keluarga untuk menemukan anggota keluarga mereka, hidup atau meninggal, menjadi pendorong bagi tim di lapangan untuk terus bekerja keras.

Dalam suasana duka yang masih menyelimuti, setiap identifikasi jenazah membawa sedikit kelegaan bagi keluarga, memungkinkan mereka untuk melakukan proses pemakaman dan memberikan penghormatan terakhir. Proses identifikasi massal ini merupakan tugas kemanusiaan yang sangat berat, menguji batas kemampuan tim forensik dan DVI. Namun, dengan koordinasi yang solid dan dedikasi yang tak tergoyahkan, harapan untuk mengungkap seluruh identitas korban dan menemukan kejelasan bagi semua pihak tetap menyala. Proses panjang ini adalah bukti komitmen negara untuk tidak meninggalkan satu pun korban, memastikan bahwa setiap jiwa yang hilang mendapatkan pengakuan dan penghormatan yang layak.

rakyatindependen.id

Exit mobile version