Mundurnya pelatih kepala Bernardo Tavares dari PSM Makassar telah memicu gelombang kekecewaan dan kemarahan di kalangan suporter setia klub berjuluk Juku Eja tersebut. Alasan pengunduran diri Tavares yang diungkapkan secara terbuka, yakni penunggakan gaji yang berlangsung selama berbulan-bulan, telah menyulut api kritik terhadap manajemen klub, khususnya CEO PSM Makassar, Sadikin Aksa. Desakan agar Sadikin Aksa mengundurkan diri kini menggema di media sosial dan menjadi topik perbincangan hangat di kalangan pecinta sepak bola Makassar.
Situasi ini bukan hanya sekadar kehilangan seorang pelatih yang dicintai, tetapi juga menyoroti masalah finansial kronis yang telah lama menghantui PSM Makassar. Penunggakan gaji bukan hanya merugikan Tavares sebagai individu, tetapi juga merusak citra klub di mata publik dan berpotensi mengganggu stabilitas tim secara keseluruhan. Bagaimana mungkin sebuah klub sepak bola profesional dapat meraih prestasi gemilang jika hak-hak finansial para pemain dan staf pelatih tidak terpenuhi?
Dalam beberapa tahun terakhir, PSM Makassar telah menunjukkan performa yang cukup menjanjikan di kancah sepak bola nasional. Kehadiran Bernardo Tavares sebagai pelatih kepala membawa angin segar dan harapan baru bagi para suporter. Tavares berhasil meramu strategi yang efektif dan memotivasi para pemain untuk memberikan yang terbaik di setiap pertandingan. Namun, di balik kesuksesan di lapangan hijau, tersembunyi masalah finansial yang terus menggerogoti klub dari dalam.
Penunggakan gaji bukan hanya berdampak pada moral dan motivasi pemain, tetapi juga dapat mempengaruhi kinerja mereka di lapangan. Bagaimana mungkin seorang pemain dapat fokus sepenuhnya pada pertandingan jika pikirannya terbebani oleh masalah keuangan keluarga? Situasi ini juga dapat menciptakan ketidakpercayaan antara pemain dan manajemen klub, yang pada akhirnya dapat merusak atmosfer tim secara keseluruhan.
Mundurnya Bernardo Tavares adalah puncak dari gunung es permasalahan finansial yang telah lama menghantui PSM Makassar. Para suporter merasa geram dan kecewa dengan ketidakmampuan manajemen klub dalam mengatasi masalah ini. Mereka menuntut pertanggungjawaban dari CEO PSM Makassar, Sadikin Aksa, yang dianggap sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas kondisi keuangan klub.
Desakan agar Sadikin Aksa mengundurkan diri bukan hanya sekadar ungkapan emosi sesaat, tetapi juga merupakan bentuk kekecewaan yang mendalam terhadap manajemen klub. Para suporter merasa bahwa Sadikin Aksa telah gagal membawa PSM Makassar menuju arah yang lebih baik. Mereka meragukan kemampuan Sadikin Aksa dalam mengelola keuangan klub secara profesional dan transparan.
Di media sosial, para suporter PSM Makassar secara aktif menyuarakan tuntutan mereka agar Sadikin Aksa segera mengundurkan diri. Tagar #SadikinAksaOut menjadi trending topic di Twitter dan Instagram, menunjukkan betapa kuatnya dukungan publik terhadap gerakan ini. Para suporter juga membanjiri akun media sosial Sadikin Aksa dengan komentar-komentar pedas dan kritikan tajam.
"WEH MUNDURKO," tulis seorang suporter dengan nada geram di kolom komentar Instagram Sadikin Aksa.
"Mundur pak mundur tau diri," balas suporter lainnya dengan nada yang lebih sinis.
"Out saja," timpal suporter lainnya dengan singkat dan tegas.
Komentar-komentar tersebut hanyalah sebagian kecil dari ribuan pesan yang membanjiri akun media sosial Sadikin Aksa. Hal ini menunjukkan betapa besar kekecewaan dan kemarahan para suporter terhadap manajemen klub. Mereka merasa bahwa Sadikin Aksa telah mengkhianati kepercayaan mereka dan merusak citra PSM Makassar sebagai klub sepak bola kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan.
Selain dari kalangan suporter, desakan agar Sadikin Aksa mengundurkan diri juga datang dari berbagai pihak, termasuk pengamat sepak bola, mantan pemain, dan tokoh masyarakat. Mereka menilai bahwa Sadikin Aksa telah gagal membawa PSM Makassar menuju arah yang lebih baik dan sudah saatnya bagi klub untuk dipimpin oleh sosok yang lebih kompeten dan profesional.
Moh Ibnu, Deputi Infokom dari The Macz Man, salah satu kelompok suporter terbesar PSM Makassar, mengatakan bahwa masalah finansial adalah PR besar yang harus diselesaikan oleh manajemen klub sebelum menunjuk pelatih baru. Ia berharap agar permasalahan ini bisa diselesaikan terlebih dahulu sebelum nantinya menunjuk pelatih baru.
"Tapi sebelum itu semoga segala permasalahan di pihak manajemen bisa terselesaikan terlebih dahulu," katanya kepada Fajar.co.id, Jumat (3/10/2025).
Pernyataan Moh Ibnu menunjukkan bahwa para suporter menyadari betul bahwa masalah finansial adalah akar dari segala permasalahan yang dihadapi PSM Makassar. Mereka berharap agar manajemen klub dapat segera mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasi masalah ini dan memulihkan kepercayaan publik.
Mundurnya Bernardo Tavares dan desakan agar Sadikin Aksa mengundurkan diri adalah momentum penting bagi PSM Makassar untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem manajemen klub. Manajemen klub harus berani mengakui kesalahan dan mengambil langkah-langkah perbaikan yang signifikan.
Salah satu langkah penting yang harus dilakukan adalah meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan klub. Manajemen klub harus terbuka kepada publik mengenai sumber-sumber pendapatan dan pengeluaran klub. Hal ini akan membantu membangun kepercayaan publik dan mencegah terjadinya praktik-praktik korupsi dan penyalahgunaan wewenang.
Selain itu, manajemen klub juga harus berupaya mencari sumber-sumber pendapatan baru yang lebih stabil dan berkelanjutan. PSM Makassar tidak bisa hanya mengandalkan pendapatan dari tiket pertandingan dan sponsor. Manajemen klub harus berani berinovasi dan mencari peluang-peluang bisnis baru yang dapat meningkatkan pendapatan klub.
Salah satu peluang bisnis yang dapat dimanfaatkan adalah pengembangan akademi sepak bola. PSM Makassar memiliki potensi besar untuk menghasilkan pemain-pemain muda berkualitas yang dapat mengharumkan nama klub di kancah sepak bola nasional dan internasional. Dengan mengembangkan akademi sepak bola yang profesional, PSM Makassar dapat menghasilkan pemain-pemain muda yang tidak hanya memiliki kemampuan teknis yang mumpuni, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan mental yang tangguh.
Selain itu, manajemen klub juga harus berupaya meningkatkan kualitas infrastruktur klub. PSM Makassar membutuhkan stadion yang modern dan representatif agar dapat menarik minat para penonton dan sponsor. Stadion yang modern juga akan memberikan kenyamanan dan keamanan bagi para pemain dan penonton.
Dengan melakukan langkah-langkah perbaikan yang signifikan, PSM Makassar dapat memulihkan kepercayaan publik dan kembali menjadi klub sepak bola kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan. PSM Makassar memiliki potensi besar untuk meraih prestasi gemilang di kancah sepak bola nasional dan internasional. Namun, potensi ini tidak akan dapat terwujud jika manajemen klub tidak mampu mengatasi masalah finansial dan meningkatkan kualitas manajemen klub.
Masa depan PSM Makassar berada di tangan manajemen klub. Apakah manajemen klub akan berani mengambil langkah-langkah perbaikan yang signifikan atau justru membiarkan klub terpuruk dalam masalah finansial dan krisis kepercayaan? Waktu akan menjawabnya.