Pahlawan Robotik Cilik dari Gresik: Siswa SD NU 1 Sabet Enam Medali di Kejuaraan Internasional Malaysia 2025

Gresik, Indonesia – Empat mutiara bangsa dari Sekolah Dasar Nahdlatul Ulama (SD NU) 1 Trate Gresik kembali menorehkan tinta emas di kancah global. Dengan semangat juang dan kecerdasan luar biasa, mereka berhasil memboyong enam medali dalam ajang International Robotic Training and Competition (IRTC) Malaysia 2025, sebuah kompetisi robotika bergengsi yang diikuti oleh peserta dari delapan negara berbeda. Prestasi gemilang ini tidak hanya mengharumkan nama sekolah, namun juga mengangkat martabat Indonesia di mata dunia sebagai negara yang mampu melahirkan inovator muda di bidang teknologi.

Keempat siswa berprestasi yang menjadi kebanggaan Gresik dan Indonesia ini adalah Shafiyyah Aisya Thoriq, Adeeva Afsheen Myesha, Ghazwan Shirajuddin Thoriq, dan Muhammad Aiman Asshiddiq. Dengan persiapan matang dan dedikasi tinggi, mereka sukses menyisihkan puluhan tim tangguh dari berbagai negara, membuktikan bahwa usia muda bukanlah penghalang untuk mencapai puncak prestasi. Perjalanan mereka menuju Malaysia dipenuhi dengan latihan intensif, riset mendalam, dan kerja sama tim yang solid, semuanya demi membawa pulang hasil terbaik.

Ajang IRTC Malaysia 2025 sendiri merupakan platform global bagi para penggemar robotika untuk memamerkan keahlian mereka dalam desain, pemrograman, dan operasi robot. Dengan kategori lomba yang menantang dan standar penilaian yang ketat, kompetisi ini menjadi barometer bagi perkembangan pendidikan robotika di berbagai negara. Kehadiran delegasi dari delapan negara, termasuk kekuatan-kekuatan robotika di Asia Tenggara dan Asia Timur, menjadikan persaingan semakin sengit dan penuh tantangan.

Tim SD NU 1 Gresik berhasil menunjukkan dominasi mereka dengan meraih tiga medali emas dan tiga medali perak. Medali emas disabet untuk kategori Maze Solving, Best Point Close Category Soccer, dan Close Category Soccer. Sementara itu, medali perak berhasil diamankan di kategori Open Soccer, Best Point Soccer Berkaki, serta Open Category Sumo. Pencapaian ini merupakan bukti komprehensif atas kemampuan mereka di berbagai disiplin robotika, mulai dari navigasi otonom, strategi pertandingan, hingga desain robot yang inovatif.

Kategori Maze Solving menuntut robot untuk menavigasi labirin yang kompleks secara otonom, mencari jalur tercepat dan paling efisien tanpa campur tangan manusia. Kemenangan di kategori ini menunjukkan keunggulan tim dalam pemrograman algoritma navigasi dan kalibrasi sensor yang presisi. Sementara itu, kategori Close Category Soccer dan Open Soccer menguji kemampuan robot dalam bermain sepak bola, di mana tim harus memprogram robot untuk mengontrol bola, melakukan operan, dan mencetak gol ke gawang lawan. Perbedaan antara "Close" dan "Open" terletak pada batasan desain dan modifikasi robot, dengan "Open" memberikan kebebasan lebih besar. Kemenangan "Best Point" menunjukkan tidak hanya kemenangan dalam pertandingan, tetapi juga performa teknis robot yang superior.

Yang tidak kalah menarik adalah medali perak di kategori Best Point Soccer Berkaki. Ini adalah kategori yang relatif unik, di mana robot yang digunakan memiliki "kaki" menyerupai makhluk hidup, bukan roda. Memprogram robot berkaki untuk bergerak lincah, menendang bola, dan menjaga keseimbangan adalah tantangan tersendiri yang membutuhkan pemahaman mendalam tentang kinematika dan dinamika robot. Terakhir, kategori Open Category Sumo menguji kekuatan, strategi, dan kemampuan sensor robot untuk mendorong lawan keluar dari ring pertandingan, di mana desain robot yang kreatif dan kuat menjadi kunci.

Shafiyyah Aisya Thoriq, siswi kelas VI yang telah menekuni dunia robotik sejak taman kanak-kanak, berbagi pengalamannya yang penuh perjuangan. Ia mengakui bahwa Kejuaraan IRTC ini sangat berbeda dari kompetisi lokal yang pernah diikutinya. "Kejuaraan IRTC berbeda yang saya ikuti di event lokal. Di sana lawan-lawannya berat ditunjang sama robotnya yang bagus-bagus," ujar Shafiyyah, saat diwawancarai pada Kamis (9/10/2025). Pengalaman ini memberinya pelajaran berharga tentang tingkat persaingan di panggung internasional.

Shafiyyah menuturkan, timnya sempat merasa sangat grogi dan hampir putus asa ketika sensor robot yang mereka gunakan mengalami masalah teknis krusial sesaat sebelum pertandingan dimulai. Masalah sensor ini bisa berdampak fatal pada performa robot, terutama dalam kategori yang menuntut presisi tinggi seperti Maze Solving atau Soccer. "Nyaris down tapi dengan kesabaran dan tetap fokus. Akhirnya juara pertama meski menyesuaikan lagi karena jurinya menggunakan karpet saat penilaian," ungkapnya, menggambarkan momen krusial saat mereka harus berpikir cepat dan beradaptasi di bawah tekanan.

Kendala teknis seperti sensor yang tidak responsif atau kalibrasi yang bergeser dapat membuat robot kehilangan arah atau gagal mengenali objek. Tim harus segera mencari solusi, mungkin dengan melakukan penyesuaian program secara cepat atau bahkan memperbaiki komponen kecil di lokasi. Adaptasi terhadap kondisi lapangan yang berbeda, seperti penggunaan karpet oleh juri yang memengaruhi gesekan dan pembacaan sensor, juga menjadi tantangan tersendiri yang memerlukan keahlian dan pengalaman. Mereka harus menyesuaikan parameter robot mereka secara instan untuk memastikan performa optimal.

Menurut Shafiyyah, lawan terberat berasal dari sekolah-sekolah di Malaysia yang memiliki robot dengan teknologi lebih canggih dan mumpuni. Robot-robot ini seringkali dilengkapi dengan motor yang lebih cepat, sensor yang lebih akurat, atau bahkan desain yang lebih ringan dan aerodinamis. "Yang dinilai dari kejuaraan ini keahlian mengoperasikan robot, baik dari kecepatan maupun efektivitas kerja. Robot siswa Malaysia lebih mumpuni, tapi robot kami soccer berkaki bisa mengatasi dan menyebar juara," imbuhnya. Pernyataan ini menegaskan bahwa meskipun secara perangkat keras mungkin kalah saing, keahlian dan strategi tim SD NU 1 Gresik dalam memprogram dan mengoperasikan robot mereka menjadi faktor penentu kemenangan. Ini adalah bukti bahwa kecerdasan dan kreativitas manusia dapat melampaui keterbatasan teknologi.

Adeeva Afsheen Myesha, salah satu anggota tim, menambahkan bahwa kerja sama tim adalah kunci utama. "Setiap kali ada masalah, kami tidak panik sendiri. Kami langsung berdiskusi, mencoba berbagai solusi, dan saling menyemangati. Itu yang membuat kami kuat," ujarnya. Sementara Ghazwan Shirajuddin Thoriq fokus pada strategi. "Kami menganalisis setiap lawan, mencoba memprediksi gerakan robot mereka, dan menyesuaikan program kami agar lebih efektif," katanya. Muhammad Aiman Asshiddiq, yang dikenal dengan ketelitiannya, bertanggung jawab memastikan setiap kabel terpasang sempurna dan setiap baris kode bebas dari kesalahan.

Mohamad Nastain, Kepala SD NU 1 Gresik, tidak dapat menyembunyikan rasa bangganya atas pencapaian luar biasa siswanya. Ia melihat prestasi ini sebagai puncak dari komitmen sekolah dalam mengembangkan potensi anak didik melalui pendidikan yang holistik. "Di sekolah kami ada 18 ekstrakurikuler yang bisa dimanfaatkan untuk meraih prestasi, salah satunya robotik," pungkasnya. Pernyataan ini menggarisbawahi filosofi sekolah yang tidak hanya fokus pada akademik, tetapi juga pada pengembangan bakat dan minat siswa di berbagai bidang.

SD NU 1 Gresik menyediakan beragam kegiatan ekstrakurikuler, mulai dari seni tari, musik, olahraga seperti futsal dan bulutangkis, hingga klub sains dan robotika. Program robotika di sekolah ini dirancang untuk menstimulasi pemikiran kritis, kemampuan problem-solving, serta keterampilan kerja sama tim sejak dini. Dengan fasilitas yang memadai dan guru pembimbing yang berdedikasi, siswa didorong untuk bereksperimen, berinovasi, dan tidak takut menghadapi tantangan. Prestasi di IRTC Malaysia 2025 ini diharapkan dapat menjadi inspirasi tidak hanya bagi siswa lain di SD NU 1 Gresik, tetapi juga bagi seluruh generasi muda Indonesia untuk lebih berani mengeksplorasi dunia sains dan teknologi.

Keberhasilan ini juga menjadi bukti nyata bahwa investasi dalam pendidikan STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) di tingkat dasar sangat penting. SD NU 1 Gresik telah membuktikan bahwa dengan dukungan yang tepat, siswa-siswa muda dapat bersaing dan berprestasi di panggung internasional, membawa pulang kebanggaan bagi bangsa. Ini adalah langkah awal yang menjanjikan bagi masa depan Indonesia yang lebih cerah di bidang teknologi dan inovasi.

rakyatindependen.id

Exit mobile version