Sebuah insiden kebakaran yang mengejutkan telah melanda Desa Segodorejo, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang, pada Kamis, 9 Oktober 2025, menyisakan puing-puing dan kerugian materiil yang tidak sedikit. Kediaman milik Al Masru (50), seorang warga setempat, menjadi sasaran amukan si jago merah yang diduga bermula dari pembakaran sampah. Peristiwa ini tidak hanya menyisakan kerugian finansial yang diperkirakan mencapai Rp10 juta, tetapi juga menyisakan trauma mendalam bagi keluarga korban dan keprihatinan di tengah masyarakat.
Kepanikan mulai melanda Desa Segodorejo sekitar pukul 14.30 WIB, ketika kepulan asap hitam pekat mulai terlihat membumbung tinggi dari salah satu rumah warga. Seorang warga yang sedang melintas, Ibu Sumiati (45), adalah orang pertama yang menyadari adanya kejanggalan. Awalnya, ia mengira asap itu berasal dari pembakaran sampah biasa, namun tak lama kemudian, ia melihat kobaran api kecil yang mulai menjilat atap rumah Al Masru. Dengan cepat, api membesar dan melahap bagian atap yang terbuat dari material mudah terbakar. Suara gemuruh atap yang runtuh dan nyala api yang semakin membesar sontak menarik perhatian warga sekitar.
Rumah Al Masru, dengan ukuran sekitar 6×10 meter, adalah bangunan yang cukup luas, terdiri dari satu ruang tengah yang berfungsi sebagai ruang keluarga, dua kamar tidur, dan sebuah dapur. Dalam hitungan menit, api yang ganas dengan cepat menyebar ke seluruh bagian rumah. Material bangunan yang didominasi oleh kayu dan bambu, serta perabot rumah tangga seperti lemari, kasur, sofa, dan peralatan dapur, menjadi santapan empuk bagi kobaran api. Pemandangan mengerikan itu membuat warga berteriak histeris, menandakan bahaya yang mengancam.
Tidak hanya bangunan utama, sebuah mobil pribadi yang terparkir di dekat rumah juga turut merasakan dampak dari insiden ini. Meskipun tidak terbakar habis, mobil tersebut mengalami kerusakan ringan akibat kejatuhan material atap yang terbakar dan panas yang menyengat. Kaca depan retak, cat bodi mengelupas di beberapa bagian, dan interior mobil dipenuhi dengan serpihan abu dan jelaga. Kerugian atas mobil ini juga masuk dalam estimasi total kerugian yang dialami Al Masru.
Melihat amukan api yang semakin tidak terkendali, warga setempat dengan sigap bergegas berusaha memadamkan api menggunakan peralatan seadanya. Ember-ember berisi air, selang air dari sumur tetangga, dan bahkan karung goni basah dikerahkan untuk melawan si jago merah. Mereka membentuk rantai manusia, mengalirkan air dari satu tangan ke tangan lain dalam upaya putus asa untuk mengendalikan situasi. Namun, di hadapan intensitas api yang sudah terlalu besar, upaya heroik mereka tidak membuahkan hasil signifikan. Api justru semakin membesar, menimbulkan kekhawatiran akan potensi penyebaran ke rumah-rumah tetangga yang padat penduduk.
Melihat kondisi yang semakin genting, perangkat Desa Segodorejo, yang dipimpin oleh Kepala Desa Bapak Sutrisno, segera mengambil tindakan. Bapak Sutrisno yang mendapatkan laporan dari warganya, tanpa menunda waktu, langsung menghubungi Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Jombang. Laporan darurat disampaikan dengan cepat, merinci lokasi kejadian, tingkat keparahan api, dan kebutuhan akan bantuan profesional. Pusdalops BPBD Jombang, sebagai pusat komando darurat, dengan sigap memproses laporan tersebut dan meneruskannya ke Pos Pemadam Kebakaran (Damkar) Jombang, yang kemudian mengarahkan tim terdekat, yakni Pos Damkar Mojoagung.
Respons dari tim pemadam kebakaran Pos Damkar Mojoagung sangat cepat. Begitu menerima laporan, satu unit fire pumper truck dengan kapasitas air ribuan liter, beserta tim lengkap yang terdiri dari petugas pemadam terlatih dan peralatan canggih, segera diberangkatkan menuju lokasi kebakaran. Sirene yang meraung-raung memecah keheningan sore di Jombang, memberikan sinyal bahwa bantuan sedang dalam perjalanan. Tim Damkar tiba di lokasi kejadian dalam waktu yang relatif singkat, meskipun harus berhadapan dengan kondisi jalan pedesaan dan kerumunan warga yang memadati area.
Setibanya di lokasi, tim pemadam kebakaran langsung bergerak cepat dan terkoordinasi. Dengan sigap, mereka membentangkan selang air dan mulai menyemprotkan air bertekanan tinggi ke titik-titik api yang paling parah. Strategi pemadaman dilakukan secara efektif, fokus pada isolasi api agar tidak merembet ke bangunan lain, sekaligus secara progresif memadamkan kobaran api di dalam rumah. Proses pemadaman berlangsung intens selama lebih dari satu jam, diikuti dengan tahap pembasahan menyeluruh untuk memastikan tidak ada lagi bara api yang tersisa dan berpotensi menyala kembali. Petugas juga menggunakan alat pendeteksi panas untuk memastikan semua area aman.
Menurut Abu Yazid al Basthomi, salah satu anggota Damkar Pos Mojoagung yang berada di lokasi, "Diduga kuat, api berasal dari pembakaran sampah yang merembet ke atap rumah Al Masru. Kami bersyukur dapat mengendalikan api dengan cepat dan efektif, sehingga dampaknya tidak meluas ke rumah-rumah warga lainnya." Pernyataan ini menegaskan kembali bahaya dari kebiasaan membakar sampah di pekarangan, terutama saat musim kemarau atau kondisi angin kencang, di mana api dapat dengan mudah menjalar ke material kering lainnya. Praktik pembakaran sampah yang tidak diawasi seringkali menjadi pemicu utama kebakaran di area permukiman, dan kasus ini menjadi pengingat penting bagi seluruh masyarakat.
Estimasi kerugian materiil dalam kejadian ini diperkirakan mencapai sekitar Rp10 juta. Angka ini mencakup kerusakan total pada struktur bangunan rumah Al Masru, mulai dari atap, dinding, hingga perabot rumah tangga yang ludes terbakar. Selain itu, kerusakan ringan pada mobil yang terparkir juga masuk dalam perhitungan kerugian tersebut. Bagi keluarga Al Masru, kerugian ini tentu saja sangat besar dan membutuhkan waktu serta upaya yang tidak sedikit untuk memulihkan kembali kondisi mereka. Meskipun demikian, ada sedikit kelegaan karena api berhasil dikendalikan sebelum merembet ke rumah tetangga, berkat respons cepat dan koordinasi yang baik antara warga dan tim pemadam kebakaran.
Penanganan kebakaran ini tidak hanya melibatkan satu pihak, melainkan sebuah kolaborasi multi-pihak yang menunjukkan semangat gotong royong dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Selain Pos Damkar Mojoagung, sejumlah pihak lain turut berperan aktif di lapangan. Polsek Sumobito segera tiba untuk mengamankan lokasi, mengatur lalu lintas warga agar tidak menghalangi akses petugas, dan memulai penyelidikan awal untuk memastikan penyebab pasti kebakaran. Koramil Sumobito juga hadir memberikan dukungan logistik dan membantu mengkoordinasikan warga.
Tidak ketinggalan, organisasi relawan seperti Semar Jombang dan Gatana turut serta dalam memberikan bantuan, baik berupa tenaga maupun dukungan moral kepada korban dan petugas di lapangan. Perangkat desa setempat juga terus mendampingi warga dan menjadi jembatan komunikasi antara korban dan pihak berwenang. Warga setempat, setelah upaya pemadaman awal yang gagal, terus bahu-membahu membantu petugas, mulai dari menyediakan air tambahan, makanan dan minuman ringan untuk petugas, hingga membersihkan puing-puing awal setelah api padam. Solidaritas sosial ini menjadi penopang utama bagi keluarga Al Masru di tengah musibah yang menimpa mereka.
Pasca-pemadaman, pihak berwenang dari Polsek Sumobito dan tim Damkar masih terus melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) untuk mengumpulkan bukti-bukti lebih lanjut dan mengkonfirmasi dugaan awal penyebab kebakaran. Al Masru dan keluarganya saat ini untuk sementara waktu mengungsi di rumah kerabat terdekat sambil menunggu langkah selanjutnya untuk rehabilitasi rumah mereka. Pihak desa dan lembaga sosial diharapkan dapat segera memberikan bantuan kemanusiaan dan pendampingan bagi keluarga korban untuk meringankan beban mereka. Insiden ini menjadi pengingat penting bagi seluruh warga Jombang, khususnya di daerah pedesaan, akan bahaya membakar sampah dan pentingnya meningkatkan kesadaran akan pencegahan kebakaran demi keselamatan bersama.
Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita rakyatindependen.id