Sumenep – Nasib nahas yang memilukan kembali menyelimuti wilayah kepulauan di Kabupaten Sumenep, Madura, ketika dua balita asal Desa Kalisangka, Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean, ditemukan tak bernyawa setelah tenggelam di Pantai Mamburit. Peristiwa tragis ini, yang terjadi pada Minggu, 5 Oktober 2024, mengguncang ketenangan masyarakat setempat dan menyisakan duka mendalam bagi keluarga serta seluruh warga desa. Dua bocah malang tersebut, masing-masing berinisial MBN yang baru berusia 2 tahun, dan AA yang sedikit lebih besar, berusia 4 tahun, ditemukan mengapung di tepian pantai saat kondisi air laut sedang pasang, mengakhiri keceriaan masa kanak-kanak mereka dengan cara yang tak terduga.
Kisah pilu ini bermula dari aktivitas sehari-hari yang begitu akrab dengan kehidupan pesisir. MBN dan AA, seperti balita pada umumnya, tengah asyik bermain di sekitar rumah mereka yang tak jauh dari bibir pantai. Lingkungan yang terbuka dan dekat dengan alam seringkali menjadi taman bermain alami bagi anak-anak di pulau-pulau kecil. Tawa riang mereka mungkin sempat terdengar oleh orang tua dan tetangga, mengisi suasana sore yang tenang di Desa Kalisangka. Namun, kebahagiaan itu dengan cepat berubah menjadi kekhawatiran yang mencekam. Sekitar satu jam berlalu, kedua balita tersebut tak lagi terlihat di area bermain mereka. Keheningan yang tiba-tiba menyelimuti, diiringi dengan absennya suara tawa dan celotehan anak-anak, sontak memicu alarm di hati orang tua.
Rasa cemas yang memuncak mendorong orang tua korban, dibantu oleh sanak saudara dan tetangga, untuk segera melakukan pencarian. Awalnya, mereka mencari di sekitar rumah dan area bermain yang biasa. Namun, ketika pencarian tak membuahkan hasil, firasat buruk mulai menghantui. Dengan langkah tergesa-gesa dan hati yang dipenuhi kegelisahan, rombongan pencari meluaskan area pencarian hingga ke bibir pantai. Pantai Mamburit, yang biasanya menjadi tempat bermain dan bersantai, kini menjadi saksi bisu sebuah tragedi. Saat mata-mata putus asa menyapu garis pantai, sebuah pemandangan mengerikan muncul di tengah deburan ombak pasang. Dua sosok kecil, tak bergerak, mengambang di antara buih laut, seolah-olah ditelan oleh keindahan sekaligus kekejaman lautan.
Kasi Humas Polres Sumenep, AKP Widiarti S, yang dikonfirmasi mengenai kejadian ini, menjelaskan detail penemuan tersebut. "Saat ditemukan, air laut kondisinya pasang. Jasad dua anak ini mengapung di pinggir pantai," ujar AKP Widiarti, menguraikan kondisi saat kedua balita itu ditemukan. Penemuan ini segera menyebarkan kepanikan dan duka yang mendalam di seluruh desa. Warga yang mengetahui kejadian tersebut segera mengevakuasi jasad MBN dan AA ke rumah masing-masing, diiringi isak tangis histeris dari keluarga dan kerabat. Suasana duka menyelimuti Desa Kalisangka, di mana setiap rumah merasakan kesedihan yang sama.
Tak lama setelah laporan diterima, petugas dari Polsek Kangean segera tiba di lokasi untuk melakukan penyelidikan awal. Kapolsek Kangean, AKP Datun Subagyo, memimpin langsung tim di lapangan. Mereka melakukan pengecekan, mencatat keterangan dari sejumlah saksi mata yang terlibat dalam pencarian dan penemuan, serta berkoordinasi erat dengan pihak keluarga korban. Dalam situasi yang penuh kesedihan, polisi berusaha memahami kronologi kejadian dan memastikan tidak ada unsur lain di balik musibah ini.
Di tengah proses penyelidikan, pihak keluarga korban membuat keputusan yang cukup berat namun dihormati oleh aparat. Mereka menolak untuk dilakukan proses hukum lebih lanjut maupun visum terhadap jenazah MBN dan AA. Alasan utama penolakan ini didasarkan pada keyakinan bahwa peristiwa ini adalah takdir dari Yang Maha Kuasa, sebuah musibah yang harus diterima dengan ikhlas. "Mereka menganggap ini sebagai takdir Yang Maha Kuasa dan mengikhlaskan kepergian korban," terang AKP Datun Subagyo, menjelaskan alasan di balik keputusan keluarga. Bagi masyarakat di Pulau Kangean, seperti di banyak komunitas tradisional lainnya, keyakinan akan takdir seringkali menjadi sandaran utama dalam menghadapi cobaan hidup yang paling berat. Dalam suasana duka yang mendalam, keinginan untuk segera memakamkan dan memberikan ketenangan terakhir bagi korban seringkali lebih diutamakan daripada proses hukum yang panjang.
Menghormati keputusan keluarga, orang tua korban kemudian diminta untuk menandatangani surat pernyataan keberatan atas otopsi. Meskipun demikian, petugas tetap melakukan pemeriksaan awal terhadap jenazah. Hasil pemeriksaan awal tersebut mengonfirmasi bahwa tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan maupun unsur kesengajaan atas kematian kedua balita tersebut. "Tapi tadi sempat dilakukan pemeriksaan awal. Memang tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan maupun unsur kesengajaan atas kematian korban," ungkap AKP Datun, menegaskan bahwa penyebab kematian adalah murni akibat tenggelam. Pemeriksaan awal ini penting untuk memastikan tidak ada kecurigaan tindak pidana di balik tragedi tersebut, sehingga keluarga dapat berduka dengan lebih tenang.
Pulau Kangean, dengan segala keindahan alamnya, adalah sebuah gugusan pulau di timur laut Sumenep yang terkenal dengan pantai-pantai eksotisnya. Pantai Mamburit sendiri merupakan salah satu daya tarik di pulau tersebut, menawarkan pemandangan laut yang jernih dan pasir putih yang membentang. Namun, di balik keindahan tersebut, tersimpan potensi bahaya, terutama bagi anak-anak. Kondisi air laut yang pasang bisa sangat cepat dan tiba-tiba, mengubah area bermain yang dangkal menjadi perairan yang dalam dan berbahaya dalam hitungan menit. Arus laut di daerah pesisir, meskipun seringkali terlihat tenang, bisa memiliki kekuatan yang tak terduga, menarik siapa pun yang kurang waspada ke tengah lautan.
Tragedi ini menjadi pengingat pahit bagi semua pihak tentang pentingnya pengawasan ketat terhadap anak-anak, terutama di dekat perairan. Tenggelam adalah salah satu penyebab utama kematian tidak disengaja pada anak-anak di seluruh dunia. Balita, dengan rasa ingin tahu yang tinggi namun belum memiliki kesadaran penuh akan bahaya, sangat rentan terhadap insiden seperti ini. Hanya dalam beberapa detik, tanpa suara, seorang anak bisa tenggelam di genangan air yang dangkal sekalipun. Faktor-faktor seperti kedekatan rumah dengan pantai, kebiasaan anak-anak bermain di luar, dan kadang kala kelalaian sesaat dari pengawasan orang dewasa, dapat berkontribusi pada kejadian tragis serupa.
Masyarakat Desa Kalisangka kini berduka. Kehilangan dua nyawa muda secara bersamaan adalah pukulan telak bagi komunitas yang erat ini. Tetangga dan kerabat saling menguatkan, berbagi kesedihan, dan memberikan dukungan kepada keluarga yang berduka. Musibah ini tidak hanya meninggalkan luka mendalam bagi keluarga MBN dan AA, tetapi juga menyisakan trauma dan kekhawatiran di kalangan orang tua lain di desa. Ini adalah panggilan untuk meningkatkan kesadaran akan keselamatan anak-anak, bukan hanya di area pantai, tetapi di setiap lingkungan yang berpotensi membahayakan. Mungkin diperlukan edukasi lebih lanjut mengenai bahaya air, pentingnya pengawasan orang dewasa, dan langkah-langkah pencegahan yang bisa diambil untuk menghindari terulangnya tragedi serupa di masa depan.
Kepergian MBN dan AA adalah pengingat yang menyakitkan bahwa alam, meskipun indah, juga dapat menjadi ancaman jika kita lengah. Semoga arwah kedua balita ini diberikan tempat terbaik di sisi-Nya, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan serta ketabahan untuk menghadapi cobaan berat ini. Tragedi di Pantai Mamburit akan selalu menjadi pelajaran berharga bagi seluruh masyarakat Kangean, tentang pentingnya kewaspadaan dan perlindungan terhadap generasi penerus.
rakyatindependen.id