Unisma Gelar Oshika Maba 2025: Ribuan Mahasiswa Baru Bergerak Bersihkan Lingkungan dan Kembangkan Karakter Berdampak

Universitas Islam Malang (Unisma) membuka lembaran baru dalam sejarah Orientasi Studi dan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (Oshika Maba) tahun 2025 dengan sebuah inisiatif yang luar biasa dan penuh makna. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, Unisma tidak hanya fokus pada pengenalan akademik semata, melainkan langsung mengajak ribuan mahasiswa barunya untuk terlibat aktif dalam aksi nyata yang berdampak positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Dengan mengusung tema "Maba Unisma Berdampak: Peduli Sosial, Lestari Lingkungan," sebanyak 5.961 mahasiswa baru secara serentak diterjunkan ke 50 titik strategis di wilayah Malang, membuktikan komitmen Unisma dalam mencetak generasi penerus yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga peka terhadap isu-isu sosial dan lingkungan.

Pembukaan Oshika Maba 2025 yang diselenggarakan di Gedung Bundar Al Asy’ari Unisma pada Senin, 22 September 2025, menjadi penanda dimulainya perjalanan panjang Unisma dalam membentuk karakter mahasiswa yang holistik. Acara ini bukan sekadar seremoni, melainkan sebuah deklarasi bahwa setiap mahasiswa baru Unisma adalah agen perubahan yang siap memberikan kontribusi nyata sejak dini. Suasana khidmat namun penuh semangat terasa begitu kental, di mana para pemimpin universitas menyambut para calon cendekiawan dengan pesan-pesan inspiratif mengenai pentingnya peran mahasiswa dalam pembangunan bangsa dan keberlanjutan lingkungan. Gemuruh tepuk tangan dan sorak-sorai ribuan mahasiswa baru mengisi ruangan, menandakan antusiasme mereka untuk memulai babak baru dalam hidup sebagai bagian dari keluarga besar Unisma.

Dr. H. Muhammad Yunus, M.Pd., selaku Wakil Rektor 3 Unisma, dengan tegas menjelaskan bahwa tema yang diusung dalam Oshika Maba kali ini sangat selaras dengan tuntutan terkini dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Kemendikti Saintek). Kementerian saat ini gencar mendorong seluruh perguruan tinggi di Indonesia untuk tidak hanya berfokus pada keunggulan akademik, tetapi juga harus mampu memberikan dampak yang konkret serta memiliki orientasi internasional yang kuat. "Kami memulai dari mahasiswa baru. Di awal perjalanan mereka menapaki dunia perkuliahan, mahasiswa sudah kami ajak untuk langsung berdampak. Ini adalah fondasi penting untuk membentuk pola pikir dan karakter mereka ke depan," ujar Dr. Yunus, menekankan filosofi di balik pendekatan inovatif ini. Beliau menambahkan bahwa pengalaman langsung ini akan menanamkan rasa kepemilikan dan tanggung jawab sosial sejak awal, membentuk mahasiswa yang lebih siap menghadapi tantangan global dengan solusi lokal yang relevan, sekaligus mengasah kemampuan adaptasi dan kolaborasi mereka.

Sebelum acara pembukaan yang megah, ribuan mahasiswa baru Unisma telah lebih dulu menunjukkan semangat kepedulian mereka melalui aksi bersih-bersih lingkungan yang tersebar di 50 titik strategis. Wilayah Dinoyo dan Tlogomas, yang merupakan area padat penduduk dan berdekatan dengan kampus, menjadi saksi bisu dari kerja keras para mahasiswa. Mereka tidak hanya membersihkan gorong-gorong yang tersumbat oleh sampah dan lumpur, merapikan fasilitas umum yang mulai usang seperti taman dan area pejalan kaki, tetapi juga aktif berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengidentifikasi berbagai masalah lingkungan yang relevan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Dari tumpukan sampah plastik yang menggunung di sudut jalan hingga drainase yang mampet menyebabkan genangan air, setiap titik menjadi "kelas lapangan" bagi mahasiswa untuk memahami secara langsung urgensi menjaga kelestarian lingkungan. Mereka belajar bagaimana praktik-praktik kecil dapat memiliki dampak besar terhadap kesehatan masyarakat dan ekosistem, serta bagaimana keterlibatan komunitas adalah kunci dalam mencapai tujuan keberlanjutan. Interaksi dengan warga setempat juga memperkaya pengalaman mereka, menumbuhkan empati dan pemahaman akan realitas sosial.

Aksi ini tidak berhenti pada kegiatan fisik semata. Dr. Yunus menegaskan bahwa hasil diskusi dan temuan di lapangan yang dikumpulkan oleh para mahasiswa baru akan diangkat ke tingkat yang lebih tinggi. "Aspirasi mereka akan kami sampaikan langsung kepada salah satu alumni Unisma yang kini menjadi anggota DPR RI, Bapak Aqib Ardiansyah, pada hari Rabu mendatang," jelasnya. Ini menunjukkan bahwa Unisma tidak hanya ingin menumbuhkan kesadaran, tetapi juga memfasilitasi jalur bagi mahasiswa untuk menyuarakan ide-ide dan temuan mereka kepada pembuat kebijakan, mengubah kepedulian menjadi advokasi yang efektif. Ini adalah langkah maju dalam memberdayakan mahasiswa sebagai warga negara yang aktif dan bertanggung jawab, yang suaranya didengar dan dihargai dalam proses pembangunan. Potensi permasalahan seperti pengelolaan sampah yang belum optimal, kebutuhan akan ruang terbuka hijau, atau edukasi lingkungan yang minim di masyarakat, diharapkan dapat menjadi masukan berharga bagi perumusan kebijakan di tingkat nasional.

Prof. Drs. H. Junaidi, M.Pd, Ph.D., Rektor Unisma periode 2024-2028, dalam sambutannya yang penuh inspirasi, menjelaskan bahwa Oshika Maba dirancang secara cermat untuk membentuk tiga pilar karakter utama mahasiswa yang menjadi ciri khas lulusan Unisma. "Pertama, penguatan karakter kebangsaan untuk meningkatkan cinta tanah air dan rasa persatuan di tengah keberagaman Indonesia. Ini melibatkan pemahaman akan sejarah, budaya, dan nilai-nilai luhur bangsa, serta semangat gotong royong dalam membangun negeri. Kedua, karakter kecendekiaan melalui pengenalan kurikulum yang inovatif dan pengembangan minat bakat agar mahasiswa tumbuh menjadi pribadi yang kritis, kreatif, dan solutif dalam menghadapi berbagai tantangan zaman. Mereka didorong untuk tidak hanya menerima ilmu, tetapi juga mempertanyakan dan mengembangkan solusi baru. Ketiga, pengembangan karakter keislaman Ahlussunnah wal Jama’ah melalui program Halaqoh Diniyah yang mendalam, membekali mereka dengan nilai-nilai etika, moral, dan spiritual yang kuat, menjadikan mereka pribadi yang berakhlak mulia dan moderat," papar Prof. Junaidi. Tiga pilar ini, menurutnya, adalah kompas bagi mahasiswa untuk menavigasi kompleksitas dunia modern, memastikan mereka tidak hanya unggul secara akademis tetapi juga berintegritas dan berakhlak mulia, siap berkontribusi pada kemajuan peradaban.

Rektor juga menyoroti keragaman mahasiswa baru Unisma tahun ini sebagai cerminan mini dari Bhinneka Tunggal Ika Indonesia yang kaya. Dari total 5.961 mahasiswa baru, 2.124 di antaranya merupakan mahasiswa program sarjana yang berasal dari 33 provinsi berbeda di seluruh nusantara, dari Sabang hingga Merauke. Ditambah lagi dengan 3.837 mahasiswa program profesi, serta mahasiswa pascasarjana dan program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL), Unisma benar-benar menjadi wadah bagi berbagai latar belakang, suku, agama, dan aspirasi. Kehadiran 90 mahasiswa internasional dari tujuh negara berbeda, seperti Timor-Leste, Mesir, Sudan, dan Afghanistan, semakin memperkaya mozaik budaya dan intelektual di kampus ini. Keragaman ini, kata Prof. Junaidi, adalah kekuatan yang tak ternilai, memungkinkan pertukaran ide, pengalaman, dan perspektif yang akan memperkaya proses pembelajaran dan membentuk mahasiswa menjadi warga dunia yang toleran, berpikiran terbuka, dan mampu berinteraksi dalam lingkungan multikultural.

Secara khusus, Unisma menunjukkan komitmen yang kuat terhadap pendidikan inklusif dengan memberikan akses seluas-luasnya bagi mahasiswa difabel. Salah satu contoh nyata adalah Anggun, mahasiswi baru dari Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia asal Lumajang, yang merupakan penerima KIP Kuliah. Meskipun memiliki keterbatasan fisik yang mungkin menjadi penghalang di institusi lain, semangat dan potensinya tidak dibatasi di Unisma. Universitas ini hadir untuk memfasilitasi setiap kebutuhan Anggun, mulai dari aksesibilitas fisik hingga dukungan akademik dan sosial, agar ia dapat mengenyam pendidikan tinggi dengan nyaman dan setara dengan mahasiswa lainnya. "Kami memfasilitasi dan memberikan akses seluas-luasnya untuk bisa mengenyam pendidikan di Unisma. Tidak boleh ada halangan bagi siapa pun untuk meraih ilmu dan cita-cita," tambah Dr. Yunus, menegaskan bahwa inklusivitas adalah nilai inti yang dipegang teguh oleh Unisma. Ini bukan hanya tentang menyediakan fasilitas fisik, tetapi juga menciptakan lingkungan akademik dan sosial yang mendukung sepenuhnya setiap individu untuk berkembang optimal sesuai dengan potensi masing-masing.

Dengan status sebagai perguruan tinggi swasta peringkat 2 terbaik di Jawa Timur dan peringkat 15 secara nasional, Prof. Junaidi menegaskan bahwa keputusan para mahasiswa baru untuk memilih Unisma adalah sebuah pilihan yang sangat tepat untuk meraih masa depan yang gemilang dan berdampak. Unisma telah membuktikan diri sebagai institusi pendidikan yang tidak hanya menghasilkan lulusan berkualitas tinggi, tetapi juga pemimpin dan agen perubahan di berbagai sektor, baik lokal maupun global. "Kami harap melalui Oshika Maba yang telah menanamkan semangat kepedulian, dan dilanjutkan dengan Halaqoh Diniyah yang akan memperdalam pemahaman keagamaan, maba Unisma bisa memberi dampak positif yang signifikan, baik bagi saudara sesama mahasiswa, prodi mereka, perguruan tinggi, masyarakat sekitar, juga berdampak pada bangsa Indonesia, bahkan juga masyarakat Dunia," kata Prof. Junaidi di hadapan ribuan mahasiswa baru Unisma, menutup sambutannya dengan harapan besar. Harapan ini mencerminkan visi Unisma untuk melahirkan individu-individu yang tidak hanya sukses secara pribadi, tetapi juga mampu menjadi mercusuar kebaikan dan kemajuan di mana pun mereka berada, membawa nama baik Unisma dan nilai-nilai keislaman yang rahmatan lil alamin, yaitu rahmat bagi seluruh alam.

Sumber: rakyatindependen.id

Exit mobile version