Wali Kota Mojokerto Ajak Warga Waspadai Penularan TBC Lewat ‘RADIASI PEMULA’

Mojokerto – Wali Kota Mojokerto, Ika Puspitasari, kembali menegaskan urgensi kewaspadaan masyarakat terhadap penyebaran penyakit menular, khususnya Tuberkulosis (TBC), dalam sebuah inisiatif program yang dinamakan ‘RADIASI PEMULA’. Akronim yang bermakna ‘Rapat Koordinasi Atasi Tuberkulosis dan Penyakit Menular Lainnya’ ini tidak sekadar menjadi nama sebuah pertemuan, melainkan simbol dari komitmen Pemerintah Kota Mojokerto untuk melancarkan serangan terkoordinasi dan komprehensif terhadap ancaman kesehatan masyarakat ini. Program RADIASI PEMULA dirancang sebagai platform vital untuk memperkuat sinergi antara pemerintah daerah, tenaga kesehatan, dan elemen masyarakat, guna memastikan setiap lapisan warga memiliki pemahaman mendalam dan peran aktif dalam upaya pencegahan serta penanggulangan TBC dan penyakit menular lainnya.

Kegiatan RADIASI PEMULA yang krusial ini dilaksanakan di Kelurahan Sentanan, Kecamatan Kranggan, sebuah lokasi yang dipilih secara strategis untuk mengawali atau melanjutkan upaya masif ini di tingkat komunitas. Peserta yang hadir merupakan ujung tombak pergerakan di masyarakat, terdiri dari Kader Motivator, Prameswari, serta para Ketua RT/RW se-Kelurahan Sentanan. Kehadiran mereka menunjukkan pentingnya peran kepemimpinan lokal dan agen perubahan di tingkat akar rumput dalam menyebarkan informasi, memotivasi perubahan perilaku, dan mengidentifikasi kasus-kasus potensial. Kader Motivator, misalnya, memiliki peran vital sebagai penghubung antara fasilitas kesehatan dan masyarakat, membantu menyosialisasikan informasi kesehatan, serta mendorong kepatuhan pengobatan. Sementara Prameswari, seringkali merujuk pada kader kesehatan perempuan yang fokus pada isu-isu kesehatan ibu dan anak, menambah kekuatan dalam menjangkau kelompok rentan. Para Ketua RT/RW, dengan pengaruh dan jangkauan mereka di lingkungan terkecil, menjadi kunci dalam mengorganisir warga dan memastikan pesan-pesan kesehatan tersampaikan secara efektif. Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk mengamplifikasi pemahaman masyarakat secara kolektif dan memupuk peran proaktif dalam deteksi dini, pencegahan, serta pelaporan penyakit menular di lingkungan masing-masing, sehingga rantai penularan dapat diputus secepat mungkin.

Dalam arahannya yang penuh perhatian, Ning Ita, sapaan akrab Wali Kota Mojokerto, Ika Puspitasari, secara lugas menyampaikan bahwa kasus TBC kini bukan hanya menjadi isu lokal, melainkan telah menjadi perhatian serius di tingkat nasional dan bahkan global. Beliau menyoroti data yang mengkhawatirkan, di mana dalam kurun waktu lima tahun terakhir, Indonesia mengalami peningkatan drastis. Yang semula berada di peringkat sembilan dunia untuk jumlah penderita TBC, kini naik secara signifikan menjadi peringkat dua, hanya di bawah India. Data ini merupakan alarm keras yang menunjukkan bahwa Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mengendalikan penyebaran TBC, sebuah penyakit yang seringkali terabaikan namun memiliki dampak mematikan jika tidak ditangani dengan serius.

Peningkatan pesat penularan TBC dalam waktu singkat ini telah menarik perhatian langsung dari Presiden Republik Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa masalah TBC bukan lagi hanya urusan Kementerian Kesehatan semata, melainkan telah menjadi prioritas nasional yang membutuhkan koordinasi lintas sektor dan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat. Presiden mendorong penguatan upaya pencegahan dan penanggulangan TBC di seluruh daerah, mulai dari tingkat pusat hingga ke daerah-daerah terpencil. Pemerintah Kota Mojokerto, melalui inisiatif seperti RADIASI PEMULA, secara aktif merespons arahan ini, menunjukkan komitmennya untuk berkontribusi dalam upaya nasional menekan angka TBC. Langkah-langkah yang diambil di Mojokerto diharapkan menjadi bagian integral dari strategi besar negara untuk menurunkan prevalensi TBC dan mencapai target eliminasi TBC global.

Ning Ita juga menekankan bahwa penularan TBC utamanya terjadi melalui udara. Bakteri Mycobacterium tuberculosis menyebar ketika penderita TBC batuk, bersin, atau berbicara, melepaskan droplet berisi bakteri ke udara yang kemudian dapat terhirup oleh orang lain. Fakta ini menjadikan TBC sebagai penyakit yang sangat menular, terutama di lingkungan padat penduduk atau di dalam ruangan yang kurang ventilasi. Oleh karena itu, langkah-langkah pencegahan seperti etika batuk yang benar, penggunaan masker bagi penderita, dan peningkatan sirkulasi udara menjadi sangat krusial. Beliau menegaskan pentingnya tracking atau pelacakan kontak segera setelah ada kasus positif TBC teridentifikasi. Pelacakan ini harus dilakukan secara menyeluruh, dimulai dari anggota keluarga yang tinggal serumah, tetangga terdekat, hingga teman kerja atau orang-orang yang sering berinteraksi langsung dengan penderita. Tujuan pelacakan ini adalah untuk mengidentifikasi individu yang mungkin telah terpapar bakteri dan segera melakukan pemeriksaan, agar dapat didiagnosis dan diobati sedini mungkin, sehingga memutus rantai penularan lebih lanjut.

Dampak TBC pada anak-anak menjadi sorotan khusus yang disampaikan Ning Ita. Beliau mengingatkan bahwa kasus TBC pada balita memiliki konsekuensi yang jauh lebih mengerikan dibandingkan pada orang dewasa. Sistem kekebalan tubuh anak-anak yang belum sempurna membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi TBC yang parah. Ketika TBC menyerang anak-anak, terutama jika diagnosisnya terlambat, kerusakan yang ditimbulkan pada organ vital seperti paru-paru, otak (TBC meningitis), atau tulang bisa bersifat permanen. Bahkan setelah diobati pun, kerusakan yang terjadi kadang tidak bisa sepenuhnya pulih, meninggalkan sequelae atau dampak jangka panjang yang dapat mengganggu tumbuh kembang dan kualitas hidup anak secara signifikan. Ini bisa berupa gangguan pernapasan kronis, keterlambatan perkembangan motorik atau kognitif, bahkan kecacatan. Oleh karena itu, deteksi dini dan pengobatan TBC pada anak-anak adalah prioritas utama untuk mencegah komplikasi yang tidak dapat diperbaiki.

Selain mekanisme penularan dan dampaknya, Ning Ita juga menyoroti faktor lingkungan yang mendukung perkembangbiakan bakteri TBC. Beliau mengingatkan bahwa bakteri TBC mudah berkembang biak di lingkungan yang lembap dan kotor. Lingkungan dengan sirkulasi udara yang buruk, pencahayaan matahari yang minim, serta kelembapan tinggi menjadi tempat ideal bagi bakteri ini untuk bertahan hidup dan menyebar. Rumah-rumah yang padat penghuni, kurangnya ventilasi, dan kebersihan yang kurang terjaga adalah faktor risiko signifikan. Oleh karena itu, menjaga kebersihan lingkungan dan menciptakan kondisi rumah yang sehat—seperti memastikan sirkulasi udara yang baik, membiarkan cahaya matahari masuk, dan menjaga kebersihan secara umum—menjadi langkah penting dan mendasar dalam upaya pencegahan penyakit ini. Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga setiap individu dan keluarga untuk memastikan lingkungan tempat tinggal mereka tidak menjadi sarang bakteri TBC.

Wali Kota Mojokerto juga mengajak seluruh masyarakat untuk tidak ragu dan aktif melaporkan bila menemukan tanda-tanda penyakit menular, khususnya TBC, kepada petugas Puskesmas terdekat. Tanda-tanda TBC yang perlu diwaspadai antara lain batuk berdahak yang berlangsung lebih dari dua minggu, demam ringan yang hilang timbul, keringat malam tanpa aktivitas berat, penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, nafsu makan berkurang, dan nyeri dada. Seringkali, gejala-gejala ini dianggap remeh atau mirip dengan penyakit pernapasan biasa, sehingga diagnosis sering terlambat. Dengan adanya laporan cepat dari masyarakat, petugas kesehatan dapat segera melakukan pemeriksaan dan penanganan yang diperlukan. “Kalau ada tanda-tanda, segera diinformasikan. Dengan begitu, penyebarannya bisa dicegah sebelum meluas,” tegas Ning Ita, menggarisbawahi betapa pentingnya peran serta aktif masyarakat sebagai mata dan telinga pemerintah dalam mengidentifikasi kasus-kasus baru. Pelaporan dini bukan hanya menyelamatkan individu yang terinfeksi, tetapi juga melindungi orang-orang di sekitarnya dari potensi penularan.

Melalui kegiatan RADIASI PEMULA ini, Pemerintah Kota Mojokerto menaruh harapan besar bahwa kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan lingkungan, serta pentingnya deteksi dini penyakit menular, akan semakin meningkat secara signifikan. Program ini dirancang untuk menciptakan masyarakat yang lebih tanggap dan proaktif dalam menjaga kesehatan diri dan komunitasnya. Dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat, cita-cita mewujudkan Kota Mojokerto yang sehat dan bebas TBC tidak lagi sekadar impian, melainkan tujuan yang realistis dan dapat dicapai. RADIASI PEMULA adalah langkah konkret menuju masa depan di mana setiap warga Mojokerto dapat hidup dalam lingkungan yang aman dari ancaman TBC dan penyakit menular lainnya, berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup secara keseluruhan. Upaya ini akan terus diperkuat dan disosialisasikan secara berkelanjutan, memastikan bahwa pesan-pesan kesehatan sampai ke setiap rumah tangga dan menjadi bagian dari gaya hidup sehat masyarakat Mojokerto.

rakyatindependen.id

Exit mobile version