Dari Tribun Jember Menuju Pentas Liga Yunani: Kisah Sukses Noto Sportswear, Apparel Lokal yang Mendunia

Jember, Jawa Timur – Sebuah kisah inspiratif datang dari jantung kota Jember, di mana tiga suporter fanatik Persatuan Sepak Bola Indonesia Djember (Persid) berhasil menorehkan sejarah baru bagi industri apparel lokal. Dari kecintaan mereka pada sepak bola dan gema tribun Stadion Notohadinegoro, lahirlah Noto Sportswear, sebuah perusahaan yang kini dipercaya memproduksi kostum resmi klub sepak bola Divisi Kelima Liga Yunani, AIO Mytilinis. Perjalanan ini bukan sekadar pencapaian bisnis, melainkan manifestasi nyata dari semangat juang, inovasi, dan tekad untuk membawa nama Indonesia ke kancah internasional.

Tiga punggawa muda penuh semangat di balik Noto Sportswear adalah Rizky Adi Nugraha, yang memegang kendali sebagai Chief Operating Officer (COO) dengan visi operasional yang tajam; Derry Cahya Novrianto, sang Chief Finance Officer (CFO) yang memastikan stabilitas finansial perusahaan; dan Yunand Nidzar, Chief Marketing Officer (CMO) yang lihai merancang strategi pemasaran untuk menembus pasar yang kompetitif. Mereka bukan sekadar rekan bisnis, melainkan sahabat karib yang dipersatukan oleh gairah yang sama terhadap si kulit bundar.

AIO Mytilinis, atau yang akrab dijuluki "The Islanders" (Orang-Orang Pulau), adalah klub yang bermarkas di Kota Mytilini, sebuah kota yang terletak di Pulau Lesvos, pulau terbesar ketiga di Yunani. Klub ini memiliki sejarah panjang namun sempat terpuruk. Dulunya merupakan kebanggaan lokal, namun terempas ke divisi paling bawah akibat kebangkrutan yang memilukan. Kini, di bawah kepemilikan Yannis Sialas, seorang sosok visioner yang bertekad mengembalikan kejayaan klub setidaknya ke kasta kedua Liga Yunani, AIO Mytilinis tengah merancang kebangkitan. Dan di sinilah peran Noto Sportswear menjadi krusial. Mereka dipercaya untuk memproduksi tiga jenis jersey resmi untuk kompetisi Divisi Kelima Yunani musim 2025-26, serta kostum berlatih yang akan menjadi identitas baru bagi The Islanders.

Kesempatan emas ini berawal dari sebuah tawaran tak terduga pada pertengahan tahun 2025. Seorang kawan lama Rizky di Jakarta, yang sudah lama menjalin relasi dalam urusan kostum sepak bola, menjadi jembatan penghubung. Sang kawan mengenal Yannis Sialas, pemilik AIO Mytilinis, yang memang tengah mencari perusahaan busana atau apparel lokal Indonesia untuk memproduksi perangkat kostum timnya. Tawaran tersebut bagaikan panggil an yang tak bisa ditolak bagi Rizky. "Jiwa muda saya tertantang," ujar pria kelahiran 1997 ini, mengenang momen di mana impian global mulai terbayang. Baginya, ini bukan sekadar proyek bisnis biasa, melainkan sebuah kesempatan untuk membuktikan bahwa produk lokal Indonesia mampu bersaing di panggung dunia.

Tanpa menunda, Rizky segera mengirimkan profil perusahaan Noto Sportswear beserta portofolio jersey sepak bola yang pernah mereka produksi. Daftar klien Noto Sportswear bukanlah kaleng-kaleng. Mereka pernah menjadi penyedia jersey resmi untuk klub-klub Indonesia seperti Persedikab Kabupaten Kediri, Persika Karawang, Mitra Surabaya, dan tentu saja, Persid Jember, klub kesayangan mereka. "Bahkan kostum Persedikab di Liga 3 pernah terjual hingga empat ribu buah, terbanyak di Liga 3," tutur Rizky dengan bangga, menunjukkan rekam jejak yang solid dan kapasitas produksi yang mumpuni. Angka penjualan fantastis ini menjadi bukti nyata kualitas produk dan pemahaman pasar Noto Sportswear.

Tak butuh waktu lama bagi Yannis Sialas untuk tertarik. Kagum dengan profesionalisme dan kualitas yang ditawarkan, Yannis segera mengajak Rizky dan kawan-kawan untuk bertemu. Pertemuan penting itu akhirnya disepakati di salah satu kafe di Surabaya pada tanggal 15 Juni 2025. "Mulanya Yannis ingin ke Jember. Tapi karena jarak tempuh dari Jakarta ke Jember terlalu jauh, saya memilih bertemu di Surabaya," jelas Rizky, menunjukkan fleksibilitas dan orientasi pada kemudahan klien. Dalam pertemuan tersebut, Rizky dan tim menyodorkan konsep desain jersey home, away, dan jersey ketiga yang telah mereka siapkan secara matang. Konsep-konsep ini bukan sekadar desain, melainkan representasi visual dari identitas klub yang dipadukan dengan sentuhan artistik khas Noto.

Suasana pertemuan berlangsung lancar dan penuh antusiasme dari kedua belah pihak. Tak butuh waktu terlalu lama, kedua belah pihak mencapai kesepakatan dan langsung menandatangani kontrak kerja sama. Kontrak tersebut berdurasi dua musim kompetisi, menandakan kepercayaan jangka panjang dari AIO Mytilinis kepada Noto Sportswear. Nominal kontrak yang disepakati sekitar Rp 150 juta, sebuah angka yang signifikan bagi perusahaan apparel muda yang baru merintis. "Saya sampaikan, kami sangat bersemangat untuk mengerjakan project ini. Kami akan berikan yang terbaik," janji Rizky, menggambarkan komitmen penuh Noto Sportswear untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi.

Lebih dari sekadar bisnis jersey, Yannis Sialas memiliki visi yang lebih besar dan ambisius. Yannis, yang ternyata beristri perempuan Indonesia, rupanya ingin membawa "sentuhan" Indonesia ke dalam sepak bola Yunani. Selain apparel, menurut Rizky, Yannis berencana untuk membawa pemain dan bahkan pelatih Indonesia untuk bergabung dengan AIO Mytilinis. Ini adalah sebuah langkah revolusioner yang dapat membuka pintu bagi talenta-talenta sepak bola Indonesia untuk berkiprah di Eropa. Rencananya, AIO Mytilinis akan melakoni pertandingan perdana mereka dengan kostum baru pada 10 Oktober 2025 mendatang, menjadi momen bersejarah bagi klub dan Noto Sportswear.

Untuk menghadirkan sentuhan otentik Yunani dan mitologinya, Rizky menggandeng Rivaldo Mahendra, seorang desainer grafis berbakat, untuk membuat desain artwork Dewa Angin Aeolus pada jersey tandang. Aeolus, dalam mitologi Yunani, adalah penjaga angin. Pemilihan tema ini bukan sekadar estetika, melainkan sebuah narasi visual yang kental dengan nuansa otentik negeri para dewa, sekaligus memberikan kesan kuat dan berani. "Saya memang ngomong ke Ipang (sapaan akrab Rivaldo), ingin jersey ini viral. Saya ingin membawa teman-teman di Jember untuk bisa ikut berkembang," kata Rizky, menunjukkan semangat kolaborasi dan keinginan untuk mengangkat potensi lokal. Desain ini diharapkan tidak hanya menarik perhatian di Yunani, tetapi juga di seluruh dunia, sekaligus mempromosikan talenta desain dari Jember.

Meskipun menembus pasar Eropa terdengar menantang, Rizky menyatakan bahwa sejauh ini tidak ada kesulitan berarti dalam proses kerja sama. Sistem pajak di Eropa dinilai Rizky sangat mudah dan bersahabat, sebuah keuntungan yang mempermudah transaksi internasional. Namun, tantangan logistik tetap ada. "Ongkos kirimnya memang mahal, kurang lebih Rp 10-15 juta untuk 35 set jersey dan kostum latihan," ungkap Rizky. Biaya pengiriman yang tinggi ini menjadi salah satu pertimbangan utama dalam perencanaan. Selain itu, waktu kirimnya pun tidak singkat, "kurang lebih tiga pekan," tambahnya, membutuhkan perencanaan yang matang dan toleransi waktu yang cukup. Meski demikian, Noto Sportswear tetap berkomitmen untuk memastikan pengiriman tepat waktu dan sesuai standar.

Sebagai bentuk komitmen dan strategi pemasaran, Noto Sportswear berencana menangani langsung penjualan jersey AIO Mytilinis di Indonesia. "Kami hanya akan membuka toko di Jember," tegas Rizky, menunjukkan kesetiaan mereka pada kota asal dan keinginan untuk memperkuat basis lokal. Ini juga menjadi peluang bagi para penggemar sepak bola di Indonesia, khususnya Jember, untuk memiliki sepotong sejarah dari klub Yunani yang didukung oleh apparel lokal.

Menembus pasar Eropa hanya dalam waktu enam tahun setelah Noto Sportswear resmi berdiri pada 26 Januari 2019, sama sekali di luar dugaan Rizky dan kawan-kawan. Mereka semula hanya suporter sepak bola biasa, yang lebih suka mendukung Persid dari tribun, dengan gemuruh sorakan dan bendera kebanggaan. Dari gairah di tribun inilah, mimpi besar mereka tumbuh dan berkembang. Pilihan untuk memakai merek Noto Jember, yang belakangan lebih dikenal dengan Noto Sportswear, juga tak lepas dari akar lokal mereka. Nama "Noto" diambil dari Stadion Notohadinegoro, markas bersejarah Persid sebelum pindah ke Jember Sport Garden. "Dulu kalau teman-teman mau nonton Persid, mereka selalu bilang: Ayo nonton Persid di Noto. Jarang yang menyebut lengkap Notohadinegoro," kenang Rizky, menjelaskan bagaimana nama itu melekat erat di hati para suporter. Notohadinegoro sendiri adalah nama bupati pribumi pertama di Jember pada masa kolonial Belanda, memberikan sentuhan sejarah dan kebanggaan lokal yang mendalam pada merek Noto.

Sebelum sukses menembus pasar Eropa, Noto Sportswear telah menunjukkan kapasitasnya di kancah regional. Mereka pernah menjadi official apparel klub sepak bola Malaysia, YPM FC, yang berkompetisi di Liga A2. Pengalaman ini menjadi batu loncatan penting yang membuktikan kemampuan Noto untuk bersaing di pasar internasional. Kini, dengan pengalaman di Malaysia dan Yunani, Noto Sportswear memiliki ambisi yang lebih besar lagi. "Kini kami akan melebarkan sayap dan membuka cabang di luar Asia dan Eropa. Negara mananya, rahasia dulu deh," kata Rizky sambil tertawa, menyiratkan rencana ekspansi global yang lebih luas dan strategis. Ini menunjukkan visi Noto Sportswear untuk menjadi pemain global yang disegani.

Kendati bisnis apparel Noto Sportswear sedang menanjak pesat dan jangkauannya semakin mendunia, Rizky dan kawan-kawan tidak pernah melupakan akar dan cita-cita awal mereka: menjadi sponsor utama Persid Jember. "Bagaimanapun, kami adalah suporter Persid, anak-anak Jember. Kami siap full support jika suatu saat Persid membutuhkan," kata Rizky dengan penuh haru dan komitmen. Keberhasilan Noto Sportswear adalah kebanggaan Jember, sebuah bukti bahwa semangat lokal yang dipadukan dengan inovasi dan kerja keras mampu menembus batas-batas geografis dan mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. Kisah Noto Sportswear adalah inspirasi bagi banyak anak muda di Indonesia, menunjukkan bahwa dari sebuah hobi dan kecintaan, bisa lahir sebuah imperium bisnis yang mendunia.

Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita rakyatindependen.id

Exit mobile version