Jombang (rakyatindependen.id) – Pagi yang tenang di Desa Jasem, Watugaluh, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, pada Kamis, 23 Oktober 2025, tiba-tiba diwarnai kepanikan saat seekor sapi peliharaan seberat 700 kilogram atau 7 kwintal terperosok ke dalam septic tank. Insiden tak terduga ini bukan hanya menimbulkan kekhawatiran besar bagi pemiliknya, Siti Maghfiroh (52), tetapi juga memicu drama penyelamatan yang menegangkan dan membutuhkan koordinasi luar biasa dari berbagai pihak, termasuk tim pemadam kebakaran setempat.
Kisah bermula ketika Siti Maghfiroh, seorang peternak yang menggantungkan sebagian besar mata pencariannya pada hewan ternak, melakukan rutinitas paginya di sekitar kandang sapi. Pada mulanya, ia mendengar suara gemuruh dan kepakan yang tidak biasa dari area belakang rumahnya. Firasat buruk langsung menyelimutinya. Dengan langkah tergesa, Siti menghampiri sumber suara dan pemandangan yang menyayat hati langsung menyambutnya. Sapi kesayangannya, dengan bobot yang luar biasa, kini terperosok ke dalam lubang septic tank yang sebagian penutupnya ambles. Kaki-kaki belakang sapi itu sudah tidak berpijak, sementara tubuhnya yang besar terperangkap dalam lumpur dan kotoran, berjuang mati-matian untuk melepaskan diri.
“Saya melihat sapi peliharaan saya terperosok ke dalam septic tank dan tidak bisa naik,” tutur Siti Maghfiroh dengan nada suara yang masih mengandung guncangan. Ketakutan akan kehilangan hewan ternaknya yang berharga, yang mungkin telah ia rawat dengan penuh kasih sayang selama bertahun-tahun, segera memuncak. Sapi bukan sekadar hewan peliharaan baginya; ia adalah aset penting, penopang ekonomi keluarga. Kehilangan sapi dengan bobot sebesar itu berarti kerugian finansial yang signifikan, belum lagi ikatan emosional yang terjalin.
Tanpa membuang waktu, Siti segera meminta bantuan dari warga sekitar. Beberapa tetangga yang mendengar teriakan paniknya langsung berdatangan. Dengan peralatan seadanya, seperti tali tambang dan batang bambu, mereka mencoba menolong sapi malang tersebut. Namun, upaya mereka menemui jalan buntu. Bobot sapi yang mencapai 7 kwintal, ditambah kondisi septic tank yang licin dan sempit, membuat evakuasi manual hampir mustahil. Setiap kali sapi mencoba bergerak, ia hanya semakin terperosok lebih dalam, menciptakan keputusasaan yang mendalam bagi semua yang mencoba membantu. Risiko cedera pada sapi maupun para penolong juga menjadi pertimbangan serius. Kondisi sapi yang mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan dan kepanikan semakin menambah urgensi situasi.
Melihat kegagalan upaya awal dan menyadari bahwa kejadian ini di luar kemampuan mereka, Siti Maghfiroh memutuskan untuk mencari bantuan profesional. Pada pukul 07.25 WIB, dengan harapan yang menggantung tipis, ia segera melaporkan kejadian tersebut ke Pos Pemadam Kebakaran (Damkar) Jombang. Suara Siti Maghfiroh terdengar cemas saat menjelaskan situasi darurat yang dialaminya. Petugas penerima laporan di Damkar Jombang, yang terbiasa dengan berbagai jenis panggilan darurat, segera menyadari bahwa ini bukanlah panggilan biasa. Penyelamatan hewan ternak berukuran besar dari septic tank memerlukan keahlian dan peralatan khusus.
Respons dari Pos Damkar Jombang patut diacungi jempol karena kecepatan dan kesigapannya. Hanya berselang tiga menit setelah menerima laporan, tepatnya pukul 07.28 WIB, informasi darurat ini segera disampaikan kepada Pimpinan. Tanpa menunda-nunda, sekitar dua menit kemudian, tim dari Pos Damkar Jombang segera diberangkatkan menuju lokasi kejadian di Desa Jasem. Tim penyelamat yang berjumlah tiga orang, terdiri dari Syam, Sairoji, dan Andrik, adalah personel terlatih yang siap menghadapi berbagai tantangan. Mereka dengan cepat mempersiapkan peralatan yang diperlukan, termasuk tali khusus, alat penahan, dan pompa air bertekanan tinggi.
Perjalanan menuju lokasi kejadian memakan waktu kurang lebih 10 menit. Tim Damkar tiba di Desa Jasem pada pukul 07.40 WIB. Kedatangan mereka disambut dengan suasana tegang dan kerumunan warga yang sudah berkumpul, menanti dengan cemas. Sapi malang itu masih berjuang di dalam septic tank, suara lenguhan pelan dan napasnya yang terengah-engah menunjukkan betapa menderitanya hewan tersebut. Aroma tidak sedap dari septic tank juga menambah tantangan tersendiri bagi para petugas.
Sesampainya di lokasi, tim Damkar segera melakukan penilaian cepat terhadap situasi. Andrik Prasetiyo, salah satu petugas Damkar Jombang, memimpin penilaian awal. Mereka mengamati posisi sapi, kedalaman septic tank, kondisi tanah di sekitar lubang, serta risiko-risiko yang mungkin timbul selama proses evakuasi. Perencanaan strategi yang matang menjadi kunci utama. Mereka tahu bahwa penanganan sapi yang panik dan berbobot 700 kilogram di ruang terbatas seperti septic tank membutuhkan presisi dan kekuatan. Prioritas utama adalah keselamatan sapi dan juga para petugas penyelamat.
Proses evakuasi pun dimulai, berlangsung cukup menantang dan memakan waktu. Tim pemadam kebakaran menerapkan metode penanggulangan yang terkoordinasi dan cerdas. Pertama, mereka menggunakan tali khusus yang kuat untuk melilit bagian tubuh sapi. Ini bukan tugas mudah, mengingat sapi yang terperosok cenderung panik dan sulit dikendalikan. Dengan hati-hati, tali-tali tersebut diselipkan di bawah perut dan dada sapi, membentuk semacam harness darurat. Kemudian, beberapa batang bambu panjang dan kokoh digunakan untuk menahan tubuh sapi dari atas, memberikan titik tumpu dan stabilitas agar sapi tidak semakin terperosok. Bambu-bambu ini juga berfungsi sebagai tuas manual untuk mengangkat sapi secara bertahap.
Selain itu, sebuah teknik inovatif juga diterapkan: air disemprotkan ke tubuh sapi dengan menggunakan pompa mesin bertekanan tinggi. Teknik ini memiliki beberapa fungsi penting. Pertama, semprotan air membantu membersihkan lumpur dan kotoran yang menempel pada tubuh sapi, mengurangi gesekan. Kedua, air dapat membuat permukaan di sekitar sapi menjadi lebih licin, memudahkan pergerakan sapi untuk keluar. Dan yang paling krusial, tekanan air yang diarahkan dengan tepat ke bawah tubuh sapi juga memberikan dorongan hidrolik, membantu sapi untuk mengangkat dirinya sendiri atau setidaknya mengurangi beban yang harus ditarik oleh tali dan bambu. Teknik ini membutuhkan koordinasi yang sangat baik antara tim Damkar yang mengoperasikan pompa dan tim yang menarik tali serta menahan dengan bambu.
“Proses evakuasi berlangsung sekitar 1,5 jam. Kami dibantu oleh warga untuk mengevakuasi sapi ini. Berkat kerjasama yang solid, sapi akhirnya dapat dievakuasi dengan selamat,” jelas Andrik Prasetiyo. Pernyataan Andrik ini menegaskan peran krusial kolaborasi antara petugas profesional dan masyarakat setempat. Warga tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga turut serta aktif dalam menarik tali, menahan bambu, dan memberikan dukungan moral. Semangat gotong royong inilah yang menjadi salah satu kunci keberhasilan operasi penyelamatan ini.
Ketegangan mencapai puncaknya menjelang akhir proses evakuasi. Dengan setiap tarikan tali, setiap dorongan bambu, dan setiap semprotan air, sapi secara perlahan mulai terangkat dari septic tank. Ada momen-momen ketika sapi kembali merosot, memicu desahan kecewa dari kerumunan, namun tim Damkar dan warga tidak menyerah. Mereka terus berjuang, memastikan setiap gerakan dilakukan dengan aman dan efektif.
Setelah berjuang keras selama hampir dua jam sejak laporan pertama diterima, akhirnya pada pukul 09.35 WIB, sapi berhasil dikeluarkan dengan selamat dari septic tank. Momen ketika seluruh tubuh sapi berhasil keluar dari lubang disambut dengan sorak sorai lega dan tepuk tangan meriah dari warga. Sapi itu tampak kelelahan dan kotor, tetapi yang terpenting, ia selamat dan tidak mengalami cedera serius. Tim Damkar segera memeriksa kondisi sapi, memastikan tidak ada luka parah yang memerlukan penanganan medis lebih lanjut.
Evakuasi pun dinyatakan selesai. Setelah memastikan tidak ada bahaya lain yang mengancam dan situasi telah aman terkendali, tim Damkar kemudian kembali ke markas mereka. Misi penyelamatan yang tidak biasa ini menjadi bukti nyata kesiapsiagaan dan profesionalisme tim pemadam kebakaran Jombang. Mereka bukan hanya pahlawan dalam memadamkan api, tetapi juga penyelamat dalam berbagai situasi darurat, termasuk penyelamatan hewan ternak yang berharga.
Dampak kejadian ini terbilang cukup serius karena melibatkan nyawa hewan ternak yang berharga, yang merupakan bagian integral dari penghidupan Siti Maghfiroh. Keberhasilan evakuasi ini adalah hasil dari sinergi luar biasa antara petugas Damkar yang sigap, pemilik sapi yang cepat bertindak, dan warga setempat yang menunjukkan semangat solidaritas tinggi. Kejadian ini juga menjadi pengingat penting akan perlunya perhatian terhadap infrastruktur kandang dan septic tank, terutama di area peternakan, untuk mencegah insiden serupa di masa mendatang. Penutup septic tank yang kuat dan aman adalah investasi kecil yang dapat mencegah kerugian besar.
Proses evakuasi yang dilakukan oleh tim Damkar Jombang dengan menggunakan alat dan teknik yang tepat menunjukkan kesiapsiagaan petugas dalam menghadapi berbagai kejadian tak terduga. Ini juga menegaskan bahwa tugas pemadam kebakaran jauh melampaui sekadar memadamkan api; mereka adalah garda terdepan dalam menjaga keselamatan dan kesejahteraan masyarakat, bahkan dalam situasi yang penuh tantangan seperti penyelamatan sapi seberat 7 kwintal dari septic tank. Kisah ini akan dikenang sebagai salah satu operasi penyelamatan yang paling dramatis dan penuh inspirasi di Jombang.
(rakyatindependen.id)
