Kobaran Api Melahap Warung Nasi Atwi di Driyorejo, Gresik: Mimpi Bertahun-tahun Hancur Lebur dalam Sekejap

Pada Kamis pagi yang seharusnya tenang, sekitar pukul 06.34 WIB, Desa Tanjungan di Kecamatan Driyorejo, Gresik, dikejutkan oleh pemandangan mengerikan: kobaran api raksasa yang melalap habis sebuah warung nasi sederhana. Bangunan yang menjadi tumpuan hidup Ibu Atwi, sang pemilik, kini hanya menyisakan puing dan arang, rata dengan tanah. Tragedi ini tidak hanya menciptakan kepanikan di kalangan warga sekitar, tetapi juga merenggut mata pencarian yang telah dirintis Atwi dengan susah payah selama bertahun-tahun.

Kejadian bermula saat sebagian besar warga baru memulai aktivitas paginya. Asap tebal tiba-tiba membumbung tinggi dari lokasi warung, disusul oleh lidah-lidah api yang dengan cepat menjalar. Struktur bangunan warung yang semi permanen, didominasi oleh material kayu dan papan tripleks, menjadi faktor utama yang mempercepat penyebaran api. Dugaan awal mengarah pada korsleting listrik sebagai pemicu insiden nahas ini, sebuah percikan kecil yang kemudian berkembang menjadi malapetaka besar. Warga setempat, yang melihat api membesar dengan cepat, segera bergegas mencoba memadamkan kobaran menggunakan alat seadanya. Ember-ember air dan selang taman menjadi senjata mereka melawan amukan si jago merah, namun upaya heroik tersebut nyaris tak berarti di hadapan intensitas api yang terus mengganas.

Halan, salah seorang warga Desa Tanjungan yang menyaksikan kejadian itu, mengungkapkan keterkejutannya. "Saya sedang dalam perjalanan menuju kebun ketika melihat kepulan asap tebal dari kejauhan. Tak lama kemudian, api sudah berkobar sangat tinggi, melahap seluruh bangunan warung. Kami semua panik. Beberapa tetangga langsung lari membawa ember air, mencoba memadamkan, tapi api itu seperti punya nyawa sendiri, terus saja membesar," tuturnya dengan nada prihatin, Kamis (30/10/2025). Kesaksian Halan menggambarkan betapa cepatnya api menguasai warung nasi tersebut, meninggalkan warga dalam kondisi tak berdaya dan hanya bisa menyaksikan kehancuran yang tak terhindarkan.

Melihat api yang tak kunjung padam dan semakin mengancam area sekitar, warga akhirnya memutuskan untuk melaporkan kejadian ini ke Posko Damkarla Driyorejo Gresik. Respons cepat dari pihak berwenang pun tak lama kemudian tiba. Sebanyak lima personel pemadam kebakaran segera dikerahkan ke lokasi kejadian, dilengkapi dengan satu unit mobil damkar berkapasitas besar dan satu unit mobil suplai air untuk memastikan pasokan air tidak terputus selama proses pemadaman. Tim Damkarla tiba di lokasi dengan sigap, namun tantangan di lapangan tidaklah mudah. Akses jalan menuju warung yang sedikit sempit, ditambah dengan material bangunan yang mudah terbakar, membuat operasi pemadaman memerlukan strategi dan kehati-hatian ekstra.

Para petugas pemadam kebakaran, dengan perlengkapan lengkap dan terlatih, segera memulai upaya pemadaman. Mereka berjibaku melawan kobaran api yang masih sangat kuat, menyemprotkan air dari berbagai sudut untuk melokalisasi api dan mencegahnya merembet ke bangunan lain di sekitarnya. Asap tebal dan panas menyengat menjadi rintangan yang harus mereka hadapi. Dalam kondisi penuh tekanan, tim Damkarla bekerja tanpa henti, menunjukkan dedikasi tinggi untuk mengendalikan situasi. Setiap tetes air yang disemprotkan adalah upaya untuk menyelamatkan apa yang tersisa dari warung nasi Atwi, dan lebih dari itu, untuk mencegah potensi bencana yang lebih besar bagi lingkungan sekitar.

Setelah perjuangan intens selama satu setengah jam, yang terasa seperti selamanya bagi warga dan pemilik warung, api akhirnya berhasil dipadamkan sepenuhnya. Bangunan warung nasi sederhana itu kini hanya tinggal kenangan, berganti menjadi tumpukan arang dan puing-puing. Meskipun demikian, di tengah duka dan kehancuran, ada secercah kelegaan: tidak ada korban jiwa dalam kejadian kebakaran ini. Seluruh penghuni dan warga sekitar berhasil menyelamatkan diri tepat waktu, sebuah anugerah di tengah musibah.

Petugas piket Damkarla Gresik, Sugiono, mengonfirmasi dugaan penyebab kebakaran. "Dari hasil penyelidikan awal di lokasi, penyebab kebakaran diduga kuat akibat korsleting listrik. Bermula dari percikan api kecil yang kemudian dengan cepat membesar dan melahap seluruh bangunan. Ini adalah pengingat bagi kita semua akan pentingnya pemeriksaan rutin instalasi listrik," jelas Sugiono, menekankan bahaya laten dari kelalaian dalam perawatan listrik.

Kerugian material akibat insiden ini diperkirakan mencapai puluhan juta rupiah. Angka ini mencakup tidak hanya nilai bangunan warung yang semi permanen, tetapi juga seluruh isinya. Peralatan masak yang selama ini menjadi tulang punggung usaha Ibu Atwi, seperti kompor, wajan, panci, dan peralatan makan, kini tinggal rongsokan. Stok beras, berbagai bahan makanan mentah, bumbu-bumbu dapur, hingga perabotan sederhana yang melengkapi warung, semuanya ludes tak bersisa. Bagi Atwi, ini bukan sekadar kehilangan material, melainkan lenyapnya seluruh modal dan harapan yang telah ia bangun dengan keringatnya sendiri.

Atwi, sang pemilik warung, tak kuasa menahan air mata saat menyaksikan sisa-sisa usahanya. "Semua habis. Warung ini adalah hasil kerja keras saya bertahun-tahun, tempat saya mencari nafkah untuk keluarga. Saya tidak menyangka kejadiannya bisa secepat itu. Pagi tadi saya masih mempersiapkan dagangan, dan sekarang, semua lenyap dalam sekejap mata," ujarnya dengan suara bergetar, tatapan matanya kosong menatap puing-puing yang dulunya adalah sumber kehidupannya. Cerita Atwi adalah cerminan dari banyak pelaku usaha kecil yang bergantung sepenuhnya pada aset tunggal mereka. Kehilangan ini bukan hanya soal materi, tetapi juga kehancuran mimpi dan masa depan yang telah ia rancang.

Warung nasi Atwi bukan hanya sekadar tempat berjualan makanan; bagi warga Tanjungan, warung itu adalah bagian dari rutinitas harian mereka, tempat singgah untuk sarapan atau makan siang, dan juga tempat bertukar cerita. Kehilangan warung ini meninggalkan kekosongan yang mendalam, tidak hanya bagi Atwi tetapi juga bagi komunitas yang telah terbiasa dengan kehadirannya. Kini, Atwi dihadapkan pada tugas berat untuk memulai kembali dari nol, sebuah tantangan yang membutuhkan kekuatan mental dan dukungan dari lingkungan sekitar.

Meskipun Atwi kini harus menghadapi kenyataan pahit, semangat gotong royong dan kepedulian masyarakat Gresik diharapkan dapat memberinya kekuatan untuk bangkit. Bantuan dari tetangga, komunitas, atau bahkan pemerintah daerah, akan sangat berarti dalam upaya pemulihan ini. Tragedi ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya kewaspadaan terhadap potensi bahaya kebakaran, khususnya yang disebabkan oleh instalasi listrik, serta urgensi memiliki kesiapan tanggap darurat yang memadai. Kisah warung nasi Atwi di Driyorejo ini adalah pengingat bahwa di balik setiap kejadian, ada perjuangan manusia yang tak terucapkan, dan harapan akan hari esok yang lebih baik.

rakyatindependen.id

Exit mobile version