Jember berduka. Sebuah kabar pilu menyelimuti Kabupaten Jember menyusul tragedi kecelakaan bus pariwisata di Jalan Raya Sukapura, Desa Boto, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo, pada Minggu, 14 September 2025. Delapan nyawa melayang dalam insiden mengerikan tersebut, dan yang paling menyesakkan adalah kenyataan bahwa mereka semua adalah karyawan Rumah Sakit Bina Sehat Jember. Lebih dalam lagi, kecelakaan ini merenggut satu keluarga utuh: seorang petugas kebersihan, istrinya, dan anak mereka, meninggalkan lubang duka yang menganga di hati banyak pihak.
Faida, Direktur Rumah Sakit Bina Sehat, tak mampu menyembunyikan keterpukulannya. Wajahnya memerah menahan tangis, matanya berkaca-kaca saat berbicara tentang musibah yang menimpa delapan karyawannya. Kabar duka ini datang bagai sambaran petir di tengah aktivitas rumah sakit yang biasanya sibuk. Bagi Faida, ini bukan sekadar kehilangan karyawan, melainkan kehilangan anggota keluarga besar yang telah bersama-sama membangun dan melayani di RS Bina Sehat. “Sangat berat menjemput jenazah Hendra, cleaning service RS Bina Sehat, yang meninggal sekeluarga bersama istri dan anaknya,” ucap Faida dengan suara bergetar, menggambarkan betapa mendalamnya rasa kehilangan yang ia alami. Hendra, yang dikenal ramah dan pekerja keras, kini telah tiada bersama orang-orang terkasihnya. Kisah hidup mereka, yang penuh dengan harapan dan cita-cita sederhana, kini harus berakhir tragis di jalan raya yang mematikan.
Perjalanan naas itu sejatinya adalah sebuah perayaan. Rombongan karyawan RS Bina Sehat itu baru saja berakhir pekan di Gunung Bromo, salah satu destinasi wisata favorit di Jawa Timur. Liburan tersebut diselenggarakan untuk merayakan kelulusan beberapa karyawan yang telah menyelesaikan pendidikan D3 mereka. Suasana kebahagiaan dan kebersamaan pasti menyelimuti perjalanan mereka. Kebanyakan dari mereka pergi berpasangan, membawa serta keluarga kecil mereka, ingin berbagi momen suka cita dan rekreasi bersama. “Mereka ingin rekreasi bersama keluarga namun musibah terjadi,” kenang Faida, menyiratkan ironi di balik perjalanan yang seharusnya membawa kebahagiaan itu. Senyum dan tawa yang mungkin masih terngiang di benak keluarga dan rekan kerja kini berganti isak tangis dan duka mendalam.
Bus pariwisata bernopol P 7221 UG, yang dikemudikan oleh Albahri, seorang warga Kabupaten Jember, membawa sekitar 55 penumpang. Bus itu melaju di jalanan Probolinggo, mungkin dengan riuhnya obrolan dan canda tawa para penumpang yang baru saja menikmati indahnya pemandangan Bromo. Namun, takdir berkata lain. Sekitar pukul 11.45 WIB, ketika bus melintasi Jalan Raya Sukapura, Desa Boto, Kecamatan Lumbang, musibah tak terhindarkan itu terjadi. Bus secara mendadak hilang kendali, diduga kuat akibat rem blong. Sang sopir, Albahri, diperkirakan telah berjuang mati-matian untuk menguasai kemudi, namun daya pengereman yang lenyap membuat usahanya sia-sia. Dengan kecepatan yang tak terkontrol, bus tersebut melaju kencang, sebelum akhirnya menghantam pagar rumah warga dengan benturan keras yang memekakkan telinga.
Detik-detik kecelakaan itu pasti berlangsung sangat cepat namun terasa abadi bagi para korban. Jeritan penumpang bercampur kepanikan warga yang menyaksikan kejadian itu menggema di lokasi. Suara benturan yang dahsyat memecah kesunyian siang hari, disusul dengan pemandangan mengerikan. Badan bus ringsek parah, menunjukkan betapa hebatnya tumbukan yang terjadi. Kaca-kaca pecah berserakan, besi-besi penyangga melengkung tak beraturan, dan bagian depan bus hancur tak berbentuk. Warga sekitar yang mendengar dentuman keras segera berhamburan keluar rumah, menyaksikan pemandangan mengerikan di depan mata mereka. Kepulan debu dan asap tipis menyelimuti lokasi, menambah suasana mencekam. “Saya lihat di lapangan bus pariwisata menghantam pagar besi hingga roboh. Polda Jatim sudah langsung olah tempat kejadian saat kami tiba,” ujar Faida, menggambarkan kondisi mengerikan yang ia saksikan langsung di lokasi kejadian.
Tim SAR, kepolisian, dan petugas medis segera dikerahkan ke lokasi. Proses evakuasi berlangsung dramatis. Para korban yang terjebak di dalam bus dievakuasi satu per satu. Beberapa di antaranya mengalami luka serius, sementara yang lain ditemukan sudah tak bernyawa. Ambulans berdatangan silih berganti, membawa korban luka ke rumah sakit terdekat dan jenazah ke kamar mayat. Delapan orang dipastikan meninggal dunia di tempat kejadian atau tak lama setelah dilarikan ke rumah sakit. Angka ini merupakan pukulan telak bagi RS Bina Sehat dan seluruh keluarga yang ditinggalkan. Proses identifikasi korban juga menjadi tantangan tersendiri di tengah kekacauan dan duka.
Korban meninggal dunia kemudian dievakuasi ke beberapa rumah sakit di Probolinggo. Tujuh jenazah dibawa ke Rumah Sakit Mohamad Saleh, sementara satu jenazah lainnya dievakuasi dari Rumah Sakit Daerah Tongas. Di RS Mohamad Saleh, jenazah-jenazah tersebut disucikan sesuai dengan tata cara agama sebelum diberangkatkan menuju Jember menggunakan ambulans Merah Putih, yang telah disiapkan khusus untuk membawa pulang para pahlawan kesehatan yang telah berpulang. Perjalanan pulang jenazah dari Probolinggo ke Jember menjadi prosesi duka yang panjang dan mengharukan, diiringi doa dan tangis keluarga serta rekan kerja.
Selain korban meninggal, beberapa penumpang lainnya juga mengalami luka-luka. Satu korban masih harus dirawat intensif di RS Tongas karena kondisinya belum stabil, membutuhkan penanganan medis berkelanjutan untuk memulihkan diri dari trauma fisik dan mental akibat kecelakaan tersebut. Sementara itu, dua korban luka lainnya dirawat di Rumah Sakit Mohamad Saleh, mendapatkan perawatan yang diperlukan untuk cedera mereka. Kondisi para korban luka menjadi perhatian utama, dan pihak rumah sakit serta keluarga terus memantau perkembangan kesehatan mereka dengan harapan penuh kesembuhan.
Kecelakaan ini bukan hanya sekadar berita duka bagi keluarga korban, tetapi juga menyisakan luka mendalam bagi seluruh staf dan manajemen RS Bina Sehat Jember. Kehilangan delapan rekan kerja sekaligus, termasuk satu keluarga utuh, adalah cobaan berat. Suasana berkabung menyelimuti rumah sakit. Rekan-rekan kerja yang ditinggalkan merasakan kehilangan yang tak terhingga, mengingat kenangan dan kebersamaan yang telah terjalin. Pihak manajemen RS Bina Sehat segera membentuk tim krisis untuk menangani berbagai aspek pasca-kecelakaan, mulai dari koordinasi dengan pihak berwajib, penanganan jenazah dan korban luka, hingga dukungan psikologis bagi keluarga korban dan staf yang terguncang.
Polda Jawa Timur, yang telah tiba di lokasi tak lama setelah kejadian, segera memulai proses olah tempat kejadian perkara (TKP). Tim forensik dikerahkan untuk mengumpulkan bukti-bukti fisik, menganalisis jejak pengereman, posisi bus, dan kerusakan yang terjadi. Investigasi mendalam akan dilakukan untuk memastikan penyebab pasti kecelakaan, termasuk memeriksa kondisi teknis bus secara menyeluruh, riwayat perawatan, dan kualifikasi serta kondisi fisik pengemudi, Albahri. Keterangan dari para saksi mata dan korban yang selamat juga akan sangat penting untuk melengkapi gambaran kronologi kejadian. Jika terbukti ada kelalaian, baik dari pihak perusahaan otobus maupun pengemudi, proses hukum akan berjalan sesuai ketentuan yang berlaku.
Tragedi ini juga menjadi pengingat pahit akan pentingnya keselamatan berlalu lintas, khususnya transportasi umum. Kondisi kendaraan yang layak jalan, pemeriksaan rutin, dan kualifikasi pengemudi yang memadai adalah faktor krusial untuk mencegah terulangnya insiden serupa. Pengawasan yang ketat dari pihak berwenang terhadap operasional bus pariwisata menjadi sangat mendesak. Harapan agar kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak demi terciptanya perjalanan yang aman bagi masyarakat.
Jember kini bersatu dalam duka. Ungkapan belasungkawa terus mengalir dari berbagai lapisan masyarakat, menunjukkan solidaritas dan kepedulian yang mendalam. Keluarga korban membutuhkan dukungan moril dan materiil untuk melewati masa sulit ini. RS Bina Sehat, meskipun terpukul, akan terus berupaya memberikan pelayanan terbaiknya, sembari mengenang jasa-jasa para karyawan yang telah berpulang. Kisah pilu keluarga petugas kebersihan Hendra dan rekan-rekannya akan selalu menjadi pengingat akan kerapuhan hidup dan pentingnya setiap momen kebersamaan. Semoga arwah para korban diterima di sisi-Nya, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan.
(rakyatindependen.id)