Damkar Gresik Berhasil Evakuasi Ular Viper Berbisa Raksasa dari Pohon, Mengakhiri Kepanikan Warga Pelemwatu

Pagi yang seharusnya tenang di Desa Pelemwatu, Kecamatan Menganti, Gresik, mendadak berubah menjadi mencekam ketika kemunculan seekor ular viper berukuran sangat besar menggantung di atas pohon, menggegerkan seisi desa. Ular berbisa mematikan itu, dengan sisik hijaunya yang samar menyatu dengan dedaunan, pertama kali ditemukan oleh seorang petugas kebersihan yang sedang menjalankan tugas rutin membersihkan halaman di dekat gudang Asri Blok A2/5. Saat sang petugas sibuk menyapu sampah dedaunan, matanya tanpa sengaja menangkap siluet aneh yang bergerak perlahan di dahan pohon yang rendah. Setelah diamati lebih seksama, jantungnya seolah berhenti berdetak: seekor ular viper yang tampak sangat besar sedang bergelantungan, siap mengintai.

Rasa kaget bercampur takut langsung menyergap petugas kebersihan tersebut. Ia tahu persis bahwa ular dengan karakteristik seperti itu – kepala berbentuk segitiga dan ukuran yang tidak lazim – adalah pertanda bahaya besar. Dalam kepanikan yang mendalam, ia segera meminta bantuan warga yang melintas di sekitar lokasi. Beberapa warga yang mendengar teriakan dan melihat objek yang menakutkan itu ikut terkejut. Tanpa berpikir panjang mengenai bahaya yang mengintai, dalam upaya yang dilandasi kepanikan murni, mereka mencoba menurunkannya dan menaruhnya di tong sampah. Tindakan ini, meskipun didorong niat baik, justru sangat berisiko mengingat reputasi ular viper sebagai predator yang sangat agresif dan memiliki bisa mematikan. Untungnya, ular tersebut tidak menyerang, mungkin masih dalam mode pasif atau belum merasa terancam secara langsung oleh kerumunan manusia.

Menyadari bahwa penanganan ular berbisa bukanlah perkara sepele yang bisa dilakukan sembarangan, insiden ini segera dilaporkan kepada salah satu karyawan gudang bernama Lia. Lia, yang memiliki pemahaman lebih baik tentang risiko yang terlibat, langsung merasa khawatir. Ia tahu betul reputasi ular viper sebagai salah satu jenis ular paling mematikan di dunia, dengan bisa yang mampu menyebabkan kerusakan jaringan parah, bahkan kematian. Kekhawatiran akan keselamatan karyawan dan warga sekitar menjadi prioritas utamanya. “Saya takut ularnya berukuran cukup besar dan berbisa. Daripada karyawan kami digigit, saya langsung menghubungi petugas damkarla,” ujar Lia, menceritakan keputusan cepatnya pada Rabu (15/10/2025). Keputusan Lia ini terbukti sangat tepat dan krusial, menunjukkan kesadaran akan pentingnya melibatkan ahli dalam penanganan situasi berbahaya seperti ini.

Tak lama setelah panggilan darurat diterima, Tim Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Lapangan (Damkarla) Gresik dari pos Menganti segera bergerak cepat. Dipimpin oleh Teguh Priyanto, seorang komandan regu berpengalaman, bersama lima personel lainnya yang terlatih, mereka tiba di lokasi dengan sigap. Kedatangan mereka membawa angin segar di tengah ketegangan yang menyelimuti warga Pelemwatu. Dengan peralatan khusus yang memang dirancang untuk penanganan hewan liar berbahaya, tim Damkarla langsung mengevaluasi situasi. Mereka melihat ular viper besar itu masih bergelantungan di dahan pohon, menjadi pusat perhatian sekaligus sumber ketakutan bagi kerumunan warga yang mulai berkumpul. Profesionalisme dan ketenangan tim Damkarla langsung terasa, memberikan jaminan kepada warga bahwa situasi akan segera tertangani dengan aman.

Proses evakuasi pun dimulai. Teguh Priyanto, dengan pengalamannya yang luas, memimpin tim dengan instruksi yang jelas dan terarah. Mereka menggunakan tongkat penangkap ular (snake tongs) yang panjang dan kuat untuk menjaga jarak aman, serta wadah khusus yang tertutup rapat untuk mengamankan reptil berbahaya tersebut. Langkah demi langkah, tim mendekati pohon tempat ular itu bergelantungan. Dengan hati-hati dan penuh perhitungan, salah satu personel Damkarla mulai mengaitkan kepala ular dengan penjepit khusus, sementara personel lain siap dengan wadah penampung. Ketegangan menyelimuti udara saat proses penangkapan berlangsung, namun tim Damkarla menunjukkan keahlian dan keberanian yang luar biasa. Ular viper itu, yang dikenal agresif saat merasa terancam, sempat mencoba melakukan perlawanan dengan meliuk-liuk dan mencoba menyerang. Namun, berkat koordinasi yang apik dan teknik yang tepat, dalam waktu kurang dari satu jam, ular tersebut berhasil diamankan ke dalam kotak penampungan khusus tanpa insiden yang membahayakan.

Teguh Priyanto kemudian menjelaskan bahwa ular yang baru saja dievakuasi tersebut adalah jenis viper pohon, kemungkinan besar dari genus Trimeresurus yang banyak ditemukan di Asia Tenggara. Ular ini dikenal memiliki bisa yang sangat mematikan dan bersifat agresif ketika merasa terancam, menjadikannya salah satu ular paling berbahaya yang bisa ditemui di habitatnya. “Jenis ini tergolong berbahaya karena memiliki bisa yang bisa merusak jaringan tubuh secara cepat, menyebabkan pendarahan internal, pembengkakan parah, dan bahkan nekrosis jaringan jika tidak segera ditangani. Namun, perlu diingat, selama tidak diganggu, biasanya ular ini tidak akan menyerang. Mereka cenderung menghindar dan berkamuflase dengan baik di lingkungan sekitar,” ungkap Teguh, memberikan edukasi singkat kepada warga yang masih penasaran. Bisa viper pohon umumnya bersifat hemotoksik, yang berarti menyerang sel darah dan jaringan tubuh, menyebabkan kerusakan parah pada sistem peredaran darah korban.

Keberhasilan evakuasi ini disambut dengan sorak lega dan tepuk tangan dari warga sekitar yang sempat panik. Rasa takut yang sebelumnya mencekam kini berubah menjadi kekaguman atas keberanian dan profesionalisme petugas Damkarla. Setelah berhasil diamankan, ular tersebut dibawa ke posko Damkarla untuk penanganan lebih lanjut. Di posko, ular itu akan ditempatkan di kandang observasi sementara sebelum akhirnya dilepaskan kembali ke habitat alaminya yang jauh dari permukiman warga, atau diserahkan kepada lembaga konservasi satwa liar yang berwenang. Penanganan pasca-evakuasi ini merupakan bagian penting dari prosedur Damkarla untuk memastikan keseimbangan ekosistem tetap terjaga dan keselamatan masyarakat terjamin.

Pihak Damkarla Gresik tidak hanya bertindak sebagai penyelamat, tetapi juga sebagai edukator. Mereka mengimbau masyarakat agar tetap waspada, terutama bagi warga yang tinggal di sekitar area dengan pepohonan rimbun, semak belukar, atau area yang berbatasan langsung dengan lahan kosong dan hutan. Lingkungan seperti ini adalah habitat alami bagi berbagai jenis ular, termasuk yang berbisa. Untuk mencegah kejadian serupa, Damkarla menyarankan warga untuk menjaga kebersihan lingkungan rumah dan halaman, memangkas rumput atau semak yang terlalu rimbun, serta menyingkirkan tumpukan barang bekas yang bisa menjadi sarang persembunyian ular. "Jika menemukan hewan melata berbahaya, warga diminta segera melapor ke Damkarla atau pihak berwenang lainnya. Jangan sekali-kali mencoba menanganinya sendiri tanpa keahlian dan peralatan yang memadai," tegas Teguh Priyanto. "Keselamatan adalah yang utama. Biarkan kami yang memiliki pelatihan dan peralatan khusus yang menangani risiko ini." Imbauan ini sangat penting untuk mencegah insiden gigitan ular yang tidak diinginkan dan memastikan penanganan hewan liar dilakukan dengan cara yang aman baik bagi manusia maupun bagi satwa itu sendiri. Insiden di Pelemwatu ini menjadi pengingat nyata akan pentingnya kewaspadaan dan respons cepat dari pihak berwenang dalam menjaga keamanan dan ketenteraman masyarakat.

Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita rakyatindependen.id

Exit mobile version