Allianz Stadium di Turin pada Minggu dini hari, 14 September 2025, menjadi saksi bisu salah satu edisi Derby d’Italia paling dramatis dan tak terlupakan dalam sejarah modern. Juventus, dengan determinasi baja yang tak tergoyahkan, berhasil menjaga rekor sempurna mereka di Serie A musim ini setelah menaklukkan rival abadi, Inter Milan, dengan skor akhir 4-3. Kemenangan ini bukan hanya sekadar tiga poin; ini adalah pernyataan, sebuah epik sepak bola yang akan dikenang dan diceritakan ulang selama bertahun-tahun.
Sejak peluit pertama ditiup, atmosfer di stadion sudah terasa membara. Ribuan pasang mata, baik dari pendukung setia Juventus maupun Curva Nord yang memenuhi tribun tamu, siap menjadi saksi pertarungan dua raksasa Italia. Juventus datang dengan kepercayaan diri penuh setelah memulai musim dengan dua kemenangan meyakinkan, sementara Inter Milan, meskipun memiliki materi pemain yang mumpuni, masih mencari konsistensi di awal musim ini. Pertarungan taktik antara Massimiliano Allegri dan Simone Inzaghi sudah diprediksi akan menjadi kunci, namun yang terjadi di lapangan jauh melampaui segala ekspektasi taktis, berubah menjadi festival gol dan drama tanpa henti.
Kick-off Derby d’Italia selalu membawa aura yang berbeda. Sejarah panjang persaingan, kebencian yang mendalam, dan status sebagai dua klub paling sukses di Italia, menjadikan setiap pertemuan sebagai pertaruhan harga diri. Juventus, yang bermain di kandang sendiri, tampil agresif sejak menit awal. Mereka berusaha mendominasi lini tengah dan menekan pertahanan Inter, yang terkenal solid. Strategi ini membuahkan hasil pada menit ke-14. Sebuah serangan balik cepat yang dibangun dari sayap kanan, diakhiri dengan umpan silang akurat yang disambut oleh Lloyd Kelly. Bek tengah yang didatangkan Juventus pada musim panas itu, dengan insting penyerang yang mengejutkan, berhasil menyarangkan bola ke gawang Inter, membuat Allianz Stadium meledak dalam sorakan kegembiraan. Gol tersebut menjadi penanda awal dari badai gol yang akan datang, seolah membuka keran emosi dan ketegangan yang terpendam.
Tertinggal satu gol, Inter Milan tidak panik. Mereka perlahan tapi pasti mulai menemukan ritme permainan mereka. Hakan Calhanoglu, sang jenderal lapangan tengah Inter, menjadi motor serangan. Ketenangan dan visinya dalam mendistribusikan bola mulai merepotkan pertahanan Juventus. Pada menit ke-30, kejeniusan Calhanoglu kembali terlihat. Melalui skema tendangan bebas yang cerdik di dekat kotak penalti, ia melepaskan tembakan melengkung yang indah, melewati pagar betis Juventus, dan bersarang mulus di sudut atas gawang. Skor imbang 1-1, dan pertandingan kembali ke titik nol, namun dengan intensitas yang semakin meningkat. Inter seolah mendapatkan angin segar, sementara Juventus harus kembali menata pertahanan dan serangan mereka.
Namun, kegembiraan Inter tidak berlangsung lama. Juventus menunjukkan mentalitas juara mereka yang tak tergoyahkan. Delapan menit setelah gol penyama kedudukan Inter, giliran Kenan Yildiz yang unjuk gigi. Penyerang muda berbakat ini, yang terus menunjukkan perkembangan signifikan di bawah asuhan Allegri, berhasil memanfaatkan kelengahan lini belakang Inter. Dengan kelincahan dan kecepatan, Yildiz menusuk ke jantung pertahanan, melewati satu pemain bertahan, sebelum melepaskan tembakan keras yang tak mampu dijangkau kiper Inter. Gol pada menit ke-38 itu mengembalikan keunggulan Juventus menjadi 2-1, dan skor tersebut bertahan hingga babak pertama usai. Para penggemar di stadion maupun jutaan pasang mata di seluruh dunia tahu bahwa mereka sedang menyaksikan sesuatu yang istimewa, sebuah drama babak pertama yang sudah menyajikan tiga gol dan intrik.
Memasuki babak kedua, Inter Milan keluar dari ruang ganti dengan semangat yang membara. Pelatih Simone Inzaghi tampaknya telah memberikan instruksi khusus untuk meningkatkan intensitas serangan dan menekan lebih tinggi. Juventus sempat kewalahan menghadapi gelombang serangan Nerazzurri. Tekanan terus-menerus ini akhirnya membuahkan hasil pada menit ke-65. Lagi-lagi, Hakan Calhanoglu menjadi protagonis. Kali ini, melalui sebuah serangan terbuka yang rapi, ia berhasil menuntaskan umpan terobosan dengan tenang, melepaskan tembakan mendatar yang melewati sela-sela kaki bek Juventus dan menggetarkan jala gawang. Skor kembali imbang, 2-2. Derby d’Italia ini benar-benar menjadi pertarungan adu mental dan kualitas individu.
Momentum sepenuhnya bergeser ke kubu Inter setelah gol kedua Calhanoglu. Mereka tampak lebih percaya diri dan mendominasi jalannya pertandingan. Juventus terlihat sedikit limbung, pertahanan mereka mulai menunjukkan celah. Puncaknya terjadi pada menit ke-76. Marcus Thuram, penyerang cepat dan bertenaga Inter, berhasil memanfaatkan sebuah skema serangan balik cepat. Dengan kecepatannya yang luar biasa, ia berhasil lolos dari kawalan bek Juventus, dan dengan tenang menceploskan bola ke gawang, membawa Inter Milan unggul untuk pertama kalinya dalam pertandingan ini dengan skor 3-2. Allianz Stadium terhenyak. Para penggemar Juventus terdiam, sementara segelintir pendukung Inter bersorak kegirangan. Apakah ini akan menjadi akhir dari rekor sempurna Juventus? Apakah Inter akan memberikan kekalahan pertama bagi rival bebuyutannya?
Namun, Juventus bukanlah tim yang mudah menyerah. Dengan waktu yang semakin menipis, mereka mengencangkan sabuk dan melancarkan serangan habis-habisan. Pelatih Allegri melakukan pergantian pemain ofensif, memasukkan darah segar untuk mencari gol penyama kedudukan. Tekanan terus-menerus akhirnya membuahkan hasil pada menit ke-83. Sebuah cerita menarik tersaji ketika Khephren Thuram, adik kandung dari Marcus Thuram yang baru saja mencetak gol untuk Inter, berhasil mencetak gol penyama kedudukan untuk Juventus! Gol ini mengubah skor menjadi 3-3, dan menambahkan lapisan drama yang luar biasa pada pertandingan ini. Rivalitas kakak-beradik di lapangan hijau, dengan kedua belah pihak mencetak gol untuk tim masing-masing di laga Derby yang krusial, adalah sebuah skenario yang jarang terjadi dan menambah bumbu epik pertandingan. Gol Khephren bukan hanya menyamakan kedudukan, tetapi juga mengembalikan semangat juang Juventus di saat-saat kritis.
Dengan skor 3-3 dan waktu normal yang hampir habis, pertandingan memasuki periode injury time yang penuh ketegangan. Kedua tim bermain terbuka, mencari celah untuk mencetak gol kemenangan. Setiap sentuhan bola, setiap operan, terasa seperti hidup dan mati. Wasit memberikan tambahan waktu yang terasa sangat panjang, setiap detik terasa seperti menit. Ketegangan memuncak, para pemain terlihat kelelahan namun terus berlari, didorong oleh adrenalin dan keinginan untuk menang. Penonton berdiri di kursi mereka, tidak berani berkedip, takut melewatkan momen krusial.
Dan kemudian, pada menit ke-90+1, drama mencapai puncaknya. Juventus melancarkan serangan terakhir. Bola berhasil dikuasai di lini tengah, lalu diteruskan ke sayap. Sebuah umpan silang lambung dilepaskan ke kotak penalti Inter. Di sana, di tengah kerumunan pemain, muncullah nama Vasilije Adzic. Pemain pengganti yang baru masuk di babak kedua ini, dengan insting penyerang yang tajam, berhasil menyundul bola dengan sempurna. Bola meluncur deras ke gawang Inter, tak mampu dijangkau kiper. GOAL! Skor berubah menjadi 4-3 untuk Juventus! Allianz Stadium meledak dalam euforia yang tak tertahankan. Para pemain Juventus berlari merayakan gol kemenangan dengan histeris, memeluk Adzic yang menjadi pahlawan tak terduga. Di sisi lain lapangan, para pemain Inter Milan hanya bisa tertunduk lesu, terpukul oleh gol di menit-menit akhir yang menghancurkan harapan mereka.
Peluit panjang pun berbunyi tak lama setelah gol Adzic. Juventus menang secara dramatis, mengalahkan Inter Milan dalam pertandingan yang disebut-sebut sebagai salah satu Derby d’Italia paling mendebarkan dalam sejarah. Kemenangan ini bukan hanya memperpanjang rekor sempurna Juventus di Serie A musim ini dengan koleksi 9 poin dari 3 giornata, tetapi juga menegaskan dominasi mereka atas rival sekota. Ini adalah kemenangan kandang kedua beruntun mereka di Derby d’Italia, setelah kemenangan pada giornata ke-26 musim lalu (17 Februari 2025). Sebuah pencapaian yang mengulang kesuksesan musim 2022-2023, di mana Juventus berhasil men-double Inter baik di kandang maupun tandang.
Tujuh gol yang tercipta di laga kali ini menjadikannya Derby d’Italia dengan skor terbesar sejak setengah abad terakhir. Rekor gol terbanyak sebelumnya terjadi pada pertemuan Juventus dan Inter di Coppa Italia musim 1974-1975, yang juga menyajikan pesta gol. Angka-angka ini hanya menggarisbawahi betapa langka dan istimewanya pertandingan yang baru saja terjadi.
Bagi Inter Milan, kekalahan ini menjadi yang kedua dalam rentang tiga pertandingan pertama musim ini, membuat mereka baru mengemas 3 poin. Hasil ini tentu menjadi evaluasi serius bagi Simone Inzaghi dan skuadnya, yang harus segera menemukan solusi untuk mengembalikan performa terbaik mereka jika tidak ingin tertinggal jauh dalam perburuan Scudetto. Sementara itu, Juventus terbang tinggi, dengan kepercayaan diri yang membumbung. Mereka telah menunjukkan bahwa mereka memiliki kedalaman skuad, mentalitas juara, dan kemampuan untuk bangkit dari situasi sulit. Pertandingan ini bukan hanya tiga poin; ini adalah pernyataan bahwa Juventus telah kembali ke puncak, siap untuk menantang gelar. Sebuah malam yang akan dikenang abadi, malam di mana drama, gol, dan emosi menyatu dalam sebuah mahakarya sepak bola Italia.
Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita rakyatindependen.id