Kediri (rakyatindependen.id) – Kota Kediri kembali menjadi saksi bisu perhelatan akbar yang mengukuhkan simpul keagamaan dan kebangsaan. Wali Kota Kediri, Vinanda Prameswati, turut serta dalam Majelis Ta’dzim Maulid Nabi Muhammad SAW yang berpadu dengan peringatan Haul ke-30 Pondok Pesantren Salafiy Terpadu (PPST) Ar-Risalah Kediri. Acara bersejarah ini diselenggarakan pada Sabtu, 20 September 2025, di Aula Muktamar Pondok Pesantren Lirboyo, sebuah institusi pendidikan Islam legendaris yang telah melahirkan ribuan ulama dan cendekiawan. Kehadiran Mbak Wali, sapaan akrab Wali Kota Kediri, di tengah-tengah ribuan jamaah dan tokoh agama, menegaskan komitmen pemerintah daerah terhadap penguatan nilai-nilai religius dan peran strategis pesantren dalam pembangunan karakter bangsa.
Suasana khidmat menyelimuti Aula Muktamar Pondok Pesantren Lirboyo saat acara dimulai. Kombinasi peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Haul ke-30 PPST Ar-Risalah menjadikan momen ini tidak hanya sebagai ajang refleksi spiritual, namun juga perayaan atas tiga dekade dedikasi Ar-Risalah dalam mencetak generasi penerus. Dalam sambutannya yang penuh makna, Wali Kota Kediri Vinanda Prameswati menggarisbawahi urgensi meneladani ajaran dan akhlak mulia Rasulullah SAW. Beliau menyampaikan bahwa peringatan Maulid Nabi harus menjadi pendorong bagi setiap individu, khususnya para pemimpin, untuk menginternalisasi sifat-sifat kenabian dalam setiap aspek kehidupan.
“Masih dalam semangat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, kita semua berharap agar figur teladan beliau senantiasa menjadi inspirasi dan mampu kita terapkan dalam keseharian. Rasulullah adalah pemimpin umat yang tak hanya adil, namun juga penuh kasih sayang, serta selalu mengedepankan kemaslahatan umat di atas segalanya. Nilai-nilai luhur inilah yang sepatutnya kita jadikan pedoman, baik dalam berinteraksi sosial di tengah masyarakat maupun dalam menjalankan roda pemerintahan,” tutur Mbak Wali dengan suara lantang namun menyejukkan. Penekanannya pada keadilan, kasih sayang, dan kemaslahatan publik merupakan inti dari kepemimpinan profetik yang relevan sepanjang masa, bahkan di era modern seperti sekarang.
Sebagai Wali Kota termuda di Indonesia, Vinanda Prameswati memiliki visi yang jelas mengenai bagaimana meneladani Rasulullah dapat diimplementasikan dalam praktik pemerintahan. Baginya, meneladani akhlak Nabi bukan sekadar retorika, melainkan sebuah misi untuk mewujudkan kebijakan yang berkeadilan, memberikan manfaat nyata bagi seluruh lapisan masyarakat, serta menjadi faktor penyejuk di tengah dinamika kehidupan yang seringkali penuh gejolak. Ia percaya bahwa sebuah pemerintahan yang berlandaskan pada nilai-nilai profetik akan mampu menciptakan harmoni sosial, stabilitas politik, dan kesejahteraan ekonomi yang berkelanjutan. Kebijakan yang adil berarti setiap keputusan yang diambil harus mempertimbangkan dampak terhadap semua golongan, tanpa diskriminasi. Memberi manfaat bagi masyarakat luas berarti program-program pemerintah harus dirancang untuk meningkatkan kualitas hidup rakyat secara merata. Dan menjadi penyejuk di tengah dinamika berarti pemerintah harus mampu menjadi fasilitator dialog, meredakan ketegangan, dan menyatukan berbagai elemen masyarakat menuju tujuan bersama.
“Kita yakin seyakin-yakinnya, bahwa hanya dengan meneladani akhlak Nabi Muhammad SAW, sebuah pemerintahan akan benar-benar mampu menghadirkan kesejahteraan yang merata dan kedamaian yang abadi bagi seluruh rakyatnya,” imbuh Mbak Wali, mempertegas keyakinannya akan kekuatan moral dalam tata kelola pemerintahan. Filosofi ini menjadi landasan kuat bagi Pemerintah Kota Kediri dalam merumuskan setiap program dan kebijakan, memastikan bahwa setiap langkah yang diambil tidak hanya berorientasi pada pembangunan fisik, tetapi juga pembangunan spiritual dan karakter.
Momen khidmat ini juga secara bersamaan menandai peringatan haul ke-30 PPST Ar-Risalah. Tiga dekade bukanlah waktu yang singkat bagi sebuah institusi pendidikan untuk menapaki jejak pengabdiannya. Selama kurun waktu tersebut, pondok pesantren yang berafiliasi dengan Pondok Pesantren Lirboyo ini telah menunjukkan kontribusi yang luar biasa dalam membentuk dan membangun karakter bangsa. Dari lembaga pendidikan tradisional yang menekankan penguasaan ilmu agama, Ar-Risalah telah tumbuh menjadi entitas modern yang tetap memegang teguh tradisi, namun juga terbuka terhadap perkembangan zaman. Ribuan alumni yang tersebar di berbagai bidang profesi menjadi bukti nyata keberhasilan Ar-Risalah dalam melahirkan individu-individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual dan spiritual, tetapi juga berjiwa nasionalis dan berakhlak mulia.
Mbak Wali dalam pidatonya secara eksplisit menggambarkan peran multifaset PPST Ar-Risalah. “Pondok pesantren ini tidak hanya sekadar menjadi pusat pendidikan, melainkan juga sebuah benteng moral yang kokoh, tempat lahirnya kader-kader ulama yang mumpuni, sekaligus penjaga tradisi keilmuan Islam dan kebangsaan yang tak lekang oleh waktu,” ungkapnya. Penjelasan ini merangkum esensi dari eksistensi pesantren. Sebagai "pusat pendidikan," Ar-Risalah menyediakan kurikulum komprehensif yang mencakup studi kitab kuning, tahfidz Al-Qur’an, bahasa Arab, serta pendidikan formal setara sekolah umum. Ini memastikan santri memiliki bekal ilmu agama yang mendalam sekaligus pengetahuan umum yang memadai untuk bersaing di era modern.
Lebih dari itu, Ar-Risalah adalah "benteng moral." Di tengah arus globalisasi dan tantangan moral yang kian kompleks, pesantren ini menjadi oase yang menanamkan nilai-nilai kejujuran, integritas, disiplin, toleransi, dan gotong royong. Lingkungan pesantren yang disiplin dan sarat akan nilai-nilai etika membantu santri membangun karakter yang kuat, menjadi individu yang bertanggung jawab dan memiliki kepedulian sosial tinggi. Sebagai "tempat lahirnya kader ulama," Ar-Risalah secara konsisten menghasilkan generasi ulama yang tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga memiliki pemahaman kontekstual terhadap permasalahan umat. Mereka adalah pencerah, pembimbing spiritual, dan agen perubahan di tengah masyarakat, yang mampu menyebarkan pesan Islam yang moderat dan rahmatan lil ‘alamin.
Terakhir, Ar-Risalah juga berperan sebagai "penjaga tradisi keilmuan dan kebangsaan." Ini berarti pesantren tidak hanya melestarikan khazanah keilmuan klasik Islam yang telah diwariskan turun-temurun, tetapi juga mengintegrasikan nilai-nilai kebangsaan seperti Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam setiap pembelajarannya. Santri dididik untuk menjadi warga negara yang baik, mencintai tanah air, dan berkontribusi aktif dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Mereka adalah garda terdepan dalam merawat identitas keislaman dan keindonesiaan secara harmonis.
Lebih lanjut, Wali Kota Kediri menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada keluarga besar Ar-Risalah Lirboyo atas keistiqamahannya dalam merawat tradisi ilmu dan tarekat. Istiqamah ini bukan hal mudah, membutuhkan dedikasi dan komitmen yang tak tergoyahkan selama puluhan tahun. Tradisi ilmu yang dimaksud mencakup metode pengajaran kitab kuning secara sorogan dan bandongan, serta pengembangan ilmu-ilmu kontemporer. Sementara tradisi tarekat merujuk pada praktik-praktik spiritual yang membentuk kedalaman batin dan akhlak mulia para santri dan pengasuh. Keberadaan Ar-Risalah sebagai pilar penjaga nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jama’ah juga menjadi poin penting. Ahlussunnah wal Jama’ah adalah aliran mayoritas umat Islam di Indonesia yang dikenal dengan sikap moderat, toleran, dan anti-radikalisme. Pesantren seperti Ar-Risalah memainkan peran krusial dalam menyebarkan pemahaman Islam yang damai, menghargai keberagaman, dan menolak segala bentuk ekstremisme.
“Keberadaan pondok pesantren di Kota Kediri menjadikan kota ini tidak hanya maju dari sisi infrastruktur yang modern, tetapi juga kaya dengan nilai spiritualitas yang mendalam. Ini adalah perpaduan yang sempurna,” pungkas Mbak Wali. Pernyataan ini menegaskan pandangan holistik Pemerintah Kota Kediri terhadap pembangunan. Kemajuan fisik berupa infrastruktur yang memadai harus diimbangi dengan kemajuan spiritual dan moral masyarakat. Pesantren adalah institusi yang menjembatani kedua aspek ini, memastikan bahwa Kediri tumbuh sebagai kota yang modern namun tetap berakar kuat pada nilai-nilai agama dan budaya. Keseimbangan ini menjadi kunci untuk menciptakan masyarakat yang beradab, sejahtera, dan bahagia lahir batin.
Acara akbar tersebut turut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting yang mencerminkan kolaborasi antara ulama, pemerintah, dan masyarakat. Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, Romo KH. M. Anwar Manshur, hadir sebagai simbol restu dan dukungan dari salah satu pesantren terbesar di Indonesia. Kehadiran beliau menegaskan ikatan erat antara Lirboyo dan Ar-Risalah, serta pentingnya tradisi pesantren dalam menjaga keberlangsungan ilmu. Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Suyitno, juga turut hadir, menandakan perhatian pemerintah pusat terhadap pendidikan pesantren dan peran strategisnya dalam sistem pendidikan nasional. Kehadirannya juga bisa diartikan sebagai bentuk pengakuan atas kontribusi Ar-Risalah.
Tak ketinggalan, para masyayikh Pondok Pesantren Lirboyo, Pengasuh PPST Ar-Risalah Hj. Aina ‘Ainaul Mardliyah Anwar, Kepala PPST Ar-Risalah Agus H.M. Shofaul Huda, serta KH. Muhammad Nur Hayid, semuanya turut memeriahkan acara. Kehadiran para pimpinan dan sesepuh pesantren ini memberikan bobot spiritual dan intelektual yang tinggi bagi acara tersebut. Dari jajaran pemerintah daerah, Wakil Wali Kota Kediri Qowimuddin Thoha, Ketua TP PKK Kota Kediri Faiqoh Azizah Muhammad, dan Kepala Dinas Pendidikan Anang Kurniawan juga hadir, menunjukkan sinergi yang kuat antara eksekutif daerah dan institusi pendidikan Islam. Ribuan tamu undangan dan jamaah yang memadati Aula Muktamar semakin menambah semarak dan keberkahan acara, menegaskan bahwa peran pesantren dan peringatan hari-hari besar Islam tetap mendapatkan tempat istimewa di hati masyarakat Kediri.
Peringatan Haul ke-30 PPST Ar-Risalah yang berpadu dengan Maulid Nabi Muhammad SAW di Kota Kediri ini bukan sekadar perayaan rutin. Ia adalah manifestasi dari komitmen kolektif untuk terus menjaga dan mengembangkan tradisi keilmuan, spiritualitas, serta karakter bangsa. Melalui pesan-pesan yang disampaikan oleh Wali Kota Vinanda Prameswati, terlukis jelas sebuah visi Kediri yang maju secara infrastruktur, namun tetap kukuh dalam fondasi moral dan spiritual, dengan pesantren sebagai salah satu pilar utamanya. Tiga dekade khidmat Ar-Risalah adalah bukti nyata bahwa pesantren adalah mutiara peradaban yang tak ternilai, senantiasa menjadi benteng moral dan lentera penerang bagi perjalanan bangsa Indonesia ke depan.
rakyatindependen.id